Friday, July 18, 2014

Ramadhan dan Al Quran: Sumber petunjuk dan keselamatan




نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّىْ عَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ  وَعَلَى عَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ


اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
 اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ o الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ  oملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ  o اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُo
 اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَo  صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْ عَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَo

  
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


Artinya: Didalam bulan suci Ramadhan Kitab Suci Alqur’an telah diturunkan untuk faedah ummat manusia sebagai hidayah yang agung, dan sebagai tanda-tanda yang terbuka yang didalamnya terdapat penjelasan, petunjuk-petunjuk secara rinci dan perkara-perkara yang membezakan diantara haq (yang benar) dan yang bathil. Maka siapa saja dari antara kamu yang berada didalam bulan ini ia harus berpuasa dan apabila diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan sebagai musafir maka puasa ini boleh diganti pada hari-hari lain setelah Ramadhan. Allah swt menghendaki kemudahan bagimu dan Dia tidak ingin menyusahkan-mu. Dan Dia ingin supaya dengan mudah kamu menyempurnakan bilangan puasa itu dan sesuai petunjuk yang telah diberikan, sanjunglah keagungan Tuhan supaya kamu menjadi orang-orang yang bersyukur kepada-Nya. (Al Baqarah:186)


Pentingnya Alqur’an, hukum-hukumnya, perlunya menerapkan dalam amal, bagaimana mengamalkannya dan bagi siapa Alquran menjadi sarana kehidupan, apa kesan-kesan terhadap kehidupan manusia, pendeknya banyak sekali penjelasan yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala di dalam Alqur’an. Oleh sebab itu kita harus berusaha untuk menerapkan ajaran Kitab Syari’at Yang Agung ini dalam kehidupan kita sepanjang hayat untuk meningkatkan kemajuan ruhani, iman, akhlaq bahkan harus meningkatkan kemajuan kehidupan duniawi kita juga. Dan di dalam ayat tersebut berkat-berkat Ramadhan telah dihubungkan dengan berkat-berkat Kitab Suci Alqur’an. Dan dengan menghubungkan berkat-berkat Ramadhan dengan Alqur’anul Karim sungguh menambah gemilangnya makna Ramadhan. 
Dengan firman   
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
dijelaskan bahwa Kitab Suci Alqur’an ini sangat erat hubungannya dengan bulan suci Ramadhan. Dan orang yang ingin maju imannya, yang ingin menyebar luaskan Kitab Syari’at Terakhir dan Sempurna ini agar dunia memahaminya, orang yang ingin berusaha agar dirinya kembali seperti keadaan di zaman Hadhrat Rasulullah saw, orang yang ingin meraih qurub Ilahi dan dapat mendengar suaraTuhan   
  فَإِنِّي قَرِيبٌ
yakni: Aku sangat dekat! Maka dia harus menyempurnakan hak-hak Ramadhan dan hak-hak Kitab Suci Alqur’an. Dan ia harus memahami hubungan erat Ramadhan dengan Kitab Suci Alqur’an itu. Di dalam bulan ini jarak yang nampaknya sangat jauh di dalam hari-hari biasa di dalam bulan-bulan yang lain, telah digabungkan menjadi sangat dekat di dalam bulan Ramadhan ini. Maka, orang mu’min sejati harus berusaha meraih faedah sebanyak mungkin di dalam bulan ini.
Para Mufassirin telah menjelaskan banyak sekali definisi pentingnya puasa Ramadhan di dalam ayat tersebut yang Alqur’an telah menerangkan secara khas hukum-hukumnya tentang itu. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. juga menjelaskan dan bersabda: Inilah ayat 

 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ 
yakni: bulan suci Ramadhan yang di dalamnya Kitab Suci Alqur’an telah diturunkan, menjelaskan keagungan bulan Ramadhan. Beliau juga bersabda bahwa karena keagungan bulan Ramadhan ini ganjaran puasanya juga sangat tinggi dan besar sekali. Namun ganjaran itu bagi orang-orang yang memenuhi hak-hak puasa berkaitan dengan Alqur’anul Karim. Dan hak-hak itu adalah sambil berpuasa harus banyak-banyak membaca Al Qur’an, merenungkan dan menela’ah arti dan tafsirnya. Sebab sejauh yang saya ketahui dan sesuai dengan penelitian saya bahwa banyak sekali orang-orang yang tidak memenuhi hak-hak Al Qur’an atau tidak membacanya dengan teratur dan sungguh-sungguh. Yang seharusnya membaca Al Qur’an dengan penuh perhatian, mereka tidak melakukannya. Jika membacanya juga namun hanya sedikit saja. Maka, perlu mendapat perhatian kearah ini. 
