Tanggal 7 Februari 2014 di
Masjid Baitul Futuh, UK.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك لـه، وأشهد أن
محمّدًا عبده ورسوله. أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرّجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن
الرَّحيم* الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم
الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب
عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ،
Program Mingguan MTA dibawah
judul Rah-e-Huda (Jalan untuk memperoleh Hidayah), para Muballigh dan beberapa
Ulama Jemaat mengadakan acara diskusi tentang berbagai macam masalah dan juga
disediakan waktu untuk tanya-jawab dengan para pemirsa yang mengadakan kontak
langsung, termasuk orang-orang Ghair Ahmadi juga mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Pada Minggu yang lalu saya sempat menyaksikan program
tersebut. Waktu itu sedang berlangsung pertanyaan-pertanyaan dari seorang ghair
Ahmadi tentang sebuah ilham Hadhrat Masih Mau’ud as. Bahkan pertanyaan itu dalam bentuk tuduhan. Ia berkata, “Jika
kita melihat Al-Quranul Karim, firman Allah Ta’ala,
Hadits dan juga kalam (ucapan) para salafush
shalihin (orang-orang suci zaman awal Islam), semua mempunyai kaitan satu
sama lain, tapi kaitan itu tidak dapat dilihat di dalam kata-kata ilham Hadhrat
Masih Mau’ud as atau kami tidak
memahaminya.”