Friday, July 1, 2011

Berbagai Petunjuk Allah Kepada Para Muttaqi Menuju Ke Kebenaran Haqiqi

'Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang adalah pecinta dan hamba sejati Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw, diutus oleh Allah Taala ke dunia untuk lebih memperluas tugas missi Rasulullah Saw.
Yakni, apapun yang beliau a.s. peroleh ialah semata-mata berkat kemuliaan Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw. Dan keberkatan atau karunia apapun yang beliau a.s. peroleh, ialah semata-mata berkat keberhasilan beliau ber-fana fii rasul, atau kamil ittiba kepada wujud Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw,
Hadhrat Masih Mau'ud a,s, menulis di dalam buklet beliau, 'Al Wasiyyat' (The Will) menulis:
Akan tetapi, keberkatan di dalam derajat Kenabian Hadhrat Muhammad Saw ini sedemikian mulusnya. Tak ada sedikit pun rintangannya. Malahan, keberkatannya sedemikian mulia, yang melebihi status Kenabian para rasul lainnya..
Mengikuti jalan Kenabian Hadhrat Musthafa Muhammad Rasulullah Saw adalah yang paling mudah untuk mencapai fanafillah.’ [The Will, p.15]
Jadi, semata-mata berkat mengikuti kemuliaan derajat Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw, Allah Taala pun berkenan mengangkat status rohani beliau hingga mencapai derajat Kenabian.
Namun, beliau pun mengingatkan, bahwa hanya mengikuti saja tidaklah cukup untuk diberi karunia derajat Kenabian jika ada sedikit saja unsur yang justru merendahkan harkat derajat Hadhrat Rasulullah Saw.
Suatu aspek yang diperlukan agar dikaruniai Kenabiaan-tabii tersebut – seiring dengan sungguh-sungguh ber-fana fiillah - adalah juga harus menjadi ummati haqiqi dari Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw.
[Sehingga, jika yang terjadi adalah nabi ummati, tentu tak ada sesuatu hal yang merendahkan derajat beliau Saw]
Pendek kata, kondisi yang pertama dan utama untuk itu adalah harus berasal dari antara Ummah Rasulullah Saw yang sejati. Maka kemudian, Allah Taala pun mengaruniai Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dengan berbagai Tanda fadzl dukungan dan nusrat pertolongan Ilahi, yang mampu menarik perhatian seluruh dunia.
Inilah syiar risalah yang telah dimulai sejak awal pendakwaan beliau a.s., yang berlanjut terus hingga hari ini, yang setelah menyadari keberkatan ini, para mukhlisin, orang-orang yang berfitrat suci pun terus menerus berdatangan, menaiki Bahtera Hadhrat Imam Mahdi a.s. ini.
Walhasil, sekarang ini, hanya para mukhlisin, orang-orang [berfitrat murni] seperti itu saja-lah yang dapat memperoleh faedah karunia yang Allah Taala berikan kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s. berkat sikap tabii haqiqi beliau kepada Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw, yakni, tergabung ke dalam Silsilah Khilafat-Nya.
Sekarang ini, banyak para mukhlisin, orang berfitrat suci yang memperoleh petunjuk hidayah kebenaran pendakwaan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. melalui mimpi, ru'ya mereka, sehingga mereka pun masuk ke dalam Jamaat ini.
Yakni, untuk membuktikan kepada orang-orang tersebut, bahwa Khilafat Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini pun adalah khilafah rasyidah yang memperoleh petunjuk Ilahi, Allah Swt memperlihatkan para Khulafa Ahmadiyah kepada mereka dalam bentuk berbagai ru'ya.
Maka pada hari ini, saya hendak menyajikan sebagian dari gambaran fenomena rohani yang terjadi di berbagai belahan dunia ini.
(1). Tuan Modu Nijay dari Gambia [Afrika Barat] mengisahkan: 'Aku berhubungan dengan seorang Ahmadi yang sedang aktif ber-Tabligh di penghujung tahun 2003.
Ketika itu, aku menjadi anggota jamaah firqah Tajaniah [yang berpengaruh di Afrika], namun sebetulnya tidak memahami hakekat beragama selain hanya mengikuti apa yang dikatakan ulamanya, bahkan kecanduan minum alkohol pula.
Sebelum menerima kebenaran Islam Ahmadiyah, aku mendapat ru'ya: Diriku sedang membersihkan sebidang tanah yang sudah ditumbuhi semak belukar.
Setelah aku bekerja keras, tanah itu pun berubah menjadi suatu lahan yang bersih dan terang kembali.
Kemudian, menampak kepadaku seorang waliullah beserta dengan beberapa orang sahabahnya yang memanggilku, dan berkata: 'Bila tuan ingin merubah diri, ikutilah aku.'
Dan aku mendapat mimpi yang sama ini sebanyak 3 (tiga) kali, sehingga diriku pun menjadi haqul-yaqin untuk Bai’at, masuk ke dalam Jamaah Ahmadiyah.
Sejurus kemudian, aku pun melihat foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s. setelah peristiwa Bai’at tersebut, yang aku sadari sebagai waliullah yang menyeru kepadaku di dalam ru'ya itu.
