Thursday, December 6, 2012

Muharram &Derajat Mulia Hadhrat Imam Hussein r.a

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
’Sekarang ini kita tengah menjalani bulan Islamiyah Muharramul-Haram yang adalah bulan pertama di dalam system Kalender Muslimin. Lumrahnya pada setiap permulaan suatu Tahun Baru, kita pun saling mengucapkan selamat [dan berpengharapan baru]. Yakni, pada hari Jumat yang lalu, ketika hari pertama bulan Muharram dimulai, ada seseorang yang mengucapkan selamat kepada saya. Namun, apa maknanya ?
Sebab, pada hari yang sama itu juga terjadi suatu ledakan [bom] besar di Iraq yang ditujukan kepada kaum Syiah, sehingga mensyahidkan lusinan di antaranya. Jadi, kita yang biasanya saling mengucapkan selamat pada permulaan suatu Tahun Baru, namun di awal Tahun Baru [berdasarkan tarikh] Hijriah Qamariyah ini, padamana mayoritas orang Muslim yang bersimpati kepada Ummat, justru menjadi sangat berprihatin dan ketakutan. Ini disebabkan banyaknya ledakan bom, pembunuhan dan huru-hara yang terjadi di dalam bulan itu. Yakni, meskipun pihak pemerintah telah mengeluarkan berbagai pengumuman, dan para pemimpin agama dari berbagai firqah telah mengeluarkan pernyataan bersama, namun tetap saja, kebencian antar kaum Sunni dan Syiah timbul di berbagai tempat.

Kaum Syiah diserang oleh firqah lain, ataupun oleh kelompok sesat lainnya. Bahkan kini, mereka yang berpamrih dan juga para extrimist sudah mulai belajar memainkan peranan mereka melalui tangan pihak lain dalam mengambil lusinan nyawa kaum Syiah. Mereka itu termasuk yang tidak memiliki selisih faham agama maupun sesuatu tujuan agama, melainkan hanya untuk keuntungan politis mereka belaka
Biasanya, tanggal ke-10 Muharram adalah yang paling genting, dan hal itu, di berbagai negara Belahan Timur, adalah hari [Jumat] ini). Seringkali pula kebiadaban aksi mereka itu sangat melampaui batas. Yakni, sekarang ini berbagai serangan tengah terjadi di berbagai pertemuan kaum Syiah di Pakistan. Sedemikian banyak orang telah terbunuh dalam berbagai serangan di Rawalpindi, Quetta, Karachi dan juga Swat. Serangan di Rawalpindi, terjadi pada hari kemarin dulu. Dan juga kemarin ini. 23 orang telah kehilangan nyawanya. Dan manakala kaum Syiah berkesempatan, mereka pun membalasnya. Pendek kata, keadaan kaum Muslimin sangat memprihatinkan dan disesalkan.
Adalah beberapa perkara agama pula yang mendasari timbulnya pertikaian itu sehingga menimbulkan kubangan persoalan di antara beberapa negara Muslim. Atau, bila di beberapa negara tersebut suatu kaum minoritasnya memerintah, maka timbulah reaksi dari para extrimist firqah kaum mayoritasnya. Lalu, manakala firqah minoritas itu mendapat kesempatan, mereka pun menyerang firqah mayoritas. Kemudian atas dasar ini ataupun dengan alasan untuk memerangi terrorisme, beberapa pemerintahan itupun menewaskan mereka yang tak berdosa.
Ribuan demi ribuan orang sebangsa dan setanah air, mereka bunuh sebagaimana yang kini tengah terjadi di Syria. Inilah pula yang menyebabkan mengapa beberapa kekuatan anti-Islam pun merasa lapang untuk melaksanakan tujuannya. Israel menyerang Palestina, juga disebabkan tidak adanya persatuan di kalangan ummat Islam. Tak ‘ada satupun negara Muslim yang nilai-nilai akhlaknya tak merosot, dan saling menganiaya atas dasar perbedaan faham agama.
