Friday, July 27, 2012

Kegigihan Sikap para Sahabah Hadhrat – Imam Mahdi a.s.


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُ هُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘Pada hari ini, saya telah memilihkan berbagai riwayat beberapa sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang menggambarkan kegigihan dan ghairah mereka bermusafar demi untuk dapat menemui beliau a.s.. (1) Hadhrat Mian Zahuruddin sahib r.a. meriwayatkan: Suatu hari tiba-tiba timbul hasratku untuk berziarah ke Qadian [Darul Amaan]. Hal ini aku sampaikan kepada seorang karibku. Tetapi sebetulnya aku tak punya uang untuk perongkosannya. Maka karibku itu pun memberiku uang 1 Rupees sambil minta maaf: Hanya itu yang ada. Lalu aku utarakan lagi niat safarku itu kepada seorang karib yang lain, yang ternyata ia pun mau pergi bersama. Maka kami pun berkendaraan sampai ke Batala, lalu disambung dengan berjalan kaki hingga tiba di Qadian, [di waktu Zuhur]. Kami merasakan suka cita yang luar biasa dapat bertemu dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Kami senantiasa teringat akan kebahagiaan batiniah yang kami peroleh ketika dapat bermajelis-irfan dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s.,, seolah dunia dengan segala isinya tiada artinya. Berkat bermulaqat dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s., kami pun memutuskan untuk tinggal di Qadian selama beberapa hari, dan mendapat kehormatan untuk Salat, bermakmun di belakang beliau a.s.. Kami senantiasa ingat nasib baik kami tersebut, yakni semata-mata berkat karunia Allah Taala saja, aku yang adalah orang yang dhoif ini terlahir di zaman Hadhrat Imam Mahdi yang berberkat, [dan bermulaqat dengan beliau].
(2) Hadhrat Haji Muhammad Musa sahib r.a. meriwayatkan: Sudah menjadi kebiasaan yang dawam selama bertahun-tahun aku menitipkan sepeda-ku kepada seorang kenalan di Stasiun K.A. Batala. Sebab, setiap Hari Jumat aku naik kereta api dari Lahore ke Batala, lalu mengayuh sepedaku itu dari Stasiun Batala ke Qadian, demi untuk dapat melaksanakan Salat Jumat. [Padahal sepeda tempo doeloe itu ban-nya tubeless alias tak berangin]. Setelah itu, kembali lagi ke Lahore dengan cara yang sama. [Aku mengayuh dan digojlok sepeda itu total sejauh 22 miles (atau 35 km)].

Kecintaan Sejati para Sahabah terhadap Hadhrat Imam Mahdi a.s.


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘Di dalam Butir Ke-10 Syarat Bai’at, Hadhrat Imam Mahdi a.s. mensyaratkan ikrar sebagai berikut: ‘Akan mengikat tali persahabatan dengan hamba Allah Taala ini semata-mata karena Allah, dengan pernyataan taat kepada segala hal yang ma’ruf; dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya. Tali persaudaraan ini begitu tinggi wawasannya, sehingga tidak akan diperoleh bandingannya, baik dalam ikatan persaudaraan dunia, maupun dalam kekeluargaan, ataupun dalam segala macam hubungan antara hamba dengan tuannya.’ Pernyataan ikrar ini adalah sangat penting. Karena di akhir zaman ini, hanya beliaulah pecinta dan hamba Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw yang sejati; yang telah berhasil membumikan kembali iman yang telah terbang jauh hingga ke Bintang Tsurayya; dan menghilangkan segala macam bid’ah dalam agama; sehingga tersaji kembali ajaran Islam yang haqiqi.
Jadi, beliau a.s. ini justru menegaskan kembali kemuliaan derajat Hadhrat Rasulullah Saw; sekaligus menghubungkan kembali umat manusia dengan Tuhannya. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Aku memahami dari ilmu hakekat dan ma’rifatku, tak akan ‘ada seorang pun yang dapat mencapai Alllah Taala maupun memperoleh ilmu ruhani yang sempurna jika tanpa mengikuti contoh Hadhrat Rasulullah Saw.’ Jadi, penghambaan dan keitaatan yang sempurna kepada Hadhrat Rasulullah Saw itulah sumber utama keberhasilan beliau a.s. dalam memperoleh qurb, kedekatan Ilahi. Sehingga, sebagai imbalannya, Allah Taala pun menyatakan: Adalah penting untuk menjaga ikatan tali persaudaraan dan pengkhidmatan kepada beliau a.s.. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Jika manusia mencintai Allah dengan sebenar-benarnya, maka demikian pun Allah Taala dalam mencintai mereka.’ Makbuliyat menjadi keniscayaan bagi insan semacam itu di muka bumi ini. Kecintaan kepadanya ditanamkan kepada ribuan demi ribuan orang. Ia dikaruniai daya pikat luar biasa.
Nur cahaya Ilahi dikaruniakan kepadanya, dan akan senantiasa bersamanya.