Setelah itu, diriku pun mengalami inqillabi haqiqi. Menjadi dawam dan berdisiplin Salat Lima Waktu, serta Salat berjamaah. Rajin tilawat Al Qur’an dan membayar Chandah serta pengorbanan harta lainnya.
Setelah tamat membaca Al Qur’an yang dipuncaki dengan acara ‘Amin’, doa bersama, aku pun mulai mengajarkan Al Quran kepada anak-anak dan keluargaku.
Dengan karunia Allah Taala, kini aku sudah menjadi seorang Musi dan rajin Salat Tahajjud.
Keluarga besarku menjadi terheran-heran, tak percaya bahwa aku ini adalah masih Modu Nijay yang dulu, tetapi sudah berubah lahir batinnya.
(2). Tuan ustadz Isa Juv, juga dari Gambia, mengisahkan: 'Ketika aku masih berusia 10 (sepuluh) tahun dan bersekolah di SD-Katolik berbahasa pengantar Perancis, mendapat mimpi aku berada di dalam sebuah rumah tua yang bersinar tetapi tak beratap. Lalu ada seorang wujud suci yang memakai jubah merah dan di atas sorban kepalanya ada lingkaran sinar cahaya, turun dari langit.
Kemudian beliau mengucapkan kalimat Doa [Shalawat] sebagaimana yang biasa kaum Muslim Ahmadi mengucapkannya, yakni, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Ketika aku meningkat dewasa, dan berusia sekira 17 (tujuh belas) tahun, aku mendapat mimpi lagi. Aku melintasi sebuah rumah tua yang sedang dipugar dengan tembok putih dan pintu-pintu serta jendelanya berwarna hijau.
Aku merasakan di dalam mimpi itu, bahwa rumah yang sebelumnya terlantar tersebut, kini dimuliakan. Lalu ada seorang suci yang datang, dan memanggilku, tetapi menggetarkan diriku.
Orang suci tersebut memanggiku lagi. Maka aku pun bertanya: 'Siapakah tuan ini ? Beliau menjawab: 'Aku adalah orang yang telah dijanjikan akan datang di Akhir Zaman. Oleh karena itu, tak perlu ada yang ditakutkan.'
Kemudian beliau mengajak diriku ke sebuah ruangan yang tampak seperti sebuah laboratorium. Lalu beliau berkata: 'Ini adalah lab-ku. Dan aku adalah seorang ahli kimia.'
Ketika aku terjaga, pelupuk mataku basah oleh air mata kecintaan kepada orang suci tersebut.
Sepuluh tahun kemudian, ketika aku melihat foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s. segera saja aku mengenali beliau sebagai orang suci sebagaimana yang aku lihat di kedua mimpiku itu.
(3). Tuan Muhammad Ali dari Tanzania mengisahkan: 'Aku mendapat ru'ya, melihat seorang waliullah berkulit terang mengimami Salat, yang membuat batinku sangat berbahagia.
Beberapa hari kemudian, aku berkesempatan datang ke sebuah Masjid Jamaah Ahmadiyah, dan melihat foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang aku kenali sebagai waliullah di dalam mimpiku itu. Maka aku pun segera mengambil Bai’atnya.
Namun, setelah Bai’at, aku banyak menghadapi penentangan dan berbagai kesulitan.'
Ini adalah suatu pelajaran bagi kita, bahwa bukan hanya kaum Ahmadi di Pakistan saja yang harus mengalami banyak ujian.
Tuan Ali melanjutkan: 'Sebetulnya aku memiliki [hak waris] lahan tanah seluas satu acre (lebih kurang 0,4 hektar). Namun kemudian ayahku membatalkannya.
Maka aku pun memilih hijrah ke suatu tempat lain, yang dengan karunia Allah Swt, [rezeki-ku bertambah-tambah, hingga bahkan] aku berhasil memperoleh 6 (enam) acres lahan sebagai penggantinya.
Dan disebabkan ketekunanku dalam ber-Tabligh, membuahkan hasil berupa berdirinya 6 (enam) Jama’at di sekitar daerahku yang baru tersebut.'
(4). Tuan Kabure Musa dari Burkina Faso mengisahkan: 'Di usianya yang sudah uzur, ayahku berpesan agar jangan ragu-ragu untuk menerima Imam Mahdi [yang haqiqi] bilamana aku dapat mengenali [kebenaran]-nya.
Maka, aku pun banyak melakukan doa untuk itu.
Suatu malam, aku mendapat ru'ya: Melihat banyak orang di kota yang berkelahi satu sama lain, hingga banyak menumpahkan darah.
Ketika aku mencoba mendekati mereka untuk bertanya: Mengapa kalian berkelahi ?' Massa tersebut malah bergerak ke arah diriku dengan sikap yang agresif [hendak menyerang diriku].
Namun, tiba-tiba saja ada seorang waliullah mengangkat diriku layaknya seorang ayah yang menyelamatkan anaknya, lalu memindahkan diriku ke suatu jalan yang terang dan lebar.