Arti dari :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ 
  yakni: bulan suci Ramadhan yang di dalamnya Kitab Suci Alqur’an telah diturunkan artinya, Al Qur’an telah mulai diturunkan di dalam bulan ini. Hadhrat Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Hadhrat Rasulullah saw bersama-sama Malaikat Jibril setiap tahun mengulangi seberapa banyak ayat-ayat Al Qur’an yang telah diturunkan. Dan pada tahun beliau wafat, beliau bersama Malaikat Jibril mengulanginya dua kali. Jadi, suri teladan Hadhrat Rasulullah saw dan sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala kita harus berusaha minimal satu kali tammat membaca Alqur’an selama bulan Ramadhan sambil merenungkannya. Barulah kita akan mampu mengamalkan firman Allah Ta’ala  yakni kita akan merenungkannya
  هُدًى لِّلنَّاسِ 
memahaminya bahwa ia adalah petunjuk bagi ummat manusia. Ia akan menjadi hidayat bagi mereka yang ingin mendapat petunjuk dari padanya. Dan petunjuk tidak akan diperoleh tanpa membacanya dan memahaminya, yakni Alqur’an. Maka, membacanya dan memahaminya sangat penting sekali. Sebab Allah Ta’ala berfirman bahwa setiap hidayat itu disertai dalil-dalinya juga. Maka, bacalah dan fahamilah kemudian terapkanlah ajarannya pada diri sendiri. Sebab sesuatu yang difahami berdasarkan dalil mudah diamalkan dengan pengertian yang timbul dari dalam lubuk hati yang dalam, dan petunjuk itu diamalkan dengan semangat setelah betul-betul difahaminya. Kemudian Allah berfirman
  وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ
  bahwa dalil-dalil itu diberikan dengan bukti-bukti yang nyata sehingga hidayah itu dengan mudah dapat disampaikan kepada orang lain. Maka perintah jihad yakni tabligh dengan Alqur’an itu dapat terpenuhi. Disamping itu difirmankan bahwa di dalamnya mengandung
الْفُرْقَانِ
  yakni dalil-dalil itu demikian solid sehingga dengannya dapat dibedakan perkara yang benar dengan yang batil. Perangai orang yang mengamalkannya juga nampak jelas perbedaannya kepada orang lain. Siapapun yang mengamalkan ajaran Alqur’anul Karim perbedaan perangainya nampak jelas kepada orang yang melihatnya. Martabat ruhaninya, amal perbuatannya dan martabat imannya juga nampak cemerlang dan lebih tinggi dari orang-orang lain. Apabila kita mengemukakan dalil-dalil Alqur’an kepada orang lain, kita tahu tidak ada kitab atau agama lain yang dapat menandingi Kitab Suci Alqur’an. Sebab di dalamnya mengandung ajaran-ajaran, mengandung bukti-bukti sejarah, mengandung dalil-dalil yang dapat membandingkan dengan dalil Agama-agama lain,  dan membuktikan keunggulannnya demikian terang laksana cemerlangnya sinar Matahari. 

Kitab Suci Alqur’an ini menyatakan bahwa dari awal sampai akhir merupakan firman Tuhan dan sampai sekarang terpelihara keadaannya secara utuh dan murni. Bahkan Alqur’an mengumumkan bahwa ia akan senantiasa terpelihara secara kekal. Maka, Allah Ta’ala berfirman bahwa di dalam bulan Ramadhan ini sambil berjuang melalui puasa kalian harus berusaha untuk membaca dan memahami khazanah ilmu pengatahuan di dalamnya. Jadikanlah ajaran-ajarannya itu bagian dari kehidupan kalian sepanjang masa, dan renungkan serta pahami hukum-hukumnya itu kemudian terapkanlah atas diri kalian. Di dalam bulan ini, ulangi dan ingatlah kembali jika ada yang telah terlupakan, lakukanlah koreksi secara berulang-ulang di dalam bulan ini sampai di mana kalian mengamalkan ajaran-ajaran Alqur’anul Karim. Begitulah firman Allah Ta’ala kepada kita, sebab perkara-perkara itu-lah yang dapat menjamin kehidupan kita di dunia dan di akhirat nanti.

Mengenai firman
  هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
  yakni petunjuk-petunjuk secara rinci dan perkara-perkara yang membezakan diantara haq (yang benar) dan yang bathil, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: Di dalam Alqur’an terdapat tiga macam sifat. Pertama, memberi petunjuk kepada manusia tentang ilmu-ilmu Agama yang tidak mereka ketahui. Kedua, ilmu-ilmu Agama yang  menjelaskan secara rinci tentang ilmu-ilmu yang telah diberikan secara ringkas. Ketiga, memberi penjelasan tentang perkara-perkara yang menimbulkan perselisihan dan beda pendapat sampai terungkap perbedaan antara yang benar dengan yang batil. (Brahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Jld 1, hal. 223-227)
Jadi, Alqur’an adalah sebuah Kitab yang paripurna dan sangat luas kandungannya, yang tidak ada tara bandingannya. Di dalamnya setiap perkara dijelaskan secara inci dan sempurna. Kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam Kitab-kitab terdahulu telah dikemukakan dan kekurangan-kekurangannya telah dilengkapi. Betapa besar ihsan Allah Ta’ala terhadap kita yang telah menciptakan kita di zaman ini kemudian memberi taufiq kepada kita untuk beriman kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani a.s. sebagai Imam Zaman. Dan beliau telah menyediakan sarana bagi kita untuk mengetahui pentingnya ma’rifat Alqur’anul Karim. Beliau telah mempersembahkan khazanah ilmu pengetahuan kitab suci Alqur’anul Karim kepada kita. Untuk memperoleh pengetahuan yang murni hanya dapat dilakukan dengan membaca buku-buku beliau. Mengenai Kitab suci Alqur’anul Karim saya akan mengemukakan beberapa kutipan dari tulisan-tulisan beliau a.s. agar dapat diketahui pentingnya Kitab suci Alqur’an dan dapat diketahui juga apa kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab yang harus kita laksanakan dengan penuh perhatian.  