Thursday, July 26, 2012

Suksesnya Perjalanan Dinas Ke Holland dan Germany


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘…..Adalah tidak hanya setiap orang Ahmadi saja, melainkan juga para penentang dapat menyaksikan penzahiran berbagai janji Allah Taala kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Beliau menjelaskan di dalam kitab ‘Barahin Ahmadiyah’: ‘Adapun ayat Al Quran Karim: yakni, ‘….dan akan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau di atas orang-orang yang ingkar hingga Hari Qiamat.…’ (Q.S. 3 / Al Imran : 56). Ini adalah janji Ilahi yang terkait pula dengan Jama’at-ku.’ Hadhrat Imam Mahdi a.s. menulis pada bulan October 1902, bahwa: ‘Berbagai janji Allah Taala adalah sejati, namun memerlukan saatnya yang tepat untuk menyemaikan benihnya. Dan pula, jika tidak ada pihak penentang, tentulah Jama’at pun tak dapat menyaksikan berbagai kemajuan mukjizatnya. Sebab, mukjizat muncul disebabkan adanya penentangan. Allah Taala senantiasa meningkatkan perbesaran Jama’at ini dengan skala yang mencengangkan. Mungkinkah hal ini merupakan hasil usaha-ku atau Jama’at-ku belaka ? Tentulah tidak, melainkan karya Allah Taala semata. Kita menyaksikan penzahiran ini pada setiap harinya. Yakni, orang-orang yang befitrat suci berbondong-bondong masuk ke dalam Jama’at, Dan berbagai khazanah maupun jamaahnya senantiasa diberkati.
Sementara itu, pihak lawan terbakar oleh kedengkian mereka sendiri. Inilah mengapa sebabnya setiap hari kita mendapat kabar [duka] dan semacamnya dari Pakistan. Seperti misalnya baru-baru ini diberitakan: Ada sebuah toko yang buruk menggeletakkan karpet [kesed] bergambar foto Hadhrat Imam Mahdi a.s. di lantai depan pintu agar terinjak-injak [oleh orang keluar-masuk]. Untungnya ada seorang pejabat penguasa setempat yang waras memerintahkan si pemilik toko tersebut agar mengangkat karpet itu. Maka orang=orang semacam itu hendaknya ingat akan ghairat Allah Taala yang niscaya akan menuntut balas atas perbuatan mereka terhadap insan-insan yang dikasihi-Nya. Orang-orang itu dan juga para sekutu dekatnya akan menjadi tanda yang mencekam manakala saatnya tiba, ketika bukan citra mereka saja yang terpuruk, bahkan diri mereka pun tersungkur.

Kiat Makbuliyatnya Doa-doa


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
Hadhrat Imam Mahdi a.s. menerangkan kiat makbuliyatnya doa-doa di suatu tempat, sebagai berikut: “Sebagaimana orang bekerja keras untuk urusan duniawi mereka, maka begitu pulalah hendaknya dalam urusan rohaniah fii sabilillaah.’ Sebagaimana pepatah kata dalam Bahasa Punjabi: “Barangsiapa yang meminta sesuatu, berlakulah maut untuk itu. Berjuanglah mati-matian untuk itu,’ Artinya, adalah kewajiban orang yang berdoa, yakni peribadatan mereka dalam memanjatkan doa-doanya itu laksana maut. Orang yang hanya menelan beberapa tetes air, namun ia mengatakan telah hilang dahaga hausnya, berarti ia berdusta. Sebab, kehausannya itu barulah terhilangkan apabila ia sudah meminum segelas besar air. Jadi, doa-doa yang dipanjatkan dengan segenap usaha dan nestapa mampu mengguncang Arasy Ilahi, dan adalah sunatullah, atas doa-doa yang haqiqi seperti itulah Dia mengabulkannya, atau meresponsnya dengan suatu cara yang lain [Malfuzat, vol. IV, p. 340] Inilah haqiqat doa (permohonan) yang sejati.
Maka sungguh beruntunglah orang yang memahami falsafah kiat doa yang makbuliyat, dan memanjatkannya sedemikian rupa, disertai dengan keyaqinan sepenuhnya kepada Allah Taala, yang berkuasa untuk mendengar dan mengabulkan doa-doa.. Satu-satunya cara untuk memohon petunjuk atau mendapatkan ridha Allah Taala adalah dengan memanjatkan doa dengan segenap kemampuan diri yang Dia telah berikan, dan memusatkan pikiran kepada-Nya. Adalah pengalaman kita, Allah Taala berkenan menerima doa-doa yang seperti itu, atau memberi suatu petunjuk hidayah dalam bentuk lainnya bila Dia tidak berkenan untuk mengabulkannya. Atau, memberi keyaqinan teguh di dalam qalbu mengenai hal yang didoakannya itu.
Di tempat lain, Hadhrat Imam Mahdi a.s. menyatakan: “Doa adalah mengandung suatu kekuatan yang luar biasa. Oleh karena itu, sangat disayangkan bila orang yang berdoa tidak memahami kaidah cara

Keikhlasan dan Keitaatan Para Sahabah r.a. Kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘Hadhrat Imam Mahdi a.s. menulis di suatu tempat: ‘Aku sangat bersyukur kepada Allah Taala yang telah memberiku satu Jamaat yang terdiri dari orang-orang yang abai terhadap kepentingan dirinya sendiri (selfless) dan mukhlisin; yakni, yang setiap saat bersedia mentaati segala apa yang aku perintahkan.’ Di lain tempat beliau a.s. menulis: ‘Keikhlasan dan keitaatan tiada tara para sahabah Hadhrat Rasulullah Saw