Atas dasar itulah beberapa kekuatan asing pun mendekati mereka. Seandainya berbagai negara Muslim tersebut sadar lalu bersatu. Dan mengambil pelajaran dari sejarah para pendahulu mereka. Yakni, suatu saat Kekaisaran Roma (Italia) yang anti-Islam berusaha memanfaatkan perbedaan faham antara Hadhrat Ali r.a. dengan Hadhrat Muawiyah. Dalam usaha mengembalikan kejayaan mereka, atas prakiraan bahwa kekuatan kaum Muslimin sedang melemah, mereka pun berupaya untuk menyerang. Namun, ketika Hadhrat Muawiyah mengetahui siasat tersebut, ia pun segera mengirim pesan kepada Kaisar Roma, bahwa: Jangan coba-coba memanfaatkan situasi perselisihan kami dengan menyerang kaum Muslimin. Jika tuan sampai menyerang, ketahuilah, bahwa aku adalah Jendral pertama yang akan memerangi tuan atas nama Hadhrat Ali r.a. !’
Akan tetapi kini, mereka malah bersekutu dengan kekuatan asing untuk menebar siasat danmakar terhadap pemerintahan Muslim mereka sendiri. Hanya satu hal mereka dapat bersatu, ialah dalam bersiasat melawan Jama’ah Al Masih Muhammadi ini. lalu memfatwakan, bahwa kaum Ahmadi yang sungguh-sungguh beriman kepada Kalimah Syahadah di dalam qalbunya yang paling dalam, justru dikatakan keluar dari Islam. Mereka sudah tak mempedulikan Hadhrat Rasulullah Saw yang kata mereka menyanjung namanya, dan telah bersabda, bahwa: Tak ‘ada seorang pun yang dapat melihat qalbu orang lain dalam perkara keimanan mereka.
Seandainya mereka memahami hal ini. Dan mereka yang disebut kaum Ulama mau menyampaikan kebenaran atas dasar sikap yang adil, alih-alih menyesatkan ‘publik. Juga menyatukan diri dengan seorang insan Utusan Ilahi. Sehingga, firqahisme dan keaniayaannya pun dapat dilenyapkan. Dan konsep perang agama [yang keliru] dapat dibatalkan. Tergantikan oleh keindahan ajaran Islam sebagaimana yang telah diberikan oleh Al Masih Zamani pun akan tertanam. Sehingga kekuatan musuh akan tumpul, dan bangsa-bangsa berkumpul di bawah bendera Hadhrat Rasulullah Saw.
Sebagaimana saya telah mulai Khutbah ini dengan merujuk kepada bulan Muharram, maka saya pun akan menyampaikan beberapa ikhtisar tulisan Hadhrat Imam Mahdi a.s. mengenai hal itu, sehingga ratusan ribu kaum Ahmadi dapat mendengarnya, baik itu Mubayin Baru maupun generasi mudanya dapat memahami betapa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah memuliakan orang-orang suci, dan perselisihan faham Sunni-Syiah telah diatasi, sekaligus pula memberi kiat untuk menjadi Ummatan Wahidah Begitupula mereka pihak ghair-Jama’at yang mendengarkan Khutbah Jumah ini, dapat memahami hakekat ayat Al Quran:
رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
yakni, ‘…berkasih ‘sayang di antara mereka…’ (Q.S. 48 / Al Fath : 30).. Yakni, seberapa lama lagi mereka menunaikan kewajiban terhadap Islam hanya dengan cara menggalang berbagai pertemuan dan sikap extrimisme ? Apakah hilangnya kedamaian dan ketenteraman di berbagai negara Muslim disebabkan sikap saling menindas ataukah akibat perbuatan beberapa kekuatan anti-Islam; yang jelas, kiat untuk mengembalikan kejayaan Islam sekarang ini hanyalah melalui tangan seorang Utusan Ilahi, yang tiada lain adalah seorang pecinta dan hamba sejati Hadhrat Rasulullah Saw; yang diutus untuk menyiarkan ajaran beliau yang haqiqi.