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. bersabda: Pangkat Khatam-un-Nabiyyin yang telah dianugerahkan kepada Hadhrat Rasulullah saw menghendaki bahwa Kitab yang diwahyukan kepada beliau juga adalah merupakan Khatamul Kutub yakni Kitab yang paling sempurna dari antara semua Kitab dan mengandungi semua perkara yang paling sempurna. Dan dengan sesungguhnya semua kesempurnaan terdapat di dalamnya. Sebab kaidah dan ketentuan umum turunnya Kalam Ilahi itu adalah, seberapa tingginya kekuatan ruhani dan kesempurnaan batin yang dimiliki orang yang menerima Kalam Ilahi itu, sama seperti itu pulalah tingginya martabat Kalam Ilahi itu. Oleh karena kekuatan ruhani dan kesempurnaan batin Hadhrat Rasulullah saw adalah paling tinggi sekali, yang tidak pernah dicapai oleh manusia di masa lampau dan oleh siapapun dimasa yang akan datang. Karena itulah martabat Kitab Suci Alqur’nul Karim paling luhur dan paling tinggi dari semua Kitab dan Sahifah sebelumnya. Dan kemampuan serta kekuatan ruhani Hadhrat Rasulullah saw paling tinggi dari semua dan semua puncak kesempurnaan serta kemuliaan telah berakhir pada wujud beliau saw. Oleh sebab itu puncak kesempurnaan dan kemuliaan Qur’an Syarif yang diturunkan kepada beliau juga telah sampai kepada titik terakhir yang paling tinggi. Sebagaimana puncak kesempurnaan Kenabian beliau telah sampai kepada peringkat terakhir, puncak kesempurnaan Kitab Suci Alqur’an juga telah sampai kepada peringkat terakhir. Beliau menjadi Khatamun Nabiyyin dan Kitab beliau menjadi Khatam-ul-Kutub. Dari sudut pandang setiap aspek Mu’jizat Kalam, Al Qur’an adalah Kitab yang paling tinggi martabatnya. Dari segi kefasihan bahasa, dari segi keunggulan komposisi, dari segi keindahan objektiv pokok-pokok pembicaraan, dari segi kesempurnaan ajaran dan natijah ajarannya, pendeknya ditinjau dari segi apapun akan nampak kelebihan dan keunggulan Kitab Suci Alqur’an. Dan keistimewaannya dapat dibuktikan. Itulah sebabnya Kitab Suci Alqur’an tidak memerlukan suatu perbandingan dari segi pandangan apapun, melainkan mempunyai tantangan terbuka untuk bertanding dalam segala segi pandangan, baik dari segi kefasihannya maupun dari segi segala objektivnya, seluruhnya merupakan mu’jizat. (Malfuzat, Jld. III, Hal. 36-37) 
Selanjutnya mengenai pentingnya Alqur’an Majid, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Jika kita tidak memiliki Alqur’an dan hanya memiliki kumpulan Hadis-hadis sebagai sumber rujukan utama untuk pedoman iman dan keyakinan kita maka tentu kita akan merasa malu menghadapi orang lain. Ketika saya sudah merenungkan lafaz Qur’an, maka tiba-tiba terbuka kepada saya bahwa di dalam lafaz yang berberkat itu terdapat sebuah nubuatan. Bahwa inilah Alqur’an sebuah Kitab yang layak untuk dibaca. Dan pada suatu waktu Kitab inilah yang akan patut dibaca ketika banyak Kitab-kitab lainnya juga ikut serta dibaca. Pada waktu itu hanya Kitab Suci inilah yang patut dibaca demi meningkatkan kehormatan Islam dan untuk menghapuskan segala kepalsuan dan kebohongan sehingga buku-buku lainnya pasti akan ditinggalkan. Itulah juga arti dari pada
الْفُرْقَانِ
  yakni inilah sebuah Kitab untuk membedakan antara yang haq dengan yang batil dan tidak ada suatu Kitab Hadis atau kitab lain yang mempunyai suatu kedudukan khas. Oleh karena itu, sekarang tinggalkanlah semua kitab-kitab lain dan bacalah Kitab Allah ini siang dan malam. Sangat tidak beriman orang yang tidak menaruh hormat terhadap Kitab Suci Alqur’an, jika setiap waktu cenderung perhatiannya hanya kepada kitab-kitab lain. Orang-orang Ahmady harus berusaha keras menyibukkan diri dalam menyimak dan menela’ah Alqur’an Syarif dengan seksama dan sepenuh hati dan tinggalkan kebiasaan menaruh perhatian hanya kepada Kitab Hadis. Alangkah disesalkannya apabila perhatian terhadap daras-daras Alqur’an tidak dilakukan sedangkan daras-daras Hadis kerap dilakukan. Peganglah Alqur’an ditangan sebagai senjata untuk memperoleh kemenangan pada waktu ini. Kegelapan tidak akan mampu berhadapan dengan Nur ini !” (Malfuzat, Jld. I, Hal. 386)
Berkenaan dengan perbaikan amal Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Bagaimana dapat dilaksanakan perubahan dan perbaikan amal? Jawabnya tiada lain: Salat adalah do’a yang paling utama. Maka utamakanlah Salat. Simak dan renungkanlah Qur’an Syarif, di dalamnya terdapat segala jenis yang diperlukan, terdapat keterangan rinci mengenai kebaikan dan keburukan dan kabar-kabar ghaib tentang zaman yang akan datang.” 