Maka aku pun segera melangkah di jalan tersebut. Tak lama kemudian, aku mendapati sebuah Masjid. Maka aku pun masuk ke dalam Masjid itu.
Tak lama setelah mimpi tersebut, ketika aku bersilaturakhmi ke sebuah rumah missi Jamaat, aku melihat foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Seketika itu juga aku terperangah sambil berkata: 'Inilah waliullah yang aku lihat dalam ru'ya itu, yang telah menyelamatkan diriku dari ancaman keroyokan massa.'
Begitulah kisah tuan Musa ini. Dan dikarenakan beliau adalah seorang Imamul Masjid, maka ketika beliau masuk ke dalam Jamaat Ahmadiyah, banyak pula jamaahnya yang ikut serta.
(5). Tuan Pir dari Senegal (Afrika Barat Daya) yang jamaahnya menyebar luas di 132 tempat ini mengisahkan: 'Aku menerima kebenaran [Islam] Ahmadiyah berkat sebuah mimpi yang benar.
Dan aku bersumpah dengan Al Qur’an Karim, bahwa pada beberapa tahun yang lalu aku mendapat sebuah ru'ya ketika aku sudah banyak berusaha dan berdoa mencari wujud Imam Mahdi yang sejati.
Di dalam ru'ya itu, aku melihat Dua Kalimah Syahadat [Laa ilaaha ilallah wa asyhaduanlaa Muhammadar Rasulullah] terjatuh ke tanah. Banyak kaum alim ulama yang berusaha mengangkatnya bersama-sama. Tetapi tidak berhasil.
Tak lama kemudian munculah seorang waliullah, yang berkata, bahwa namanya adalah Muhammad Al Mahdi. Lalu, beliau pun mengangkat Kalimah Syahadat tersebut seorang diri dengan mudah.'
Begitulah, sekarang ini, hanya melalui Hadhrat Imam Mahdi a.s. sajalah nilai kebenaran haqiqi Kalimah Syahadat dapat menyebar ke seluruh dunia. Sedangkan kaum Ulama justru mencemarkan citra Islam.
(6). Tuan Abdullah Fateh dari Algeria (Al Jazair, Afrika Utara) menceritakan: 'Pada suatu hari, aku berkesempatan menghadiri acara Soal-Jawab di rumah missi Jamaat. Lalu aku mendapat hadiah dua buah buku karya Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang berjudul ‘Al Khutbah Ilhamiyah’ dan ‘Al Huda’.
Setelah membaca kedua-buah buku tersebut, ketika aku mengunjungi kembali rumah missi, aku berkata, bahwa semua ini mustahil tulisan dari seorang pendusta.
Lalu, aku pun mengenakan gulungan kain putih di atas kepalaku, kemudian berkata [kepada tuan Mubaligh]: 'Sesungguhnya, pada beberapa waktu yang lalu aku bermimpi bertemu dengan seorang suci yang mengenakan sorban seperti ini, dan wajah dipenuhi nur cahaya.'
Maka tuan Mubaligh itu pun memperlihatkan foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s., tanpa menyebutkan siapakah beliau itu sebenarnya.
Seketika itu juga aku berdiri serentak sambil berkata: 'Inilah orangnya yang aku lihat di dalam ru'ya-ku itu. Maka aku pun segera mengambil Bai’at-nya.'
(7). Seorang Arab di Finlandia (Eropa Utara) mengisahkan: 'Beberapa tahun setelah kemangkatan ayahku, aku mendapat ru'ya: Sementara almarhum ayahku terbaring di liang lahatnya, seorang wujud waliullah yang berpancaran rohani dan mengenakan jubah [merah, berjanggut hitam serta ada namanya di bagian dada tetapi aku tak ingat], bangkit dari kuburnya. Lalu membangkitkan dan membawa pergi ayahku dengan tangan kanannya.
Enam bulan setelah mimpi itu, ketika aku memutar-mutar saluran TV satelit, aku mendapati siaran MTA - Al Arabia, dan menyaksikan tayangan Hadhrat Khalifatul Masih Araabi (IV) rahimallahu, bersama tuan Hilmi.
Beberapa hari kemudian, dalam suatu tayangan acara lainnya, Hadhrat Khalifatul Masih Araabi (IV) rh., memperlihatkan foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s., [sebagai Imam Mahdi yang haqiqi], yang aku mengenalinya sebagai waliullah di dalam ru'ya-ku itu.'
(8). Seorang Ahmadi dari Senegal mengisahkan: 'Dalam suatu ru'ya, aku melihat dua [foto] wujud suci di langit, yang aku meyakininya sebagai Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw dan satunya lagi Hadhrat Masih Mau'ud a.s., tetapi aku tak dapat mengidentifikasikannya yang mana.
Namun kemudian, salah satu wujud suci itu menghilang. Sedangkan yang satunya lagi mendekati diriku sambil berkata: ‘Aku-lah Imam Mahdi.’
Seorang mubaligh kita melaporkan: 'Ketika rombongan Jamaat kami berhasil menemui tuan ini, lalu memperlihatkan foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s.; ia berkata: 'Ya, inilah wujud suci [Imam Mahdi] yang aku lihat di dalam ru'ya-ku itu.'