Tasyakur Haqiqi

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘’Sebagaimana biasa setelah penyelenggaraan suatu Jalsah Salanah, saya menyampaikan kesan dan pesan mengenai perhelatan rohani tersebut pada Khutbah Jumah berikutnya. Dengan karunia Allah Taala, Jalsah Salanah USA dan Jalsah Salanah Canada yang diselenggarakan hanya selang satu minggu telah dapat dirampungkan dalam waktu dua pekan terakhir ini.
Pada dua kesempatan besar tersebut, saya tidak hanya memperoleh peluang untuk menyampaikan berbagai Pidato secara langsung kepada seluruh anggota Jamaat, namun juga memperoleh kesempatan khas untuk mendapatkan informasi dari tangan pertama mengenai permasalahan tertentu, kondisi moral semangat dan kerohanian suatu Jamaat berdasarkan berbagai acara pertemuan yang sangat membantu saya dalam memberikan berbagai perintah khas dan menyeluruh sebagai petunjuk bagi segenap anggota Jamaat.
Dalam kaitan ini, perjalanan dinas saya ke USA dan Canada sangat berfaedah; yang oleh karena itu saya berharap dan mendoakan semoga seluruh anggota Jamaat pun, baik kaum pria maupun wanitanya, banyak memperoleh manfaat dari kunjungan saya tersebut. Di samping itu, pertemuan dengan berbagai tokoh penting [para Senator, anggota Congress, maupun para pejabat tinggi Militer] dan politisi berpengaruh, dapat memperkenalkan [Islam] Jamaat Ahmadiyah ke lingkungan yang lebih luas lagi. Pendek kata, dengan karunia Allah Taala, kedua negara tersebut telah meretas jalan yang lebih lapang lagi.
Namun, dalam kesempatan ini saya ingin memaparkan topik Khutbah mengenai pentingnya bersyukur kepada Allah Swt terkait dengan berbagai keberhasilan yang Dia telah karuniakan kepada Jamaat.Oleh krena itu, setiap orang Ahmadi hendaknya sangat bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberi taufiq kepada mereka untuk ikut berpartisipasi dalam Jalsah Salanah yang berberkat dan mendatangkan faedah.
Tujuan utama ber-Jalsah Salanah adalah untuk meng-inqillabi haqiqi diri sendiri yang tidak hanya bersifat sementara, melainkan selamanya dengan cara berusaha untuk senantiasa mempraktekkan [segala nasehat yang diperoleh] dalam kehidupan. Maka hendaknya diingat, orang mukmin yang sungguh-sungguh bersyukur kepada Allah Taala akan menjadi pewaris berbagai karunia-Nya yang lebih besar lagi. Itulah Dia, sifat Allah Swt yang senantiasa benar perkataan janji-Nya kepada para hamba-Nya yang muttaqi: Yakni, ingatlah pula manakala Tuhan-mu berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
…..la’in syakartum, la-adzii dannakum….’ yakni, ‘……Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak kepadamu……’

Wednesday, July 25, 2012

Jalan Menuju Taman- Firdaus Al-Jannah

Pertablighan (II) Para Sahabah

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
Adapun maksud dan tujuan mengemukakan berbagai peristiwa sebagaimana yang telah saya sampaikan, Pertama, adalah agar kita menjadi ingat untuk senantiasa mendoakan para pendahulu kita, yang telah menerima kebenaran Hadhrat Imam Mahdi a.s., sehingga membawa kita ke dalam golongan mereka yang memperoleh nikmat karunia Ilahi di akhir zaman ini.
Semoga Allah Taala senantiasa meningkatkan derajat maqom rohani mereka. Sebab, tanpa keberadaan beliau-beliau itu, kita pun tentu ternafi’kan dari nikmat karunia yang Allah telah berikan ini.
Kedua, agar ketaqwaan, keteguhan iman, sikap membela kemuliaan dan ghairah untuk mengkhidmati agama yang mereka perlihatkan, dapat menggugah semangat anak keturunan mereka, dan juga yang bukan, namun memiliki hubungan ruhani dengan beliau-beliau itu, lalu mewariskannya kepada anak keturunan mereka. Banyak orang yang menyurat atau mengatakan kepada saya ketika bermulaqat, bahwa mereka memiliki sesuatu hubungan dengan salah seorang sesepuh pendahulu yang saya sampaikan di dalam serial Khutbah Jumah saya tersebut. Akan tetapi, hikmah pertalian itu tentunya akan lebih mulia hanya apabila mereka dapat menapaki jejak langkah para pendahulu tersebut.
(1) Hadhrat Mian Jamaluddin sahib r.a. meriwayatkan: ‘Ada seorang Maulwi yang bernama Nawabuddin yang suka berkeliling dari satu kota ke kota lainnya – yang menurut pikirannya sendiri - untuk ‘menyadarkan ‘kaum Mirzai’. Suatu hari, aku mendapat informasi, bahwa ia sedang mengunjungi salah satu desa tetangga. Dikarenakan aku ini satu-satunya orang Ahmadi di daerah tempat tinggalku, maka warga pun mendesakku untuk menemuinya. Namun, pada saat itu Hadhrat Imam Mahdi a.s. sedang melarang jamaah beliau untuk tidak melayani tantangan perdebatan yang tidak perlu. Maka aku pun mengirim pesan kepada Maulwi tersebut, bahwa aku tak minat berdebat. Silakan saja pihak tuan mengajukan berbagai pertanyaan, yang insya Allah aku akan jawab. Tetapi, Maulwi safarin ini malah mendatangi desaku disertai 3 orang pengiringnya. Mereka berhasil mendekati seorang ahli hukum tokoh masyarakat desa kami yang beragama Hindu agar dapat menyelenggarakan suatu perdebatan dengan orang-orang ‘Mirzai’. Tetapi kemudian aku menerima pesan [tantangan perdebatan]-nya itu. Maka aku pun banyak-banyak berdoa kepada Allah Taala, memohon pertolongan-Nya. Lalu, menemui Maulwi itu. Banyak orang berdatangan, baik dari kalangan Hindu maupun Muslim. Aku membuka percakapan dengan mengatakan: ‘Tuan Maulwi, apa maksud dan tujuan tuan mengadakan kunjungan keliling ini ?

Penyiksaan Keji dan Pensyahidan Terhadap Tuan- Guru Abdul Qudus Syahid di Rabwah

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)

Artinya: ‘Dan janganlah kamu mengira tentang orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Tidak, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka, dan mereka dianugerahi rizqi-Nya. Mereka bergembira dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya,

Salat dan Kesadaran Akan Keberadaan Allah Swt

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)

Monday, July 23, 2012

Allah Maalladzinat Taqow Walladzina Hum Muhsinun

Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.’ (Q.S. 16 / Al Nahl : 129). Hadhrat Imam Mahdi a.s. menulis: ‘Di dalam Al Quran Sharif, perintah untuk beramal-shalih dan bertaqwa lebih ditekankan dibandingkan dengan perintah lainnya.’ [Ayyamus-Suluh, Ruhani Khaza’in, Vol.14, hlm.342 – Essence of Islam, Vol.II, hlm.347]. Jadi, Taqwa adalah dasar untuk memperoleh qurb [kedekatan] Ilahi, sebagaimana dinyatakan oleh separuh pertama ayat Al Quran yang tadi telah saya tilawatkan. Ada golongan manusia di dunia ini. Pertama, mereka yang menjalani hidup Taqwa, dan beramal-shalih demi untuk memperoleh qurb [kedekatan] Ilahi, yang dikerjakannya dengan berbagai cara agar membawa mereka lebih dekat lagi kepada Allah Taala.