Seandainya kaum Muslimin mau bersatu dan menyelamatkan diri dari serangan pihak lain, mereka haruslah terlebih dahulu menghilangkan berbagai perbedaan faham Sunni-Syiah dengan cara mengikuti ajaran Islam sebagaimana yang dibawakan oleh Hadhrat Rasulullah Saw yang tidak ada perpecahan di dalamnya. Dan para Sahabah Hadhrat Rasulullah Saw itu adalah semisal Bintang Kejora penunjuk jalan, yang keistimewaannya saling mengungguli.
Status Hadhrat Abu Bakar r.a. dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya Saw adalah melebihi mereka semua. Kemudian status Hadhrat Umar, Hadhrat Usman, Hadhrat Ali, Imam Hassan dan Imam Hussein r.anhum, menempati derajat sesuai dengan urutannya masing-masing.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menulis di dalam kitab beliau ‘Sirrul Khulafa’, bahwa: ‘Aku telah diberi ilmu Ilahi, bahwa Hadhrat Abu Bakar Shiddiq r.a. memiliki keagungan terbesar dan status termulia di antara para Sahabah. Tak diragukan lagi, beliau itulah Khalifah [Rasyidah] yang pertama; dan ayat-ayat istikhlaf mengenai Khilafat yang diwahyukan Allah Taala, adalah terkait dengan diri beliau.’ ‘Demi Allah, beliau [Hadhrat Abu Bakar] r.a. adalah Adam Kedua dalam Islam, dan penjelmaan pertama dari insan kamil [Rasulullah] Saw Meskipun beliau bukan seorang nabi, namun memiliki kekuatan setara dengan para nabiyullah.’ ‘Allah Swt Maha Mengetahui, bahwa Hadhrat Abu Bakar Shiddiq r.a. adalah Sahabah yang paling satria, taqwa dan dicintai oleh Hadhrat Rasulullah Saw. Beliau itu juga adalah seorang Jenderal unggulan, yang larut dalam kecintaan kepada insan kamil [Saw]. yang sejak permulaan telah haqul yaqin dan membantu berbagai tugas risalah [beliau Saw].
Inilah mengapa sebabnya Allah Swt telah meyaqinkan Rasul-Nya itu di saat-saat menderita, melalui beliau r.a., dan mrnjuluki nama As-Shiddiq khusus bagi beliau r.a. saja. Beliau itulah Sahabah karib Hadhrat Rasulullah Saw, yang Allah Taala telah mengaruniakan jubah kemuliaan [sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Quran]:
ثَانِيَ اثْنَيْنِ
yakni, ‘…sedangkan ia [adalah orang] kedua dari yang dua..…’ (Q.S. 9 / Al Taubah : 40); dan memasukkan diri beliau ke dalam golongan para hamba-Nya yang khas.’ Di dalam kitab Malfoozat tercatat, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Setelah menjadi seorang Muslim di saat awal [risalah] Hadhrat Rasulullah Saw, Khalifah [Rasyidah] Awwal yang adalah seorang Saudagar besar, sudah memberikan bantuan yang tiada bandingannya. Kemudian dikaruniai julukan sebagai As-Shiddiq, lalu menjadi seorang Sahabah utama, dan Khalifah [Rasyidah] Awwal.
Tertulis di dalam riwayat, bahwa ketika itu beliau baru pulang dari berkafilah dagang, dan masih berada di luar kota Makkah, bertemu dengan seorang teman yang ditanyai: ‘Ada berita baru apa di Mekkah ?’ Ia menjawab: ‘Tak ada, selain daripada temanmu yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Tetapi, Hadhrat Abu Bakar r.a. berkata: ‘Bila demikian, benarlah itu ! ’
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pun menyatakan: ‘Hadhrat Abu Bakar r.a. telah mengorbankan seluruh harta bandanya fii sabilillah. Kemudian menjalani hidup sederhana untuk diri sendiri. Namun apa ganjaran pahalanya dari Allah Swt ? Dia menjadikannya sebagai raja seluruh Jazirah Arabia, memberi lompatan kehidupan baru bagi Islam melalui tangannya. Memperlihatkan keunggulan atas semua pemuka agama di Arabia yang sungguh di luar dugaan manusia.’
Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyatakan tentang Hadhrat Umar r.a., sebagai berikut: ‘Apakah tuan-tuan menyadari, kemuliaan derajat Hadhrat Umar r.a. di antara para Sahabah lainnya ? Sedemikian tingginya [derajat beliau itu] sehingga adakalanya [ayat-ayat] Al Qur’an pun diwahyukan sesuai dengan pemikiran beliau. Sedangkan sebuah Hadith mengatakan, bahkan Syaithan pun lari manakala melihat bayangan Hadhrat Umar.
Di Hadith lainnya Hadhrat Rasulullah Saw bersabda: ‘Kalaupun akan ada lagi nabi sesudahku, itulah Umar.’ Di Hadith ketiga dikatakan: Ada beberapa Muhaddis (perawi Hadiths) di Kaum Awwalin. Jikapun ada lagi kelak di dalam Ummat ini, tentulah Umar orangnya.’ Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyatakan: ‘Hadhrat Umar r.a. ini pun biasa menerima wahyu.’
Akan tetapi beliau tidak pernah memandang diri sebagai seseorang yang istimewa karenanya. Tak pula berambisi untuk dimasukkan ke dalam Imamatul-Haqqah (Kepemimpinan Yang Benar) yang Allah telah ciptakan di Langit untuk [kesejahteraan hidup] manusia di bumi. Sebaliknya, beliau itu senantiasa menyatakan diri sebagai sekedar seorang hamba Allah sahaja. Oleh karena itulah mengapa sebabnya Allah Taala pun menjadikannya sebagai seorang Khalifah di dalam Imamatul Haqqah itu.’
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menulis di dalam kitab beliau ‘Hujjatullah’: ‘Dua insan yang sedemikian shalih dan aqdas cemerlang telah dimakamkan berdekatan dengan makam Hadhrat Rasulullah Saw, dan diridhoi Allah Swt sebagai para sahabah Hadhrat Rasulullah Saw, baik di alam kehidupan ini, maupun di alam baqa. Begitulah persahabatan haqiqi yang terus`bertahan hingga akhir hayat, dan langka ditemukan. Keberkatan yang mereka peroleh adalah dapat menghabiskan kehidupan mereka bersama Hadhrat Rasulullah Saw. Terpilih menjadi Khalifah [Rasyidah] di kota dan di tempat domisili beliau Saw. Kemudian dimakamkan berdekatan dengan beliau Saw. Sehingga menjadi sedemikian dekat pula kepada maqomi al-jannah dan dibangkitkan bersama beliau Saw pada Yaumil Qiamah.’
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pun menulis di dalam kitab beliau ‘Sirrul Khulafa, bahwa: ‘Tuhanku telah membuktikan dengan jelas kepadaku, bahwa Hadhrat Abu Bakar, Hadhrat Umar Faruq dan Hadhrat Usman r.anhum, adalah orang-orang yang muttaqi dan beriman teguh; PIlihan Tuhan, dan menjadikan mereka khas bagi keridhaan-Nya.’ Allah Swt telah menjadikan mereka sebagai pintu-pintu gerbang [khazanah] Islam dan para ksatria lasykar Ilahi.
Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyatakan mengenai Hadhrat Ali r.a., bahwa: ‘Beliau itu sangat muttaqi, aqdas, dan menjadi salah satu di antara orang yang dikasihi Allah Ar-Rahim, dan berasal dari keluarga terpandang dan pemimpin di zamannya. Beliau itulah Sang As-Saddullah [atau Singa Allah] dan juga pemuda Khadimullah. Pemurah dan berhati suci. Beliau itu pulalah satria khas yang tak pernah bergeming dari medan tempur, bahkan bilapun balatentara musuh menghalanginya. Menjalani hidup sederhana, dan berhasil mencapai derajat mulia dalam menguasai diri. Suka membagikan harta dan menghilangkan duka dan nestaoa. Sangat telaten dalam mengurus anak yatim-piatu, dhuafa, dan para tetangga. Telah menunjukkan keberanian luar biasa dalam berbagai gerakan militer, dan keahliannya mengagunkan dalam membuat pedang dan tombak..