Maka segera itu pula, tuan ini Baiat.
(9). Seorang Ahmadi di Syria mengisahkan: 'Ketika aku diperkenalkan kepada [Islam] Ahmadiyah, aku pun mulai membaca semua buku karya Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dalam bahasa Arab; yang membuat diriku terpana dan tak dapat mengelak lagi.
Maka aku pun rajin melakukan salat Istikharah, hingga suatu kali mendapat ru'ya, yakni, menampak kepada-ku ayat Al Quran ini:
yang artinya, ‘Maka mereka bertemu dengan seorang hamba dari antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami anugerahi rahmat dari Kami, dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari hadirat Kami.’ (Q.S. 18 / Al Kahfi : 66).
Lalu, di dalam suatu ru'ya yang lain, aku melihat Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw.
Menjawab pertanyaanku, Rasulullah Saw bersabda: 'Hanya Mirza Ghulam Ahmad sajalah yang dapat membawa najat keselamatan dari berbagai pengaruh buruk di Akhir Zaman ini’.
[Lalu, aku pun meminta istriku agar juga melakukan salat Istikharah, sehingga dia pun mendapat ru'ya].
Hal ini membuat diriku haqul-yaqin terhadap kebenaran pendakwaan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., namun aku belum segera menyatakan Baiat, karena aku ingin memberi kesempatan kepada lingkungan karib-kerabatku agar mereka pun memikirkannya juga.
Maka pada bulan Juli tahun 2009, aku pun menyatakan Bai’at, yang diikuti oleh lima orang teman-teman dekatku itu.'
(10). Tuan Beima dari Ivory Coast (Afrika Barat) mengisahkan: 'Sekira dua puluh tahun yang lalu, aku menderita sakit keras, yakni mendapat serangan gejala penyakit epilepsi.
Tak ada pengobatan yang membawa hasil. Oleh karena itu aku pun diberi semacam Tawiz (atau jimat, isim) sebagai cara pengobatan alternatif.
Namun, di hari-hari itu juga aku mendapat ru'ya berjumpa dengan seorang waliullah yang berkata kepada-ku agar membuang jimat, isim tersebut.
Aku meyakini di dalam qalbu, bahwa waliullah itu adalah Imam Mahdi. Maka aku pun segera saja membuang jimat, isim tersebut, yang ternyata sejak hari itu juga membuat diriku sembuh.
Lalu, aku pun mulai mencari-cari siapakah wujud Imam Mahdi [yang haqiqi] itu ?
Ketika pada suatu hari ada seorang Ahmadi yang berkenalan dengan diriku, ia mengatakan, bahwa ia sudah menemukan figur Imam Mahdi yang aku cari-cari.
Teman Ahmadi ini kemudian memperlihatkan foto-foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s. [dan para Khalifatul Masih beliau], yang aku kenali sebagai waliullah yang menyuruhku untuk membuang ajimat atau isim yang ada pada diriku.'
[Begitulah berbagai macam ajimat atau isim, kini telah banyak dipergunakan oleh kaum mullah; yang untuk itu Hadhrat Imam Mahdi membersihkan faham bid'ah semacam itu. Oleh karena itulah beliau pun disebut Imam Mahdi].
(11). Seorang Ahmadi di Abu Dhabi mengisahkan: 'Aku sudah banyak membaca buku-buku Jamaat sebanyak waktu yang aku miliki, ditambah lagi dengan rajin menonton tayangan MTA – Al Arabia.
Pada mulanya, masih ada sedikit perasaan negatif. Namun, setelah lebih mendalami tafsir Al Qur’an-nya dan juga berbagai Hadith yang terkait, qalbuku pun menjadi yaqin.
Kini hanya ada dua pilihan bagiku: Pertama: Apakah aku masih harus menunggu-nunggu kedatangan Nabi Isa Israili a.s. yang dahulu itu; Ataukah lebih baik menerima kebenaran pendakwaan Hadhrat Ahmad a.s. sebagai Al Masih Yang Dijanjikan, yang sudah nyata berhasil membersihkan agama Islam dari segala macam bid'ah yang tak masuk diakal; dan juga sekaligus mempertahankan kemuliaan Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw ?
Untuk itu akupun giat berdoa memohon petunjuk Allah Taala.
Nyata kemudian, qalbu-ku dicondongkan kepada Jamaat Ahmadiyah ini.
Lalu, ketika aku membaca Syair Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengenai 'Keagungan Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw', diriku sangat terharu, air mataku berlinang. Sungguh mustahil seorang pendusta dapat menggubah syair seperti itu.
Dan mustahil pula bagi seorang non-Arab dapat menggubah suatu syair berbahasa Arab yang demikian elok, jika tanpa ada bantuan Ilahi.
Walhasil, semua ini tiada lain adalah sebagai suatu Tanda; bahwa Allah Taala sungguh telah memberikan petunjuk hidayah-Nya kepada beliau a.s..
(12). Tuan Hariri, yang juga dari Syria mengisahkan: 'Aku ini orang yang ummiy, yakni, tak pandai baca-tulis.