Thursday, July 19, 2012

Maksud Haqiqi Didirikannya Masjid-masjid (Peresmian Masjid Baitul Wahid, di Feltham, Barat Laut London Raya, UK)

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
[Selanjutnya Hudhur Aqdas Atba menilawatkan Ayat-ayat Al Quran ini]: : ‘Dan sesungguhnya, masjid-masjid itu kepunyaan Allah; maka janganlah kamu menyeru kepada siapapun selain Allah.’ (Q.S.72 / Al Jinn : 19) ‘Katakanlah, ‘Tuhan-ku memerintahkan berbuat adil [bil qisti]. Dan pusatkanlah perhatianmu di setiap tempat ibadah, dan serulah Dia dengan [mukhlisiina lahuddiin] mengikhlaskan keitaatan kepada-Nya. Sebagaimana Dia menciptakan kamu permulaan kali, demikian pula kamu akan kembali kepada-Nya.’ (Q.S. 7 / Al Araf : 30). ‘Alhamdulillah, pada hari ini dengan karunia Allah Taala kita dapat meresmikan Masjid [Baitul Wahid] ini di Wilayah Feltham. Feltham ini berdekatan dengan Hounslow, yang menurut informasi dari tuan Amir Daerah, Masjid ini dapat berfungsi sebagai Masjid Agung bagi seluruh Daerah tersebut. Maksudnya, kini masyarakat dapat datang ke Masjid ini untuk melaksanakan Salat Jumah maupun Salat Fardhu lainnya, sesuai dengan tujuan utama didirikannya sebuah Masjid. Semoga Allah Taala memberi taufiq kepada Jama’at untuk membangun sebuah Masjid di setiap wilayah, sehingga niat dan perintah Hadhrat Imam Mahdi a.s. terpenuhi. Yakni, menjadikan Masjid-masjid kita sebagai sumber untuk ta’aruf, pengenalan Islam dan Jama’at, serta membuka berbagai peluang baru Pertablighan. Sehingga dunia pun mengetahui talim Islam yang haqiqi. Sekarang ini, hanya Jamaat Ahmadiyah yang dapat menyajikan Islam yang sejati kepada dunia Pembangunan Masjid-masjid pun penting bagi kita, sebagaimana diriwayatkan oleh Hadhrat Siti ‘Aisyah r.ha., bahwa Hadhrat Rasulullah Saw telah memerintahkan agar membangun masjid di tiap-tiap wilayah perkampungan [etnis] atau pemukiman.’ Maksudnya, pada waktu itu, pemukiman etnik (kesukuan) banyak penghuninya, sebagaimana pula sekarang ini, manakala suatu masyarakat perantau jauh dari kampung halamannya, mereka pun tinggal bersama dalam suatu pemukiman. Seperti misalnya masyarakat China, mereka mendirikan Kampung China (atau China Town) di manapun mereka merantau. Jadi, Hadith ini meyiratkan, bahwa Masjid hendaknya dibangun di tiap-tiap wilayah pemukiman, dan harus dijaga kesucian dan kebersihannya. Keberadaan Masjid-masjid – khususnya bagi kaum Ahmadi – adalah sangat bermakna; yang oleh karena itu kebersihan dan kesuciannya perlu dipelihara untuk meluruskan kesalah-fahaman terhadap Islam; yakni dengan cara menyajikan keindahan ajarannya. Jama’at di sini sebetulnya telah memiliki beberapa Pusat Kegiatan (Center) di dekat Southall dan Hounslow yang dapat digunakan untuk Salat maupun berbagai kegiatan lain dengan mengundang para tamu. Namun, dengan membangun sebuah Masjid, maka berbagai peluang baru pun menjadi terbuka. Yakni, sementara itu, Jama’at di kota Hayes (di London Raya) pun telah rampung membangun sebuah Masjid, yang juga akan diresmikan pada minggu yang akan datang. Adapun Masjid [Baitul Wahid] padamana Khutbah Jumah ini dipancar-luaskan sebetulnya bukan peruntukkan bagi pembangunan sebuah Masjid, melainkan bangunan perkantoran yang direnovasi. Sedangkan di Hayes itu, sebuah bangunan Pusat Kegiatan Masyarakat yang dirubah menjadi sebuah Masjid. Semoga Allah Taala menjadikan Masjid-masjid ini sebagai sumber penyiaran ajaran Islam, dan juga untuk memperteguh keimanan kita. Yakni, teguhnya keimanan terkait erat dengan keberadaan Masjid-masjid, sebagaimana ayat pertama yang telah saya tilawatkan di awal Khutbah ini. Allah Taala telah menyatakan, sebuah Masjid adalah tempat yang semata-mata untuk mencari keridhaan Ilahi. Barangsiapa yang datang ke sebuah Masjid, hendaknya datang sebagai seorang hamba Allah yang sejati. Tidak boleh ada kekufuran, ataupun kemusyrikan di dalamnya. Pendek kata, urusan duniawi tak boleh dibicarakan di dalam Masjid. Inilah mengapa sebabnya Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw melarang membicarakan masalah perniagaan ataupun bisnis di dalam Masjid. Bahkan mengumumkan sesuatu barang yang hilang pun terlarang. Akan tetapi, apabila Salat telah selesai, berbagai perencanaan mengenai penyiaran pesan-pesan Ilahi ke seluruh dunia, atau bagaimana cara mendekatkan dunia kepada Allah, atau kiat tarbiyat diri sendiri untuk mempraktekannya terlebih dahulu, atau peluang memberi berbagai saran untuk peningkatan hidup manusia, sekaligus menawarkan diri untuk mengkhidmatinya, boleh dibahas. Ayat pertama tersebut juga menyebutkan, bahwa penganut agama lain, atau bahkan orang yang tak beragama sekalipun boleh datang ke Masjid. Oleh karena itulah kita sering mengadakan acara dengan mengundang berbagai macam orang. Namun, perintah bahwa Masjid dimaksudkan untuk menyembah Allah Swt, hendaknya senantiasa diingat. Yakni, jika ada pihak lain yang ingin menyembah Allah Al Wahid di Masjid kita, silakan. Akan tetapi, jika sifatnya menyembah sesuatu berhala, lakukanlah