Namun, beliau itupun elok berirama dalam berpidsto. Kata-katanya sangat menyentuh qalbu yang paling dalam, dan mampu menghilangkan karat-karat di dalamnya, kemudian menyinarinya dengan nurul mantiq, logika akal sehat. Menguasai banyak kecakapan tangan dan ahli dalam berbagai bidang kesatriaan maupun kerohanian. Pendek kata, beliau sangat istimewa dalam kwalitas maupun keelokan pribadinya. Maka menolak kesemua hal itu adalah sikap tak bermalu. Beliaupun suka menyerukan untuk bersimpati kepada mereka yang sedang kesusahan; dan memerintahkan untuk memberi pangan bagi mereka yang kelaparan dan bersikeras meminta tunjangan. Beliau itulah salah seorang dari orang-orang pilihan Tuhan, dan menguasai ilmul Quran serta tafsirnya dengan mendalam.
Inilah keluarga dekat (sepupu) yang dirasuk cinta, beriman teguh dan pemberani; yang berselimut menutup wajah di ranjang Hadhrat Rasulullah Saw untuk mengecoh para pengintai ulung [yang sudah mengepung ketat] sehingga mereka pun tidak menyadari kepergian beliau Saw.’
Dan aku memiliki berbagai kesamaan dengan Hadhrat Ali maupun Hadhrat Hussein r.anhum, yang ‘tak ada orang mengetahuinya terkecuali Allah al-Masyrikil wal-Maghrib. Sudah barang tentu, aku ini mencintai Hadhrat Ali r.a. dan juga kedua putra beliau. ; serta memusuhi barangsiapa yang memusuhi mereka.’ Dalam pandanganku, adalah sangat jaiz, Hadhrat Hassan r.a. menyingkir dari singgasana Khilafat karena sudah ribuan orang tewas karenanya, dan beliau tak ingin menambahinya lagi… Dikarenakan sikap Hadhrat Hassan r.a. dianggap bertentangan oleh [faham] kaum Syiah, maka mereka itu berarti tidak sepenuhnya menerima beliau r.a.. Sedangkan kita, memuliakan keduanya.
Ini berdasarkan fakta, bahwa mereka memiliki kelebihannya masing-masing. Hadhrat Imam Hassan tidak ingin perang saudara di kalangan kaum Muslimin semakin meningkat. Oleh karena itu memilih diam ketika Hadhrat Imam Hussein r.a. memilih untuk tidak Bai’at di tangan seorang yang batil, yang akan mencemari keimanan. Keduanya memiliki niat yang baik. Dan setiap amal perbuatan dapat dinilai dari niatnya.
Adalah perkara yang lain bila dikatakan, bahwa Islam mengalami kemajuan ketika di bawah kekuasaan Yazid. Sebab, semua itu hanyalah karunia Allah. Bila Dia sudah berkehendak, orang batil pun dapat membawa kemajuan. Terbukti kemudian, anak Yazid [yang menolak estafet kepemimpinannya] adalah orang yang benar.’
Hendaklah diingat, bahwa para nabiyullah dan juga para insan yang lurus dan shiddiq pilihan Ilahi ‘datang ke dunia ini untuk menjadi panutan. Maka mereka yang tidak berusaha mengikuti contoh suri tauladan beliau-beliau itu, yakni malah siap bersujud kepadanya, dan menganggapnya dapat memenuhi segala kebutuhan hidup manusia, berarti tak patut dalam pandangan Ilahi. Dan setelah mati, mereka akan menyaksikan, bahwa Imam tersebut akan menyesalinya.