Pada beberapa bulan yang lalu, aku mendapat berbagai ru'ya yang memperlihatkan, bahwa aku sudah mati suri.
Pada ru'ya yang terakhir, aku melihat Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw sedang memberkati salah satu ruangan di rumahku.
Pada keadaan aslinya, ruangan tersebut hanya mempunyai satu pintu. Tetapi di dalam ru'ya itu aku lihat ada dua pintu; yang satu menghadap ke arah Barat, sedangkan pintu lainnya menghadap ke arah Ka’bah.
Kemudian, ayahku menyuruh aku untuk mengucapkan salam: 'Assalamu Alaikum wa Rahmatullah', kepada Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw.
Setelah mengucapkan salam, aku pun menyalami tangan beliau Saw. Maka, seketika itu juga aku merasakan adanya sentuhan aliran hawa dingin yang menyejukan di wajahku, dan juga seluruh pikiran serta jiwaku.
Aku menyaksikan pula, Hadhrat Imam Mahdi pun hadir dalam jubah Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw.
Kemudian, aku pun melakukan salat Istikharah, yang justru memperlihatkan berbagai kedhoifan rohaniku.
Lalu, aku melihat diriku bersama ibuku di suatu pemakaman, yang Hadhrat Imam Mahdi pun sudah hadir di situ untuk mengambil jiwaku. Kemudian beliau memukulkan tangannya ke atas leherku hingga membekaskan suatu tanda.
Lalu, aku pun berjalan jauh. Dalam perjalanan itu aku bertemu dengan seorang pemuda. Aku bertanya kepadanya seraya memperlihatkan tanda di leherku dari Hadhrat Imam Mahdi.
Ia menjawab: 'Aku pun memiliki tanda seperti itu. Tak apa-apa, ini hanya sebagai tanda, bahwa kita sudah mengambil Bai’at-nya.
(13). Tuan Haquq dari Algeria mengisahkan: 'Pada suatu hari, secara kebetulan aku menyaksikan tayangan MTA – Al Arabia yang sedang menyiarkan acara perdebatan dengan pihak Kristen.
Aku menjadi haqul yaqin, bahwa Jamaat Ahmadiyah inilah yang benar, dan aku tak memerlukan sesuatu mimpi sebagai tanda kebenarannya. Hal ini sesuai dengan sikap yang diperlihatkan oleh Hadhrat Abu Bakar r.a..
Oleh karena itu aku pun segera saja menerima kebenaran pendakwaan Hadhrat Imam Mahdi a.s..
Tetapi kemudian, aku mendapat mimpi juga, yakni, melihat tuan Nasir Salahudin sedang memimpin pihak Jama’at Ahmadiyah dalam perdebatan melawan pihak Kristen.
Lalu, tiba-tiba aku mendengar suara ghaib: 'Bukalah handphone-mu, dan akan menampak suatu angka.'
Ketika aku buka, menampaklah kepadaku angka 2150, dan kalimat: 'Di akhir tahun [2150] ini, Islam akan unggul di atas semua agama lainnya.'
Maka timbul suatu keyaqinan d dalam qalbuku bahwa Islam niscaya akan berjaya di tahun 2150 itu.
Lalu, ketika aku terjaga dan melihat jam digital di dekatku, menunjukkan waktu yang sama, yakni jam 21.50 malam.
Setelah Bai’at sejak 7 (tujuh) bulan yang lalu, aku pun rajin berpuasa sunnah.
Pada suatu malam, aku mendapat ru'ya yang lain lagi. Aku melihat Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw sedang murka kepada kaum ulama, lalu beliau berkata dengan tegas mengenai Hadhrat Masih Mau'ud a.s., bahwa: ‘Beliau ini adalah rasul dan nabiyullah yang memang harus datang sesudahku’.
(14). Tuan Hadad yang juga dari Algeria mengisahkan: 'Pada bulan Ramadhan tahun 2004 aku mendapat ru'ya: Ada seorang laki-laki yang datang dan berkata kepadaku: 'Mari kita temui Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw’.
Sejurus kemudian, aku pun melihat Rasulullah Saw sedang berdiri di balik tembok yang tingginya sekira satu meter. Beliau Saw melihat kepada diriku sambil tersenyum.
Di dekat beliau Saw ada seorang suci lainnya yang berkulit warna gandum dan berjanggut hitam.
Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw menunjukkan jari kepada beliau sambil bersabda: 'Hadzaa rasulullah ! Yang artinya: 'Beliau ini adalah seorang nabiyullah’.
Empat tahun setelah mendapat ru'ya tersebut, ketika aku berkesempatan menonton tayangan MTA, aku melihat foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s., yang sudah aku kenali di dalam ru'ya-ku itu. Maka aku pun segera mengambil Bai’at-nya.
(15). Tuan Shamsuddin Sadiq dari Kurdistan mengisahkan: 'Aku melihat Hadhrat Imam Mahdi a.s. turun dari singgasana beliau di atas bulan, dalam suatu pemandangan ru'ya sekira 25 (dua puluh lima) tahun yang lalu.