Jadi, perkara utama yang harus diperhatikan adalah Salat, dan selama bulan Ramadhan ini perhatian khusus terhadap Salat berjama’ah harus diutamakan. Dan sebagaimana Alqur’an sangat erat sekali kaitannya dengan bulan Ramadhan ini, maka jika selama bulan ini kita membiasakan diri untuk membaca Alqur’an, membiasakan menela’ah dan merenungkan ajarannya kemudian berusaha menerapkannya pada diri sendiri, maka pasti membawa faedah untuk sepanjang kehidupan kita.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Penjelasan secara rinci mengeani kebaikan dan keburukan dan kabar-kabar mengenai masa yang akan datang dan lain-lain sebagainya hendaknya dipahami betul bahwa inilah Agama yang tidak menampilkan suatu keluhan atau kritikan sebab berkat-berkat dan buah-buah yang baru dan segar dari ajarannya selalu dapat diperoleh. Di dalam Injil Agama tidak ditampilkan secara sempurna. Ajarannya mungkin hanya sesuai bagi manusia di zaman itu, tetapi tidak sesuai untuk manusia segala zaman dan semua keadaan. Kebanggaan hanya terdapat di dalam Qur’an Majid bahwa Allah Ta’ala telah memberi tahukan obat penawar bagi semua jenis penyakit ruhani terdapat di dalamnya dan telah pula menjelaskan training bagi semua jenis kekuatan. Dan bagi keburukan yang zahir juga telah dijelaskan untuk menghindarinya. Oleh sebab itu bacalah selalu Qur’an Majid, berdo’alah selalu dan sesuaikanlah prilaku dengan ajaran yang terkandung di dalamnya.”  
Hazrat Khalifatul Masih III r.h. sering bersabda bahwa pada suatu ketika seorang Menteri Pakistan pergi ke Negeri China di zaman Mao Tse Tung. Dia bertanya kepada Mao Tse Tung, mengapa sebuah revolusi telah dilancarkan di Negeri ini. Mao Tse Tung menjawab, mengapa anda bertanya kepada saya?  Pergi dan periksalah suri teladan Nabi anda dan bacalah Qur’an dan amalkanlah ajarannya, maka anda akan mendapatkan segala sesuatu di dalamnya ! Jadi, orang Non Muslim-pun, dia percaya atau tidak, namun dia telah menyaksikan sebuah nur di dalam Kitab Suci Al Qur’an. 
Dengan mengamalkan ajaran Qur’an Majid perobahan apa yang dapat diperoleh, Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Mu’jizat kedua dari Qur’an Majid yang dapat kita pahami dan kita saksikan di zaman kita ini, adalah perobahan yang sangat menakjubkan pada diri para Sahabah berkat mengamalkan ajaran-ajaran Qur’an Majid dan berkat dari pergaulan dengan Hadhrat Rasulullah saw. Apabila kita menyaksikan keadaan para Sahabah sebelum masuk Islam, bagaimana keadaan moral dan prilaku serta adat kebiasaan buruk yang mereka lakukan, serempak mereka tinggalkan itu semua, kemudian masuk kedalam kondisi yang sangat suci bersih. Maka dengan menyaksikan kesan-kesan yang sangat agung dan luar biasa ini, mengubah keadaan mereka yang telah berkarat menjadi cahaya bersinar terang, kita harus mengakui dengan sesungguhnya bahwa mu’jizat perobahan ini sangat luar biasa. Dan hal itu disebabkan oleh kinerja Allah Ta’ala yang khas.” (Three Questions by a Christian, p. 33)  
Selanjutnya beliau a.s. bersabda: “ Menjadi bukti yang sangat jelas bagi orang jujur, berapa banyak orang bodoh, buas, menonjolkan diri dan bertabiat jahat berobah menjadi sangat baik setelah masuk Islam dan menerima ajaran Qur’an Majid. Hal itu berkat indahnya kesan Kalam Ilahi dan berkat kesan-kesan indah pergaulan dengan Nabi Suci Muhammad saw dalam waktu relative sangkat singkat telah meresap kedalam kalbu mereka sehingga merobah keadaan. Dan setelah dirundung kebodohan mereka mendapat limpahan ma’rifat pengetahuan Agama yang luar biasa. Setelah meninggalkan kecintaan terhadap dunia, mereka beralih membenamkan diri kedalam gelombang kecintaan terhadap Allah swt sehingga dengan penuh semangat mereka meninggalkan negeri tercinta, harta kekayaan, orang yang paling dicintai, kehormatan dan kesenangan semata-mata demi meraih keridhaan Allah Ta’ala. Maka kedua peristiwa kehidupan mereka yang dahulu dan yang baru mereka peroleh setelah masuk kedalam pangkuan Islam tercatat dengan jelas di dalam Kitab Suci Qur’an Majid sehingga orang saleh dan mukhlis apabila membaca kisah mereka itu tergugah hati mereka dan menangis sambil meneteskan air mata.   