Begitupula mereka yang berlebih-lebihan dalam memuliakan Hadhrat Ali ataupun Imam Hussein r.anhum, berarti memujanya. Bukan pengikut Imam Hussein r.a. yang sejati; yang tidak akan menyenangkan beliau.. Para nabiyullah senantiasa ‘datang untuk menjadi teladan yang patut diikuti, yang jika tidak, tentulah tiada artinya.’
Menasehati kaum Ahmadi, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Adalah sangat jelas, barangsiapa yang – naudzubillah – mengatakan, karena Hadhrat Hussein r.a. tidak Bai’at kepada Khalifah [Yazid] berarti membangkang, adalah kadzibin. Begitulah. Namun, adalah keyakinan kita, bahwa Yazid itu orang yang batil, yang tidak memenuhi syarat seorang mukmin yang sempurna. Cinta dunia telah membutakannya. Sedangkan Hadhrat Hussein r.a. adalah insan yang aqdas, salah satu dari sekian orang pilihan Tuhan yang disucikan-Nya. Salah seorang pewaris surge Al-Jannah-Nya.
Keikhlasan dan baktinya kepada Allah Taala menjadi teladan bagi kita semua. Binasalah hati mereka yang memusuhi beliau. Dan berjayalah qalbu mereka yang mencintainya dengan memperlihatkan praktek keteladanannya. Adalah sungguh kurang beriman mereka yang merendahkan Hadhrat Hussein r.a.. Mereka itu berarti merusak keimanannya sendiri.’
Dengan merujuk kepada [status mulia] Hadhrat Hassan dan Hadhrat Hussein r.anhum tersebut, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyatakan: ‘Maka menjadi anak keturunan rohani [beliau] adalah amat sangat penting agar dapat dicintai Allah Swt. Adalah khazanah warisan rohani beliau-beliau yang berasal dari kerohanian kakenda [Saw] itulah yang tak akan ada seorang pun pengecoh sanggup mengecohnya. Sehingga dapat menjadi para pewaris ‘surga al Jannah yang tak dapat digelapkan.
Jadi, kejahilan pikiran yang kini merasuk ke dalam beberapa firqah Islam itu disebabkan rohani mereka telah mati. Dikarenakan tak [berupaya] untuk menjadi para anak keturunan rohani beliau [Saw]. Disebabkan tidak menjadi penerima khazanah kekayaan rohani itulah, merekapun kehilangan akal sehat dan berhati buntu. Insan-insan rohaniah akan berpendapat, bahwa Hadhrat Imam Hussein dan Imam Hassan r.anhum adalah insan pilihan istimewa Allah Swt yang aqdas, berpardah, dan menjadi para pemimpin petunjuk hidayah.
Tak diragukan lagi, bahwa beliau-beliau itu adalah anak keturunan haqiqi Hadhrat Rasulullah Saw dari kedua segi, [baik jasmani maupun rohani]. Insan yang berilmu [rohani] akan berpendapat: ‘Seandainya pun Hadhrat Hussein dan Hadhrat Hassan r.anhum bukan keturunan jasmani Hadhrat Rasulullah Saw, namun, dikarenakan mereka memiliki keterkaitan rohani, maka di Langiy mereka pun digolongkan sebagai anak keturunan beliau Saw. Tak diragukan lagi, mereka itu adalah pewaris khazanah kekayaan [rohaniah] beliau Saw.
Jika tubuh jasmani mereka yang fana memiliki hubungan [darah dengan Hadhrat Rasulullah Saw], mengapa tidak dengan rohaninya ? Melainkan, justru terbukti dari berbagai Hadith maupun Al Qur’an Karim, bahwa [antar] rohani pun mempunyai hubungan [suka] bersahabat atau tak suka, sejak [pandangan] pertama. Insan yang berakal sehat akan berpikir: ‘Manakah yang dapat dijadikan kebanggaan sebagai anak keturunan Hadhrat Rasulullah Saw, apakah yang lebih bersifat haqiqi dan abad i ataukah hanya dari segi jansmani yang nihil dari sifat muttaqi, suci dan keimanan. Jangan ada seorang pun kurang memahami atau melangkahi kemuliaan keluarga Hadhrat Rasulullah Saw.