Setelah pada suatu saat aku menyaksikan siaran MTA, qalbuku pun menjadi yaqin, bahwa saluran televisi satellite MTA ini tak pelak lagi adalah tafsir dari ru'ya-ku tersebut.
Maka setelah itu, aku pun mencari-cari kesempatan untuk segera mengambil Bai’at-nya.
(16). Tuan Abdul Rahim dari Iraq mengisahkan: 'Aku segera mengisi dan mengirimkan Surat Pernyataan Baiat-ku kepada Hudhur, segera setelah aku mendapat ru'ya bertemu dengan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., padamana beliau berkata kepadaku: 'Engkau ini adalah umatku, maka segeralah Bai’at’.
(17). Tuan Muhammad Ahmad dari Mesir mengisahkan: 'Sebelum Bai’at, aku ini hidup dalam kegelapan. Sebagaimana kaum Muslimin pada umumnya, aku berkubang dalam sikap penuh curiga dan keragu-raguan, serta tak mampu menjawab berbagai masalah yang kami hadapi.
Suatu hari aku pun memutar-mutar saluran TV, yang disertai kepenasaran: Barangkali pihak Kristen ataupun Islam Syiah mempunyai jawabannya. [Namun tidak juga].
Hingga suatu saat aku menyaksikan siaran MTA, yang secara kebetulan sedang menayangkan citra Islam yang sudah tidak familiar.
Aku pun menyaksikan tayangan tentang Kedatangan Al Masih Yang Dijanjikan, yang di dalamnya juga dikemukakan mengenai Wahyu Ilahi yang tak akan berkesudahan (Al Mutakalim).
Pikiranku terantuk kepada perkara ini, dan merasa tambah bingung.
Namun, setelah menyadari kembali keadaan diriku, aku pun memutuskan untuk lebih rajin menonton MTA. Tetapi, aku pun tahu, kaum Ulama menganggap kaum Ahmadi kufur.
Tetapi aku ingat, semua nabiyullah pada awalnya mereka sebut sebagai pendusta. Dan Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw sendiri telah menubuatkan, bahwa agama Islam akan terpecah menjadi 73 firqah.
Namun Rasulullah Saw mewasiatkan agar mengikuti dan menerima Jamaah yang di dalamnya ada Imam Mahdi.
Oleh karena itu, aku pun giat berdoa sedemikian rupa.
Lalu aku menemukan, bahwa Hadhrat Imam Mahdi a.s. ini telah mendirikan Jamaat yang mengikuti perintah Al Qur’an Karim dan Sunnah Rasulullah Saw.
Setelah aku pelajari dan renungkan dalam-dalam, aku pun menyadari bahwa semua ini adalah nyata dan benar.
Qalbuku telah condong kepada kebenaran ini. Semuanya sesuai dengan Al Qur’an dan berbagai Sabda Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw.
Aku pun menemukan begitu banyak Hadith shahih mengenai keniscayaan datangnya Imam Mahdi.
Namun, mereka yang mempelajari Islam hanya dari apa yang dikatakan oleh Ulama mereka, akan mendapati perkara ini jadi asing.
Maka aku pun rajin melakukan salat Istikharah, sehingga di bulan Ramadan tahun 2007 aku mendapat ru'ya yang membenarkan pendakwaan Hadhrat Masih Mau'ud a.s..
(18). Seorang Ahmadi lainnya dari Gambia mengisahkan: 'Aku adalah seorang Kepala Desa. Suatu hari aku mendapat ru'ya bertemu dengan dua orang laki-laki yang berkata kepadaku, bahwa sekarang ini adalah Zaman Imam Mahdi, dan beliau sudah datang.
Setelah itu, aku masih mendapat beberapa ru'ya lainnya yang berkaitan dengan dua orang suci itu.
Pada suatu ru'ya yang lain lagi, aku didatangi seorang keponakanku sambil mengendarai kuda berpelana. Ia berkata: 'Dua orang waliullah itu sudah menunggumu di tepi pantai.'
Ketika aku berhasil menemui mereka, salah seorang di antaranya berkata kepadaku sambil menunjuk ke waliullah yang berada di sebelahnya: 'Beliau ini adalah Imam Mahdi Akhir Zaman. Oleh karena itu terimalah Baiatnya’.
Ketika suatu saat aku bertemu dengan seorang Mubaligh Jamaat, beliau bertanya kepadaku: 'Apakah tuan dapat mengenali kedua-orang waliullah tersebut bila aku memperlihatkan foto-foto ?' Aku jawab: 'Insya Allah'
Ketika beliau memperlihatkan foto-foto tersebut, yakni foto Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dan Hadhrat Khalifatul Masih Tsani (II) r.a., aku pun dapat segera mengenalinya sebagai dua orang waliullah yang aku lihat dalam ru'ya-ku itu.
(19). Tuan Galabzabi dari Algeria mengisahkan: 'Waktu aku masih muda, aku mendapat ru'ya melihat seseorang yang berkulit terang yang meminta diriku untuk mengulurkan tangan kepadanya agar dapat dibawa pergi bersamanya. Namun aku merasa ada sedikit ragu-ragu.