Maka, apa gerangan yang telah menarik mereka demikian cepat keluar dari satu alam ke-alam yang lain? Hanya ada dua hal yang telah menarik mereka demikian cepat yaitu; Pertama quwwat qudsiah (pengaruh kuat kesucian) Nabi ma’sum Muhammad saw yang luar biasa mengesankan, yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi seperti itu kemudian. Kedua, pengaruh Kalam suci Tuhan Hayyu Qayyum yang sangat luar biasa yang telah membawa sejumlah besar manusia dari jurang kegelapan yang sangat pekat kedalam gelanggang cahaya yang terang benderang. Tanpa ragu, itulah pengaruh Qur’an Majid yang merupakan mu’jizat, sebab tiada seorangpun di dunia ini yang mampu memberi contoh kitab lain sebagai tandingan yang mempunyai pengaruh atau kesan sangat mendalam seperti itu. Siapakah gerangan yang mampu memberi bukti bahwa suatu kitab lain telah membawa perobahan atau reformasi yang menakjubkan seperti yang dibawa oleh Qur’an Majid ? Telah menjadi pengalaman ratusan ribu orang suci bahwa setelah mengikuti ajaran Qur’an Majid berkat-berkat Ilahi turun kedalam lubuk hati mereka dan telah menjalin-kan hubungan erat dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Nur dan Ilham suci Allah Ta’ala turun kedalam lubuk hati mereka. Dari mulut mereka tercetus rahasia dan ma’rifat Ilahi sejati, mereka menerima anugrah tawakkal yang kuat dari Allah Ta’ala dan mereka diberikan keyakinan sangat solid terhadap Tauhid Allah Ta’ala. Dan diberi sebuah kecintaan yang sangat lezat terhadap Allah Ta’ala yang mengayomi kelezatan pertemuan dengan-Nya yang ditanamkan di dalam kalbu mereka. Jika wujud mereka dicincang di dalam kancah musibah yang sangat dahsyat dan diracik-racik kedalam gilingan yang perkasa maka yang keluar dari mereka tidak lain hanyalah air kecintaan murni terhadap Ilahi. (Surma Chashm Ariya, Ruhani Khazain, Vol. 2, pp. 77-79).
Bagaimanapun dahsyatnya gilingan dilakukan untuk memeras, seperti benda digiling di dalam sebuah gilingan untuk memeras, atau digiling seperti alat penggiling tebu yang perkasa untuk mengeluarkan airnya, maka apa gerangan hasil akhir dari orang yang selalu merenungkan ajaran Qur’an Karim dan mengamalkannya serta mencintai Hadhrat Rasulullah saw ? Tiada lain hanyalah air kecintaan Ilahi yang keluar dari padanya. 
Selanjutnya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Dunia tidak mengenal hal seperti itu bahkan jauh dan semakin menjulang tinggi jauh terpisah dari perkara duniawi. Perlakuan Allah Ta’ala terhadap mereka itu merupakan mu’jizat dan terbuka kepada mereka bahwa Tuhan itu ada dan terbukti kepada mereka bahwa Tuhan adalah Tunggal Yang mendengar apabila orang berdo’a kepada-Nya, dan menjawab apabila orang berseru kepada-Nya. Apabila orang memohon perlindungan kepada-Nya Dia menyambut sambil berlari dan merangkulnya. Dan Dia mencintai hamba-Nya lebih dari seorang ayah mencintai anak kandungnya dan Dia menghujani rumah tinggal hamba-Nya dengan berkat-berkat-Nya yang melimpah. Maka, mereka dapat dikenal melalui pertolongan dan dukungan Ilahi yang turun kepada mereka. Tuhan siap menolong di dalam setiap urusan mereka sebab mereka adalah milik-Nya dan Dia adalah milik mereka. Semua perkara ini terjadi bukan tanpa bukti.” (Surma Chashm Ariya, Ruhani Khazain, Jld. 2, hal. 79)
Rahasia keberhasilan adalah dengan mengamalkan ajaran Qur’an Karim, tidak cukup hanya mempercayainya. Beliau a.s. bersabda:” Utamanya adalah, selama orang-orang Muslim tidak mengikuti dan menta’ati sepenuhnya apapun yang Allah Ta’ala telah ajarkan di dalam Qur’an Karim, mereka tidak akan memperoleh kemajuan apapun. Semakin mereka menjauh dari Qur’an Karim semakin jauh pula mereka dari jalan-jalan kearah kemajuan dan kejayaan. Dengan hanya mengamalkan ajaran Qur’an Karim, akan menjadi sarana untuk memperoleh kemajuan dan mendapat petunjuk.”  