Sebaliknya, tulisan ini bertujuan untuk menyadarkan, bahwa memuliakan Imam Hussein dan Hassan r.anhum sebagai anak keturunan Hadhrat Rasulullah Saw dari segi jasmaninya saja, adalah tiada arti jika tanpa adanya keterkaitan rohani. Yakni, hanya mereka yang memiliki hubungan rohaniah haqiqi dengan Hadhrat Rasulullah Saw saja yang akan dimasukkan sebagai anak keturunan beliau dari segi rohaniah. Nur dan ilmu rohani para nabiyullah adalah semisal anak keturunannya yang tercipta dari kemaksuman beliau. Maka mereka yang berhasil memperoleh kehidupan baru dari nur dan ilmu rohaniah ini, pada kenyataannya mereka itu mendapatkan kelahiran [rohani] mereka yang baru. Itulah mereka yang dikenal sebagai anak keturunan Hadhrat Rasulullah Saw dari segi rohani ’
Maka, setiap orang Ahmadi dan orang Muslim yang sungguh-sungguh mengikuti ajaran Rasulullah Saw akan dimasukkan ke dalam golongan anak keturunan beliau. Inilah jalan lurus yang harus ditapaki dan sangat penting bagi setiap orang Muslim. Status tiap=tiap orang suci haruslah diakui dan dimuliakan. Saling membenci, membunuh dan bertikai haruslah dihentikan.
Adalah bukan hal yang terlalu jauh diduga apabila beberapa kekuatan anti-Islam ikut campur tangan dalam berbagai kekacauan, pembunuhan dan pertikaian yang tengah terjadi ini dengan cara memecah belah kaum Muslimin, ataupun dengan cara membayarnya. Berbagai serangan terhadap kaum Syiah yang tengah dilakukan oleh suatu organisasi yang disebut sebagai kelompok terrorist oleh pemerintah, dilaporkan, bahwa mereka itu bukan orang Islam.
Semoga Allah Swt mengasihani Ummat ini.
Pada kesempatan ini saya pun ingin menasehati kaum Ahmadi: Bilapun beberapa firqah Islam itu saling membalas satu sama lain, tetapi [bagi kaum Ahmadi], setelah Bai’at di tangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., meskipun dianiaya oleh berbagai firqah yang memusuhi kita, tetapi kita janganlah sekali-kali berpikir untuk membalasnya.
Yang diperlukan adalah, setelah setiap kali dianiaya, perkuatlah sikap muttaqi dan shalih serta lebih giat lagi berdoa kepada Allah dibandingkan waktu-waktu sebelumnya, dan perkuat perhubungan dengan-Nya. Kita memiliki teladan praktis Hadhrat Imam Hussein r.a. di hadapan kita, yang merupakan suatu hidayah bagi kita.
Terkait dengan hal ini, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. telah menasehati Jamaat dengan sajak gubahan beliau ini:
‘Wo tum ko Hussain banate he
Aor aap Yazidi bantay he
Yea kya he acha sauda
Hai, dushman ko teer chalaney do’.
yakni: ‘Mereka telah menjadikan tuan-tuan sekalian sebagai Hussein
Sedangkan mereka sendiri sebagai Yazid-nya
Maka betapa mulianya tawar-menawar ini
Maka biarkanlah mereka menghujankan anak-anak panah mereka.’
Dengan memberikan pelajaran kesabaran tiada tara kepada kita, Hadhrat Imam Hussein r.a. telah menunjukkan jalan menuju sorga al-Jannah kepada kita Doa haruslah diperbanyak, khususnya lagi di hari-hari sekarang ini, selama bulan Muharram, demi untuk keistiqamahan kita.