di luar. Tak’ ada tempat bagi kemusyrikan di dalam Masjid. Sebab, di dalam ayat Al Quran tersebut Allah Taala telah menyatakan, bahwa bila engkau datang ke Rumah-Ku dengan niat untuk beribadah, maka sembahlah Aku, dan Aku saja. Yakni, ayat tersebut menegaskan bahwa Allah itu Maha Tunggal, yang setelah kedatangan Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw semakin jelas lagi, bahwa Dia berkehendak agar Tauhid-Nya itu menyebar ke seluruh dunia melalui risalah beliau Saw. yang untuk itu, sebuah Masjid menjadi sumber utamanya. Maka mereka yang telah beriman kepada Hadhrat Rasulullah Saw, terlebih lagi kita yang telah menyatakan menggabungkan diri kepada Jamaat seorang hamba dan pecinta sejati Hadhrat Rasulullah Saw – untuk memenuhi tujuan haqiqinya tersebut – datanglah ke Masjid dengan sepenuh ikhlas hanya untuk menyembah Allah. Sehingga terjalinlah habluminallah yang hidup dengan-Nya. Malah, kita ini hendaknya berusaha untuk menjadi sumber penyebaran nur kebenaran di seluruh dunia. Yakni, ibadah yang tampak lahiriahnya saja tidaklah cukup. Melainkan, cerahilah terlebih dahulu diri masing-masing dengan nur hidayah tersebut. Adapun ayat kedua yang telah saya tilawatkan di awal Khutbah tadi dan dikutip dari Surah Al Ar’af, pertama-tama memerintahkan agar berbuat adil [bil qisti], yang meskipun diturunkan langsung kepada Hadhrat Rasulullah Saw, namun wajib pula dikerjakan oleh setiap orang mukmin sejati yang mengaku beriman kepada beliau Saw. Yakni, perintah pertama ini menekankan agar mempraktekkan keadilan absolut [yang tak pandang bulu]. Tak membeda-bedakan apapun, dan dilandasi oleh sikap takut kepada Allah. Sebab, hal ini akan menjuruskan manusia kepada kejujuran dan keikhlasan serta memusatkan perhatian kepada menyembah Tuhan; sehingga terciptalah hati yang suci. Maka mereka yang tidak mempraktekkan perintah ini berarti tidak memenuhi kewajiban terhadap haququllah, dan tidak pula haququl ibad. Yakni, bila pun mereka melaksanakan salah satunya dengan baik, berarti tidak adil pada kewajiban lainnya. Adalah sikap Taqwa yang dapat menegakkan keadilan dan memudahkannya ber-ta’aluq billah. Hanya sikap Taqwa saja yang dapat mengarahkan manusia untuk memenuhi kewajiban haququllah mereka. Allah Taala telah menyatakan: Bila engkau pergi ke Masjid untuk menyembah kepada-Ku, bila suara Adhan telah dikumandangkan, singkirkanlah segala apa yang ada di dalam pikiranmu, khusyu-lah agar dapat menjadi ibadur-Rahman yang sejati. JIka tidak, mubazirlah kepergiannya ke Masjid tersebut. Jadi, sikap takut terhadap Allah dan Taqwa pun dapat mengarahkan seorang insan untuk memenuhi kewajiban haququl ibad-nya. Allah Taala menyatakan: …..kamaa bada akum ta’uuduun….., atau …. Sebagaimana Dia menciptakan kamu permulaan kali, demikian pula kamu akan kembali kepada-Nya.’ Maksudnya, manusia hendaknya ingat: Adalah amal perbuatan di dunia ini yang dapat mendatangkan ganjaran pahala ataupun hukuman baginya di Akhirat. Allah Taala pun menyatakan: Ada beberapa tahapan yang berbeda-beda setelah manusia mengalami maut, yang harus dilalui oleh ruhnya. Maka, agar ruhnya tersebut tumbuh berkembang dengan baik, ia harus memperhatikan amal perbuatannya semasa hidup. Untuk itu, ibadah yang ikhlas dapat membantunya. Yakni, ia harus sepenuhnya menyadari ketika ia berdiri menyembah Allah, bahwa hanya peribadatannya itulah yang dapat menarik karunia fadzal Ilahi. Menjawab pertanyaan: Bagaimana sikap yang benar di hadapan Allah Taala ketika Salat ? Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Yang terutama adalah sebagaimana yang tertulis di dalam Al Qur’an, ialah ‘…..dengan [mukhlisiina lahuddiin] atau mengikhlaskan keitaatan kepada-Nya…’. Yakni, ingatlah selalu akan segala rahmat dan karunia Allah dengan sepenuh ikhlas, rasa syukur, ta’aluq billah, dan menyadari bahwa hanya Allah saja Rabb dan Al Khalik yang sejati. Kaidah inti ketika berdiri menyembah Allah adalah seolah-olah dirinya melihat Allah. Atau Allah tengah menyaksikan dirinya. Membersihkan diri dari segala bentuk zinah, dan musyrik. Sebaliknya senantiasa mengingat-ingat Kebesaran Ilahi, dan sifat Rububiyyat-Nya. Kemudian, perbanyaklah Salat, dzikir, dan Istighfar, serta ingat akan segala kelemahan diri, sehingga diri pun menjadi suci dan memperoleh ta’aluq billah yang haqiqi, hingga ia pun mendapatkan fanafillah. Inilah kondisi seorang mukmin haqiqi yang hendaknya ia terus usahakan dan jalani, padamana Masjid adalah tempat yang paling afdhal untuk itu. Hendaknya senantiasa diingat, setelah berhasil membangun sebuah Masjid, berarti tanggung jawab kita semakin bertambah. Harus lebih memperhatikan aspek tersebut, Jika tidak, tentulah diri kita pun tidak termasuk di antara mereka yang…..mukhlisiina lahuddiin atau mengikhlaskan keitaatan kepada-Nya…’ Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Saat itu kini telah datang, ketika kemunafikan, mementingkan diri sendiri, takabbur, riya, dan kemudharatan lainnya semakin meningkat. Sikap …..mukhlisiina lahuddiin atau mengikhlaskan keitaatan kepada-Nya…’ telah lenyap dari muka bumi. Mengandalkan Allah Taala dan sikap taqwa lainnya telah tumpul. Namun kini Allah Taala telah berkehendak agar benih praktek kehidupan muttaqi menjadi tertanam.’ Maksudnya, Allah Taala berkehendak agar sikap hidup muttaqi tertanam pada kehidupan manusia sekarang ini dengan cara mengutus Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Jadi, apabila kita memang melaksanakan apa-apa yang diucapkan, lepaskanlah diri dari serba keduniawian. Jadilah mukhlisin haqiqi. Hanya dengan cara itulah kita dapat memenuhi maksud haqiqi dibangunnya Masjid ini. Perkataan Hadhrat Imam Mahdi a.s. bahwa Allah Taala telah berkehendak agar benih ketaqwaan ini tertanam melalui diri beliau a.s. bukanlah sekedar kata-kata belaka. Proses penanaman benih ini telah berlangsung sejak 123 tahun yang lalu, dan telah menghasilkan inqillaab yang haqiqi di kalangan umat manusia, yakni ratusan ribu insan-insan ibadush-shalihin, terus berjalan hingga hari ini. Para mubayin baru bergabung ke dalam Jamaat dengan maksud untuk memperoleh tujuan yang haqiqi ini. Sebagian besar mereka yang duduk di hadapan saya ini adalah yang ayah dan kakeknya telah menjadi Ahmadi disebabkan mereka memahami silsilah kehendak Allah Taala, maka mereka pun Bai’at kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Mereka melaksanakan kewajiban haququllah maupun haququl ibad. Maka kewajiban bagi generasi selanjutnya adalah bukan saja memelihara ta’aluq billah yang haqiqi tersebut, melainkan berusaha untuk meningkatkannya. Inilah yang hanya dapat membedakan kita dengan kaum lain. Yakni, perbedaan kita dengan yang lain hanya akan tampak apabila setiap amal diri kita demi lillahi Taala. Menyeru-Nya dengan keimanan yang ikhlas, dan ketika Salat pikiran tidak terganggu oleh masalah bisnis, pekerjaan dan urusan duniawi lainnya. Semoga segala amal perbuatan kita sesuai dengan perintah Ilahi demi untuk mendapatkan keridhaann-Nya, sehingga meningkat pula keshalihan dan ketaqwaan kita dalam berjihad melawan godaan perbuatan dosa. Allah Taala menyatakan di dalam Al Qur’an: …..Dan janganlah kebencian suatu kaum mendorongmu melampaui batas karena mereka mencegah kamu dari Masjidil Haram. Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa; janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.’ (Q.S.5 / Al Maidah : 3). Maksudnya, sekarang ini salah satu keberatan mereka terhadap Islam dikatakan sebagai agama kaum extrimis, dan na’udzubillah, disebar-luaskannya dengan kekerasan. Yakni, Islam menggunakan kekerasan terhadap setiap agama lain yang menentangnya. Maka ayat Al Quran tersebut membantahnya. Karena di situ disebutkan, bahwa bagi mereka yang sungguh-sungguh mencari keridhaan Allah tidak boleh melampaui batas terhadap musuh mereka. Seorang mukmin haqiqi yang senantiasa mencari keridhaan Ilahi selalu siap sedia untuk ber-wata’awanu alal birri wattaqwa dan wa laa ta’awanu alal itsmi wal’udwan, atau tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa; janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Sebab, [jika tidak] akan memubazirkan ibadahnya kepada Allah. Yakni, Salat yang tidak diikuti dengan amal shalih, atau malah saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan adalah tidak ber- Taqwa. Salatnya berpamrih lain, oleh karena itu nihil dalam pandangan Ilahi, sebagaimana yang telah dinyatakan-Nya ini: ‘Maka celakalah bagi orang-orang yang salat,’ (Q.S.107 / Al Ma’un : 5). Maka tak’ ada seorang pun di antara kita yang telah memperbaharui imannya lalu datang ke Masjid untuk beribadah kepada Allah, tetapi kemudian berkubang dalam dosa dan keaniayaan. Sebuah Masjid baru mendorong kegiatan Tabligh, tetapi juga dapat menimbulkan penentangan, yang jika berasal dari kaum Muslimin disebabkan kaum Ulama mereka yang memberikan informasi yang salah tentang Jamaah Ahmadiyah. Yakni, dikatakan: na’udzubillah, kaum Ahmadi menyerang kemuliaan derajat Khataman Nabiyyin Hadhrat Rasulullah Saw. Padahal, pemahaman dan pendalaman kita terhadap hakekat Khataman Nabiyyin yang kita pelajari dari Hadhrat Imam Mahdi a.s. justru lebih mulia dibandingkan pihak lain manapun, Sementara itu pihak ghair-Muslim local yang berkeberatan, disebabkan oleh citra penampilan Islam yang salah oleh mereka [sebagian kaum Muslimin], sehingga menimbulkan dampak yang buruk. Sedangkan sebagian lainnya hanya disebabkan sikap rasialis mereka belaka. Pendek kata, kita menjadi bulan-bulanan dari berbagai arah. Baru dua malam yang lalu dinding Masjid dicorat-coret oleh kata-kata kasar, dan dilempari cat disebabkan kesalah-fahaman pihak ghair-Muslim terhadap Islam. Maka kita harus dapat menghilangkan segala keraguan dari semua pihak, yang hanya akan berhasil apabila ibadah kita ikhlas bagi Allah Taala semata. Keelokan Jamaat kita ini adalah dalam ber-fastabikul khairat, dalam keshalihan dan ketaqwaan. Per-eratlah hubungan tali persaudaraan demi mencari keridhaan Allah Taala sedemikian rupa sehingga dapat menjadi contoh bagi orang lain. Hikmah lain dengan datang ke Masjid untuk Salat berjamaah adalah untuk membina silih-asih dan melenyapkan syak-wasangka. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Hendaknya dawam menolong dan meneguhkan sesama saudaramu yang lemah. Betapa anehnya bila ada dua orang saudara, yang satu pandai berenang sedangkan yang satu lagi tidak. Sedangkan yang pandai itu tidak berusaha menolong saudaranya yang tengah tenggelam. Ataukah ia membiarkannya tenggelam ? Padahal, adalah wajib baginya untuk menyelamatkan saudaranya yang sudah akan tenggelam itu. Inilah mengapa sebabnya Al Qur’an mememerintahkan agar menolong si lemah. Jadilah penolong mereka baik dalam segi rohani maupun ekonomi dan juga penyakit jasmaninya. Suatu jamaah tidak akan dapat menjadi satu Jamaah sebelum yang kuat menolong yang lemah. Kiatnya ialah dengan cara men-sattari kelemahan mereka. Para Sahabah [Hadhrat Rasulullah Saw] pun ditarbiyati agar jangan terpengaruh oleh kelemahan para Mubayin Baru, karena mereka pun dulunya lemah juga. Maka begitu pula penting bagi mereka yang mempunyai jabatan agar mengkhidmati bawahannya dengan asih dan asuh. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Suatu jamaah tak dapat dikatakan suatu Jamaat bila anggotanya saling menggelapkan hak satu sama lain. Yakni, ketika sebagian dari mereka duduk-duduk sambil berghibat dan mengkritik atau memandang rendah dan fasad terhadap kelemahan saudaranya yang lain. Hal tersebut janganlah sampai terjadi. Justru, peningkatan persatuan dan kesatuanlah yang harus diciptakan. Sehingga menimbulkan sikap silih asih dan rahmat karunia Ilahi. Mengapa kekuatan akhlakiah tidak dapat meluas ? Padahal hal ini dapat tercipta apabila rasa sympathi, kasih sayang, saling memaafkan dan kebaikan dibiasakan. Symphati dan men-sattari kelemahan orang lain hendaknya didahulukan atas sikap lainnya. Kritikan hendaknya jangan dilontarkan untuk hal-hal yang sepele sehingga menimbulkan kesedihan dan sakit hati. Suatu Jamaah yang haqiqi dapat tercipta apabila ada sikap symphati terhadap orang lain dan berbagai kelemahan disattari. Bila kondisi ini telah tercapai, maka para anggota Jamaahnya pun akan bersatu dan memandang satu sama lain sebagai lebih daripada kepada saudara kandungnya sendiri. Allah Taala mengingatkan dan memberkati para Sahabah akan tali persaudaraan model ini. Yakni, meskipun seandainya ada pihak yang menghabiskan segunung emas, tetap tak akan berhasil menemukan persatuan dan kesatuan sebagaimana yang mereka peroleh melalui Hadhrat Rasulullah Saw. Dan Allah Taala telah mendirikan Jamaat ini dengan tujuan yang sama, serta hendak menciptakan persatuan dan kesatuan yang sama di dalamnya. Hadhrat Imam Mahdi a.s. dating ke dunia ini untuk membawakan inqillaab haqiqi tersebut dan menegakkan kembali ketaqwaan. Kesuka-citaan kita yang haqiqi tidak sekedar dalam bentuk pembangunan Masjid-masjid baru, melainkan dengan mempraktekkan …..mukhlisiina lahuddiin atau mengikhlaskan keitaatan kepada-Nya…’ Dalam situasi dunia yang serba materialistik seperti sekarang ini, mencapai maqom rohani tersebut sungguh dapat menarik karunia Ilahi. Kini, syiar Islam yang haqiqi hingga ke seluruh pelosok dunia dapat dicapai melalui Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Sehingga ghair-Muslim pun bersedia berubah menjadi para ibadur-Rahman. Sementara perbuatan kaum Muslimin lain semakin buruk, namun kemudian mengakui adanya Islam yang haqiqi ini. Baru beberapa hari yang lalu saya menerima surat dari seorang Ahmadi Uzbekistan, yang mengatakan betapa dunianya kini telah berubah total setelah menerima kebenaran Islam Ahmadiyah. Beliau menulis: ‘Aku telah menemukan hakekat di balik kebiasaan membaca Al Qur’an di hadapan orang yang meninggal; dan juga mengenai kewafatan Hadhrat Isa a.s. berkat membaca buku-buku Jamaat. Yakni, semakin aku baca, semakin tercerahi qalbu-ku ini, dan semakin teguh pula imanku. Sehingga aku pun menyadari betapa telah jauhnya kesesatan kaum Muslimin umum dari ajaran Islam yang haqiqi. Aku pun bersyukur telah dapat menjauhi berbagai bid’ah dholalah yang aku saksikan kaum lain masih terjerat di dalamnya. Kni aku beserta seluruh keluarga telah menerima kebenaran pendakwaan Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Oleh karena itu mohon didoakan agar ada Ulama besar dan juga para dokter di dalam generasi penerusku.’ Sementara itu, Mubaligh kita menulis mengenai tuan Mubayin baru kita ini, sebagai berikut: Sebelumnya beliau ini sangat menentang Jamaat. Namun, pada tahun 2008 mendapat karunia untuk menghadiri Jalsah Salanah yang sedemikian rupa mempengaruhi jiwanya, sehingga beliau pun Bai’at; dan dalam waktu yang singkat memperoleh kemajuan rohani berkat kecintaannya terhadap Hadhrat Rasulullah Saw dan juga kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Beliau sudah dua kali membaca buku ‘Filsafat Ajaran Islam’ dalam Bahasa Uzbek; dan kini sedang membaca untuk yang ketiga-kalinya.’ Semoga saat itu akan segera tiba manakala insan-insan semacam beliau datang berbondong-bondong sedemikian banyaknya laksana butiran pasir di tepi pantai, menzahirkan nubuatan Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Amin ! Inilah wilayah yang sekarang tak’ ada satu pun masjid, dan tak ‘ada pula kebebasan sepenuhnya untuk bertabligh. Namun, untuk memenuhi doa-doa Hadhrat Imam Mahdi a.s., maka orang-orang pun memperoleh pengenalan tentang Islam Ahmadiyah. Maka mereka di antara kita yang hidup di Barat dan memiliki kebebasan beragama hendaknya mendoakan negara-negara Russia tersebut: Semoga Allah Taala menghilangkan berbagai pembatasan dan pengekangan. Sehingga mereka pun mendapat kemudahan untuk membangun Masjid. Negara-negara Barat memang memberikan kebebasan beragama. Namun, mereka pun memberikan hak [untuk berkeberatan] kepada pihak lain. Sepeti misalnya Dewan Kota atau Perwakilan Rukun Tetangga [di sini] dipersilakan untuk mengajukan sesuatu protes yang dapat berdampak kepada dihentikannya suatu proyek bangunan. Maka Dewan Kota setempat pun memprotes proyek pembangunan Masjid kita ini, sehingga terjadi penundaan dan izin bangunannya dibatalkan. Akan tetapi Allah Taala mendengar rintihan doa-doa kaum Ahmadi setempat. Sidang Pengadilan yang digelar memutuskan menang bagi pihak Jamaat. Sedangkan pihak Dewan Kota yang kalah dibebankan untuk membayar biaya perkara. Oleh karena itu kita harus berterima-kasih kepada pihak Pengadilan, terlebih lagi kepada Allah Taala dengan cara memenuhi kewajiban terhadap Masjid, yakni menjadi hamba Allah yang sejati, dan dawam datang untuk menunaikan Salat Lima Waktu. Disebutkan di dalam sebuah Hadith [Hadhrat Abu Hurairah r.a. meriwayatkan], Hadhrat Rasulullah Saw bersabda: Para malaikat terus menerus mendoakan seorang insan yang pergi ke Masjid hingga ia sampai di tempat itu dan mendirikan Salatnya. Mereka mendoakan seperti ini: ‘Wahai Allah, maafkanlah ia disebabkan ia telah melaksanakan Salat. Ya Allah, kasihanilah dia.’ Maka betapa beruntungnya mereka yang telah didoakan oleh para malaikat itu ! Seiring dengan doa-doa para malaikat tersebut, Salat-salat yang dilaksanakan insan-insan semacam itu tentulah juga menarik karunia Ilahi. Apalagi yang diinginkan oleh orang yang telah memperoleh maghfirah Ilahi dan kasih sayang-Nya ? Semoga Allah Taala memasukkan diri kita ke dalam golongan mereka yang telah memperoleh maghfirah dan rahimiyah-Nya. Adapun data informasi pembangunan Masjid ini, jumlah keseluruhan biaya pembangunannya adalah £ 900,000 (Poundsterling), yang dengan karunia Allah Taala, kedua Jamaat Lokal di Hounslow ini dapat memenuhi sebagian besar biaya tersebut. Tetapi Jama’at-jamaat lain di daerah ini pun ikut menyumbang. Adapun jumlah anggota pembayar Chandahnya hanya 200 orang, yang bilapun seluruhnya disatukan, paling banyak hanya 400 orang saja. Jadi, pengorbanan [sebesar £ 900,000 (Poundsterling)] tersebut merupakan jumlah yang sangat besar. Semoga Allah Swt menerima segala pengorbanan mereka. Amin ! Khususnya lagi bagi 6 (enam) orang di antaranya yang telah memberikan jumlah pengorbanan besar. Yakni, seseorang sebesar £100,000; dan lainnya antara £20,000 hingga £50,000. Semoga Allah Taala mengganjarnya dengan pahala yang berlipat ganda. Namun, sekali lagi hendaknya diingat, bahwa kewajiban terhadap sebuah Masjid bukanlah berupa sumbangan ribuan Poundsterling. Melainkan, dengan cara memakmurkannya semata-mata lillahi Taala untuk menyembah-Nya. Lalu, ketika meninggalkan Masjid tersebut, kewajiban terhadap haququl ibad pun dipenuhi. Keshalihan dan ketaqwaan juga meningkat. Semoga Allah Taala memberikan taufik untuk itu. Amin ! Bil akhir, doakanlah juga untuk Jama’at India yang tengah menghadapi aksi pihak penentang untuk menguasai Masjid kita di Hyderabad, Dataran Tinggi Dekkan, yang pemerintahnya tampak terpengaruh oleh mereka. Semoga Allah Swt melindungi kita dari segala perbuatan buruk mereka. Amin ! oo0O0oo MMA/LA/ 02.29.2012 Feltham is a town in the London Borough of Hounslow, west London. It is located about 21 km west South West of Central London at Charing Cross and 3.2 km from Heathrow Airport Central.

Keteguhan Iman dan Taqwa Para Sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُ هُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)

Contoh Teladan Kehidupan Para Sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s. (Ashaabi Ahmad a.s)

[Setelah mengucapkan tasyahud, taawudz, bismillah dan tilawat Surah Al Fatihah], Hudhur (Atba) bersabda: ‘Hadhrat Imam Mahdi a.s. suatu kali menyatakan: ‘Janganlah mengira yang dimaksud dengan para Sahabah itu adalah mereka yang telah berlalu di Masa Awwalin. Melainkan, ada pula kaum lain yang Allah Taala telah sebutkan di dalam Al Quran Karim. Yakni, mereka itu pun adalah para Sahabah yang merupakan Buruz [atau pantulan dari kebangkitan sifat] Ahmad.
Inilah yang dimaksudkan oleh ayat: yakni,

Sabar, Istiqamah, Istighfar dan Shalawat

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)