Dalam menasihati Jema’at Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Maka waspadalah kalian, janganlah kalian bergerak satu langkahpun yang bertentangan dengan ajaran Tuhan dan petunjuk Qur’an Karim. Aku berkata dengan sesungguhnya kepada kalian. Barangsiapa yang mengabaikan salah satu perintah kecilpun dari 700 perintah Alqur’an, dia menutup pintu keselamatan dirinya dengan tangannya sendiri. Jalan najat (keselamatan) hakiki dan sempurna telah dibukakan oleh Alqur’anul Karim dan semua jalan yang lainnya merupakan bayangannya. Maka, pelajarilah Qur’an dengan seksama dan cintailah dengan sesungguhnya seolah-olah kalian tidak pernah mencintai sesuatu lebih dari padanya. Sebab, sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman kepadaku : 

Yakni segala macam kebaikan terdapat di dalam Alqur’an, itu sungguh benar. Alangkah disesalkan orang-orang yang lebih mengutamakan sesuatu selain Alqur’an. Sumber segala kebahagiaan dan keselamatan bagi kalian terdapat di dalam Alqur’an. Tiada sebuahpun keperluan agama kalian yang tidak trdapat di dalam Alqur’an. Saksi yang membenarkan maupun yang mendustakan iman kalian pada hari Kiamat adalah Alqur’an. Di bawah kolong langit ini tidak ada sebuah Kitab-pun yang secara langsung dapat memberi petunjuk jalan keselamatan kepada kalian kecuali Alqur’an. Allah Ta’ala telah berkenan berbuat banyak kebajikan kepada kalian dengan menganugerahkan kepada kalian sebuah Kitab Suci seperti Alqur’an. Aku berkata dengan sesungguhnya kepada kalian semua, bahwa Kitab yang dibacakan kepada kalian itu seandainya dibacakan kepada kaum Kristen, mereka tidak akan binasa. Dan ni’mat serta petunjuk yang dilimpahkan kepada kalian itu, andaikan diberikan kepada kaum Yahudi sebagai pengganti kitab Taurat, maka sebagian firqah atau aliran mereka tidak akan mengingkari Hari Kiamat. Oleh karena itu hargailah ni’mat yang dilimpahkan kepada kalian. Ni’mat itu sungguh berharga sekali. Ni’mat kesayangan itu merupakan harta pusaka yang sangat besar nilainya. Jika Al Qur’an tidak diturunkan, maka keadaan seluruh dunia ini laksana segumpal daging yang menjijikkan belaka. Alqur’an adalah sebuah Kitab agung, dan semua petunjuk tandingannya sama sekali tidak berarti. (Kishti Nuh, Ruhani Khaza’in, Jld. 19, Hal. 26-27) 
Dalam menjelaskan pentingnya Alqur’an Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Alqur’an adalah sebuah Kitab Suci yang telah datang ke dunia pada waktu kekacauan yang sangat dahsyat sedang merebak dimana-mana. Dan banyak sekali kerusakan iman dan keburukan serta kejahatan telah menjadi adat kebiasaan manusia. Sebagian besar manusia telah terlibat di dalam berbagai macam keburukan moral dan dosa serta kerusakan iman. Kearah itulah Allah Ta’ala berfirman di dalam Qur’an Majid   
 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
 Artinya: Semua manusia, baik para ahli Kitab maupun yang lain, semuanya telah terlibat di dalam keburukan dan kejahatan serta dalam pelanggaran iman. Dan kerusuhan serta kekacauan yang sangat dahsyat telah melanda dunia. (Rum:42). Maka, pada zaman seperti itulah Allah Ta’ala telah menurunkan Alqur’anul Karim Kitab sempurna sebagai petunjuk untuk meluruskan iman dan pendirian serta untuk menyingkap semua keraguan dan kepalsuan. Di dalamnya mengandung penolakan terhadap semua tuduhan palsu agama, khususnya di dalam surah Al Fatihah yang dibaca lima kali setiap hari di dalam raka’at setiap Salat, sebagai isyarah untuk meluruskan semua akidah.” 