Setiap orang hendaknya memperbanyak membaca doa-doa ini:
(1) Rabbi kullu syai’in khadimuka, rabbi fahfadhni wanshurni warhamni,
yakni, ‘Ya Tuhanku, segala sesuatu adalah khadim Engkau, Ya Tuhanku, jagalah aku, tolonglah aku, dan sayangilah aku.’’
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, doa tersebut sangat penting untuk keamanan [diri].
Juga doa penting ini, perlu banyak dibaca:
(2) Allahumma inna naj aluka fii nuuhurihim wa na’uudzubika min syuruu-rihim’,
yakni, ‘Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan Engkau sebagai tameng dalam menghadapi mereka, dan kami berlindung kepada Engkau dari segala kejahatan mereka.’
Kemudian, (3) sebagaimana telah disampaikan berulang kali, perbanyaklah pula ber-Shalawat.
Allähumma shalli ‘alä Muhammadi(n)wwa ‘alä äli Muhammadin, kamä shallaita ‘alä Ibrähïma wa ‘alä äli Ibrähïma innaka hamidum-majïd Allähumma bärik ‘alä Muhammadi(n)wwa ‘alä äli Muhammadin, kamä bärakta ‘alä Ibrähïma wa ‘alä äli Ibrähïma innaka hamidum-majïd.
Ya Allah, berikanlah rahmat shalawat kepada Muhammad dan para pengikut Muhammad yang setia, sebagaimana Engkau telah beri rahmat shalawat kepada Ibrahim dan para pengikut Ibrahim yang setia. Sesungguhnya Engkau Mahamulia, lagi Terpuji. Ya Allah berkatilah Muhammad dan para pengikut Muhammad yang setia, sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan para pengikut Ibrahim yang setia. Sesungguhnya Engkau Mahamulia, lagi Terpuji.’
Semoga Allah Swt senantiasa menjaga keamanan setiap orang Ahmadi, dan menolong kita dalam menghadapi pihak musuh. Merujuk kepada sifat Rahimiyyat-Nya, semoga Allah senantiasa menjaga keselamatan setiap Ahmadi dari para musuh Jama’at. Dan semoga pula segala siasat buruk mereka terhadap kita berbalik merjang diri mereka sendiri. Semoga Allah Swt memasukkan kita ke dalam golongan anak keturunan Hadhrat Rasulullah Saw yang haqiqi, sebagaimana yang telah diterangkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Yakni, anak keturunan yang sejati adalah menjadi anak keturunan rohani beliau Saw.
Untuk itu, senantiasalah memeriksa diri. Yakni, setiap kali ber-Shalawat, renungkanlah: Sudah seberapa banyak keberkatan yang diperoleh daripadanya ?. Sudah seberapa jauhkah kita hidup sesuai dengan segala perkataan yang ada di dalam Al Qur’an Karim ? Semoga segala pengorbanan kita dapat membawa insan-insan yang berfitrat baik ke pangkuan [Jamaah] Ahmadiyah, Islam sejati, yang semoga pula kita dapat menyaksikan kemenangannya.
Perbanyak pula doa agar Allah Swt menyelamatkan jiwa-jiwa tak berdosa kaum Palestina dari serangan agresif Israel. Israel ini mengeluarkan pernyataan bahwa mereka menyerang disebabkan mereka tak dapat hidup dalam ketakutan. Kenyataannya, mereka itulah yang lebih dulu menyerang dan menewaskan orang-orang Palestina. Namun, ketika kaum Palestina memberikan reaksi, mereka mengatakan bahwa kaum Palestina menimbulkan ketakutan.
Inilah perkara keaniayaan yang aneh dengan caranya yang aneh pula. Namun begitulah kenyataannya dunia kini menirunya hanya disebabkan tak adanya persatuan di kalangan kaum Muslimin.
Semoga Allah Swt mengasihi kaum Palestina yang tak berdosa, dan melindungi mereka dari setiap keburukan. Amin !
oo0O0oo
MMA/LA/11302012