Huzur mendasari Khutbah Jumah beliau ini kepada masalah sifat Al Hadi (Pemberi Petunjuk) Allah Swt. Menurut Kamus Bhs.Arab, al-Hadi artinya adalah suatu Wujud yang senantiasa mengajari umat-Nya dengan ilmu kerohanian hingga mereka betul-betul dapat memahami sifat Rububiyyat Allah Swt (yakni, sifat menciptakan, menumbuh-kembangkan dan memelihara kelangsungan hidup semua makhluk ciptaan-Nya. Hal ini terkait dengan sifat ‘Rabb’-Nya, yakni Rabbul-Alamin, atau Tuhan Semesta Alam).
Blog ini didedikasikan untuk memuat Khutbah-khutbah Khalifatul Masih, dimaksudkan sebagai bahan tarbiyat, dalam rangka menguatkan keimanan, ketakwaan, peningkatan kualitas amalan, diharapkan kesemuanya ini dalam rangka memperoleh ridho Allah Ta Ala. Silahkan memanfaatkan blog ini sebagaimana seharusnya. Selamat membaca dan menghayati.........
Friday, February 13, 2009
Wednesday, February 4, 2009
Apakah Allah tidak Cukup bagi hamba-Nya?
Huzur menyampaikan Khutbah Jum’at beliau tentang Allah cukup bagi orang yang dari Dia.
Status yang didapatkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud (a.s.) dalam ketaatan sepenuhnya kepada Junjungan-nya, Yang Mulia Rasulullah (s.a.w.) adalah jelas bagi setiap Ahmadi. Di dalam Khutbah Jum’at yang lalu Huzur telah menerangkan Sifat Ilahi Al Kaafi (Yang Maha Mencukupi). Di dalam hal ini, banyak wahyu-wahyu Ilahi yang diberikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud (a.s.). Beliau menjadi kecintaan Allah dikarenakan pada kecintaan dan ketaatannya yang sangat besar dan istimewa untuk Yang Mulia Rasulullah (s.a.w.). Berapa bagian dari Kitab Suci Alqur-aan telah diturunkan kepada beliau sebagai wahyu-wahyu. Setiap hari dengan fajar menyingsing pada Jama’at Ahmadiyyah merupakan testimony pada kenyataan wahyu-wahyu tersebut yang membuktikan memang bahwa beliau adalah benar.
Orang yang berdusta mengada-ada atas nama Allah, terutama yang berdusta dalam hal kenabian tidak dapat melepaskan dirinya dari hukuman. Allah menyatakan di dalam Alqur-aan:
Wa lau taqawwala ‘alainaa ba’dhal aqaawiil. La akhadznaa minhu bil yamiin. Tsumma la qatha’naa minhul watiin. Fa maa minkum min ahadin ‘anhu haajizijn.
“Dan sekiranya ia mengada-adakan atas nama Kami sebagian perkataan, Niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, Kemudian tentulah Kami memutuskan urat nadinya; Dan tiada seorang pun di antaramu dapat mencegah-nya dari itu.” [Al Haaqqah, (69:45)-(69:48)]
Status yang didapatkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud (a.s.) dalam ketaatan sepenuhnya kepada Junjungan-nya, Yang Mulia Rasulullah (s.a.w.) adalah jelas bagi setiap Ahmadi. Di dalam Khutbah Jum’at yang lalu Huzur telah menerangkan Sifat Ilahi Al Kaafi (Yang Maha Mencukupi). Di dalam hal ini, banyak wahyu-wahyu Ilahi yang diberikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud (a.s.). Beliau menjadi kecintaan Allah dikarenakan pada kecintaan dan ketaatannya yang sangat besar dan istimewa untuk Yang Mulia Rasulullah (s.a.w.). Berapa bagian dari Kitab Suci Alqur-aan telah diturunkan kepada beliau sebagai wahyu-wahyu. Setiap hari dengan fajar menyingsing pada Jama’at Ahmadiyyah merupakan testimony pada kenyataan wahyu-wahyu tersebut yang membuktikan memang bahwa beliau adalah benar.
Orang yang berdusta mengada-ada atas nama Allah, terutama yang berdusta dalam hal kenabian tidak dapat melepaskan dirinya dari hukuman. Allah menyatakan di dalam Alqur-aan:
Wa lau taqawwala ‘alainaa ba’dhal aqaawiil. La akhadznaa minhu bil yamiin. Tsumma la qatha’naa minhul watiin. Fa maa minkum min ahadin ‘anhu haajizijn.
“Dan sekiranya ia mengada-adakan atas nama Kami sebagian perkataan, Niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, Kemudian tentulah Kami memutuskan urat nadinya; Dan tiada seorang pun di antaramu dapat mencegah-nya dari itu.” [Al Haaqqah, (69:45)-(69:48)]
Subscribe to:
Posts (Atom)