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabada:” Janji-janji Allah Ta’ala untuk memberi kemenangan dalam perlawanan terhadap semua penentang, semua musuh, semua pemilik kekayaan, semua penyerang yang keras, semua penguasa yang perkasa, semua ahli phillosophy, pengikut semua Agama, terhadap seorang yang lemah, miskin, tidak terpelajar, tidak terlatih, namun telah sempurna di zaman mereka dan akan terus terpenuhi dengan sempurna. Tidak mungkin hal itu sebuah kinerja seorang manusia, sehingga seorang pencari kebenaran yang jujur sedikitpun tidak mempunyai suatu keraguan tentang itu. (Brahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Vol. 1 pp. 266-267, footnote 11 - Essence of Islam, Vol, 1, p. 283)

Seseorang telah bertanya bagaimana cara membaca Qur’an Syarif. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Qur’an Syarif harus dibaca dengan penuh perhatian sambil direnungkan. Terdapat riwayat di dalam Hadis bahwa Rubba qarin yal’anuhul qur’an. Yakni banyak sekali Qari (pembaca qur’an) yang dila’nat oleh Qur’an Karim. Maksudnya orang yang membaca Qur’an tapi ia tidak mengamalkannya, maka Qur’an mengirimkan la’nat kepadanya. Di waktu membaca Alqur’an dimana meliwati lafaz rahmat, di sana hendaknya memohon rahmat kepada Allah Ta’ala. Dimana diceritakan tentang azab atas sebuah kaum, di sana harus memohon perlindungan dari azab kepada Allah Ta’ala. Alqur’an harus dibaca dengan seksama dan penuh perhatian, dipikirkan dan direnungkan dan diamalkan.”  (Malfuzat, Vol. 5, p. 157)

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menjelaskan bagaimana harus membaca Alqur’an. Beliau bersabda:” Banyak orang-orang membaca Alqur’an seperti burung Beo tanpa memikirkan dan memahami apa yang dibacanya, sebagaimana seorang Pandit (Monk) membaca mantra cepat-cepat, dia sendiri tidak faham artinya orang lain pun tidak memahaminya. Begitu juga cara orang yang membaca Alqur’an, dibacanya beberapa juz dan tidak faham apa yang dibacanya itu. Mereka membaca sebanyak-banyaknya dan huruf qaf (ق) dan ‘ain (ع) diusahakan membacanya dengan betul dan tepat. Memang Hadis juga meriwayatkan bahwa Alqur’an harus dibaca dengan suara merdu dan baik, akan tetapi maksud utama membaca Alqur’an adalah berusaha memperoleh rahasia dan ma’rifatnya, dan manusia berusaha memperoleh perbaikan dirinya. Dan ingatlah bahwa Alqur’an memiliki philsafah yang sangat baik sekali. Ia mempunyai nizam atau sistim namun tidak dihargai. Jika nizam atau tertibnya tidak dihargai, tidak diperhatikan sepenuhnya, maka tujuan membaca Alqur’an tidak dapat terpenuhi.”  
Sambil menjelaskan bahwa dengan tilawat Alqur’an terbit kecintaan terhadap Allah Ta’ala di dalam lubuk hati, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Akar ibadah terletak dalam tilawat Qalam Ilahi. Sebab jika kalam Zat Yang Dicintai dibaca atau didengar maka pasti menimbulkan kecintaan bagi orang yang mencintai-Nya dan menciptakan kelezatan dan keharuman baginya.” (Surma Chashm Ariya, Ruhani Khazain, Vol. 2, p. 283)
Tentang tilawat Alqur’an Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi:” Tilawat Aqlur’an juga menjadi obat penawar bagi hati yang keras menjadi lembut. Manusia harus banyak-banyak membaca Alqur’an. Di mana terdapat kesempatan berdo’a, di sana harus berdo’a, dan berdo’alah sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala di dalam ayat itu. Di mana berjumpa dengan kalimat tentang azab, di sana mohonlah perlindungan dari Allah Ta’ala dan hindarilah amal perbuatan buruk yang telah menyebabkan suatu kaum hancur binasa. Jika hati keras maka untuk membuatnya lembut tiada lain caranya harus berualng kali membaca Alqur’an. Di mana membaca tentang rahmat di sana mohonlah agar rahmat itu juga turun kepadanya. Alqur’an adalah laksana sebuah taman, di mana berbagai jenis bunga-bunga mekar dengan indahnya. Manusia datang memilih sekuntum bunga, kemudian melangkah lagi untuk memetik sekuntum bunga lain. Maka haruslah demikian untuk mencari manfa’at dan faedah dari keindahan ajaran Alqur’an.” Beliau a.s. bersabda:” Tidak perlu suatu kitab lain lagi setelah Alqur’anul Karim. Ia sebuah Kitab yang betul-betul sempurna. Alqur’anul Karim turun pada zaman yang sangat tepat. Di mana sesuatu yang diperlukan tidak mungkin di diperoleh, terdapat jawaban yang tepat di dalamnya. Yakni, ketika semua perkara tentang akhlaq, iman, perkataan, amal perbuatan telah rusak dan prilaku manusia sudah sangat keji, setiap jenis perbuatan melampaui batas dan kejahatan moral serta kerusuhan sudah melampaui puncak keburukannya. Itulah sebabnya Alqur’an yang membawa ajaran sangat indah dan sangat luhur mutunya telah turun. Maka, dalam makna inilah Alqur’an sebagai Syariat Furqani (yang membedakan antara hak dan batil) paling sempurna dan terakhir. Membuktikan Kitab syari’at sebelumnya tidak sempurna. Sebab pada zaman Kitab sebelumya diturunkan, semua kejahatan amal dan kejahatan moral dan lain-lain belum sampai kepada puncak climax-nya. Namun di zaman Alqur’an turun peringkat semua jenis kejahatan sudah mencapai puncak maximum. Sekarang perbedaan antara Kitab Alqur’anul Karim dengan Kitab-itab lainnya adalah, Kitab itu tidak dijaga dan tidak dipelihara dari setiap seginya, disebabkan ajarannya itu tidak sempurna.  