Aku mendapat ru'ya yang sama ini selama hampr setahun, yang akhirnya aku terima permintaannya itu.
Lalu, aku pun melihat seorang wujud lainnya yang lebih berwibawa, yang memerintahkan orang yang berkulit terang itu.
Beberapa tahun kemudian, ada seorang teman yang mengajakku menonton siaran MTA.
Di dalam tayangan itu aku melihat orang berwibawa yang memerintahkan ini itu kepada orang yang berkulit terang. Aku pun terheran-heran siapakah sebenarnya orang-orang ini.
Ketika aku mendapat penjelasan tentang semua ini, aku pun segera menyadari hikmah berbagai ru'ya-ku itu, bahwa aku dapat menerima kebenaran pendakwaan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., ikut bergabung ke dalam Jamaat-nya, yakni, mengambil Bai’at-nya.'
Jadi, tafsir ru'ya-nya itu: Orang yang berkulit terang adalah tuan Mustapha Tsabit (penterjemah). Sedangkan orang yang memerintahkan beliau ini itu, adalah Hadhrat Khalifatul Masih Araabi (IV) rh.a.
(20). Tuan Malik dari Iraq mengisahkan: 'Aku telah diperkenalkan kepada Jamaat Ahmadiyah melalui tontonan siaran MTA. Namun, waktu itu belum ada tayangan MTA - Al Arabia.
Jadi, ketika untuk pertama kalinya aku melihat tayangan Hadhrat Khalifatul Masih Araabi (IV) rh.a., aku pikir beliau ini perwakilan dari agama Buddha.
Namun, ketika aku menyaksikan tayangan kewafatan beliau rh.a., di MTA, aku seolah melihat pantulan nur Nabi Muhammad Saw pada wajah beliau. Kemudian, kami semua yang memirsa tayangan tersebut entah mengapa serentak berseru: Kaum ini sajalah yang sebenarnya patut disebut kaum Muslimin yang haqiqi].
Kami semua yang menyaksikan tayangan pemakaman beliau rh.a tersebut menangis terharu.
Setelah saluran MTA - Al Arabiya mulai disiarkan, aku dan seluruh keluargaku menyatakan Bai’at.
[Tetapi istriku sebenarnya Bai’at setelah mendapat dua ru'ya berturut-turut dalam waktu satu minggu.
Pada ru'ya pertama, ia melihat Hadhrat Ali r.a. memberi seberkas tulisan kepada anak perempuanku. Ketika istriku memeriksanya, ternyata formulir Baiat.
Pada ru'ya kedua, ia melihat ada seseorang datang membawa surat dari Hadhrat Imam Mahdi yang bertuliskan: 'Barangsiapa yang berada di dalam Baitku, maka mereka itu adalah Ahli Baitku.'
Setelah itu pun istriku masih banyak menerima ru'ya lainnya. Salah satunya adalah, ia mendengar suara ghaib, bahwa Imam Mahdi sudah datang di Najaf. Maka aku bersama beberapa orang teman menemuinya lalu menyatakan ingin Bai’at.
Namun orang itu mengatakan, bahwa dirinya hanyalah seorang Mujaddid, sedangkan Imam Mahdi yang haqiqi sudah datang di Qadian].'
Pada ru'ya yang lain, ia melihat Hudhur sedang berpidato di hadapan orang banyak, sedangkan tuan Malik duduk di dekat Hudhur.
Aku pun melihat Hudhur mengenakan jubah panjang, yang membuat diriku heran, mengapa Hudhur memakai jubah Imam Mahdi.
Setelah Hudhur selesai berpidato, Hudhur meletakkan tangan beliau di kepala tuan Malik sambil berkata: Apakah tuan sudah merasa puas ? Dan kelihatannya tuan sudah lapar.'
Kemudian beliau membawa diriku untuk bersantap.
Maka, tuan Malik pun mengambil Bai’at-nya.
(21). Tuan Yasin Sharif dari Syria mengisahkan: 'Aku mengirim surat kepada Hudhur, bahwa setelah aku Bai’at, betapa Allah Taala banyak memberi rahmat karunia kepadaku.
Sedangkan sebelumnya, aku sedemikian prihatin terhadap kaum Muslimin.
Aku telah mengikuti berbagai macam firqah, berbagai macam Maulwi, maupun orang yang mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi. Namun, ternyata semua itu jauh dari kebenaran. [Maka aku katakan kepada Maulwi yang mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi itu: Engkau ini pendusta !
Tak lama kemudian, ia tewas dalam suatu kecelakaan lalu lintas bersama istrinya].
Pada tahun 1997, aku membeli perangkat antena satellite parabola. Lalu mengabaikan jabatanku sebagai seorang Imam masjid. Melainkan hanya banyak berdiam di rumah, [menyaksikan berbagai tayangan tv satelit].
Ini dikarenakan aku sudah begitu kecewa kepada Dunia Islam, dan ingin segera mengakhiri kehidupan duniawi-ku. [Aku sangat mendambakan kehidupan akhirat yang baqa].
Aku menyurat lagi kepada Hudhur, bahwa setelah sepuluh tahun hidup berkhalwat, Allah Taala pun berkenan memberikan petunjuk-Nya untuk lebih mendekat kepada Hudhur yang aku dapatkan keamanan dan ketenteraman.
Lalu, aku pun melaksanakan ibadah Umrah pada bulan Juni bersama ibuku. Setelah itu, berkesempatan lagi melakukan beberapa kali Umrah lainnya. Yakni, pertama, atas nama Hadhrat Masih Mau'ud a.s., dan selanjutnya atas nama semua Khalifah beliau.
[Ini semua disebabkan doa-doaku yang Allah Taala telah kabulkan].
Sebelum Bai’at, aku berjumpa dengan beberapa orang Ahmadi di dalam ru'ya.
Aku bertanya kepada mereka: 'Apakah tuan-tuan sanggup berkata kepadaku dengan bersumpah demi Allah, bahwa tuan-tuan semua yaqin sudah berada di jalan fii sabilillah ? Sudah berada di dalam Sunnah Rasulullah Saw, serta memahami hakekat ajaran Islam ?
Maka orang-orang itu pun menyatakan permintaanku itu hingga beberapa kali dengan tegas, hingga aku pun dapat melihat urat nadi di leher mereka.
Maka aku segera menyatakan, bahwa mulai hari ini aku adalah sebagai orang Ahmadi.
Kemudian, aku melihat Hudhur di dalam ru'ya tersebut dalam keadaan tergesa-gesa. Hudhur melihat ke arah diriku, lalu menuju ke arah timur.
Setelah aku Bai’at, mendapat ru'ya lagi: Aku berada di dalam alam Barzah. [Aku melihat Hadhrat Imam Mahdi], lalu mendengar suara ghaib: 'Kini sambungan telephon hanya berhasil melalui Mirza sahib. Barangsiapa yang ingin menggunakan saluran telephon, lakukanlah melalui Mirza sahib’.
(22). Seorang Ahmadi dari Benin mengisahkan: 'Meskipun aku hidup berkecukupan, tapi aku tak begitu mempedulikan kewajiban pembayaran Chandah dlsb.. Tak ada nasehat yang dapat mempengaruhi diriku. Sehingga tuan Mubaligh pun mengatakan, bahwa upaya terakhir adalah doa.
Ternyata hal ini berhasil dengan mencengangkan. Aku mendapat ru'ya didatangi oleh Hudhur, yang kemudian berkata agar aku melunasi tunggakan seluruh kewajiban Chandah-ku, seraya menambahkan: 'Tuan pikir jumlah tunggakan tuan itu sedemikian besar. Padahal tidak.'
Maka setelah aku ceriterakan ru'ya-ku ini [kepada Pengurus], aku pun melunasi seluruh tunggakan pembayaran Chandah-ku.'
(23). Tuan Mumin dari Algeria mengisahkan: 'Aku diperkenalkan kepada Jamaat Ahmadiyah sekira enam bulan yang lalu; dan sudah mendapat keterangan yang qoth'i, bahwa Imam Mahdi sudah datang. Tetapi aku tak tahu selanjutnya harus bagaimana.
Maka suatu kali aku mendapat dua kali ru'ya. Yang pertama, aku melihat Hudhur yang membuat diriku sangat berbahagia yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Pada ru'ya kedua, aku melihat diriku sedang menangis sedih, lalu memohon bantuan Hudhur: 'Demi Allah, apakah yang harus aku lakukan ?
Maka. Hudhur pun memberi aku dua formulir Bai’at.
Ketika aku terjaga, aku nyalakan internet komputer-ku, lalu aku pun menemukan formulir Bai’at yang sama sebagaimana di dalam ru'ya itu. Maka segera itu juga aku ber-Bai’at; [yang setelah itu aku merasakan terjadi banyak inqillabi haqiqi di dalam diriku.']
Semoga Allah Taala senantiasa memberikan sikap istiqamah kepada para mukhlisin, orang-orang yang berfitrat baik seperti itu; yang pada setiap tahunnya sealu saja ada yang diberi petunjuk hidayah oleh Allah Taala untuk mengenali kebenaran pendakwaan Hadhrat Masih Mau'ud a.s..
Semoga Allah Taala senantiasa meneguhkan keimanan dan agama mereka. Dan semoga pula Allah Taala senantiasa meningkatkan keimanan setiap diri kita, sehingga kita pun dapat tetap menjadi pewaris berbagai rahmat dan karunia Ilahi yang terkait dengan keberkatan Hadhrat Muhammad Musthafa Rasulullah Saw.
Semoga Allah Taala senantiasa memberi taufik kepada setiap orang Ahmadi untuk ber-fastabikul khairat dalam hal ini, sehingga setiap orang Ahmadi memperoleh taufik untuk mendapat faedah dari berbagai janji Allah Swt kepada Nizam Khilafat ini; sehingga Khilafat pun senantiasa unggul, dan diri kita memperoleh berbagai karunia keberkatannya..
Amin !
o o O o o
ByMMA /LA,06/07/2011