Maka sebuah kitab yang sempurna, yaitu Kitab Suci Alqur’an sangat perlu diturunkan demi menutupi semua kekurangannya itu. Dan sekarang setelah Alqur’an tidak diperlukan kitab lain lagi, sebab diatas kedudukan sempurna tidak ada ruang kedudukan lain lagi yang lebih tinggi. Namun, jika seandainya dasar-dasar ajaran Alqur’an dirubah seperti Veda dan Bible dan dijadikan syirik serta Tauhid Ilahi dirobah dan disesatkan lagi pula beratus juta orang Muslim yang tangguh berjatuhan menjadi musyrik mulai menyembah makhluk, maka dalam keadaan demikian syari’at lain akan diwahyukan dan untuk itu Utusan Tuhan pembawa syari’at baru akan turun lagi. Akan tetapi semua perumpamaan atau perkiraan tersebut di atas tidak mungkin terjadi. Kesesatan ajaran Alqur’anul Karim tidak mungkin terjadi.”  (Brahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Jld. 1, hal. 101-102, cat. kaki 9)
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Ingatlah! Alqur’an adalah sumber segala berkat hakiki dan sumber keselamatan yang sejati. Orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran Alqur’an patut disesali. Kelompok orang-orang yang tidak mengamalkan itu diantaranya adalah orang-orang yang tidak percaya kepada Alqur’an. Mereka tidak percaya bahwa Alqur’an Kalam Ilahi. Mereka itu telah jauh terpencil dan menyesatkan diri. Namun, orang-orang yang beriman bahwa Qur’an adalah Kalam Ilahi dan Kitab yang memberi keselamatan, jika mereka tidak mengamalkannya tentu sangat menakjubkan dan sangat disesalkan sekali. Diantara mereka banyak sekali orang-orang yang tidak pernah membacanya sepanjang hayatnya. Maka misal orang yang lengah dan tidak acuh terhadap Kalam Ilahi adalah seperti orang yang sudah tahu ada sebuah sumber mata air jernih dan sangat sejuk, airnya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Sekalipun dia tahu hal itu semua dan sedang merasa dahaga namun dia malas, tidak mau pergi kesana. Maka orang semacam itu sangat buruk nasibnya dan bodoh. Seharusnya ia meletakkan mulutnya keatas mata air itu dan minum sekenyangnya di sana. Akan tetapi sekalipun sudah tahu namun tetap ia menjauh dari padanya seperti orang yang sama sekali tidak tahu. Ia tetap menjauh dari padanya sampai akhir hayatnya. Sikap orang seperti itu menjadi pelajaran dan peringatan. Sikap orang-orang Muslim sekarang persis seperti itu. Mereka tahu betul bahwa kunci semua sukses dan kemenangan adalah Qur’an Syarif yang harus diamalkan. Namun tidak mereka amalkan bahkan tidak mereka hiraukan. Seorang yang dengan perasaan cinta dan penuh sympati, bahkan atas perintah Allah Ta’ala mengajak rujuk kepada firman Allah Ta’ala, mereka menganggapnya sebagai orang pendusta dan Dajjal. Betapa malang dan patut dikasihani keadaan kaum seperti itu ! Sangat perlu sekali bagi orang-orang Muslim, dan sekarang juga sangat diperlukan bahwa mereka harus menghargai dan menganggapnya sebagai ghanimat (anugerah). Mereka harus menghargainya. Caranya adalah mereka harus menyambutnya kemudian tunggulah bagaimana Allah Ta’ala segera akan menjauhkan semua musibah dan kesusahan yang mereka hadapi. Hanya saja jika orang-orang Muslim faham dan berpikir bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan jalan yang baik bagi mereka agar mereka mengambil faedah untuk melangkah diatas jalan baik dan lurus.” (Malfuzat, Vol. 4, pp. 140-141).
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Benarlah bahwa kebanyakan orang-orang Muslim telah meninggalkan Alqur’an, namun sinar dan cahayanya masih terus memancar. Pengaruh dan kesan-kesannya masih terus hidup dan berjalan dengan segar. Saya telah diutus pada zaman ini sebagai bukti yata tentang itu dan Allah Ta’ala telah mengirim secara berturut-turut hamba-hamba-Nya untuk memperkuat dan mendukung tujuan itu. Sebagaimana Dia telah berjanji dengan firman-Nya: 
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ 
Yakni: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alqur’an ini dan Kami-lah pula yang menjaga dan memeliharanya. (Al Hijr:10) Janji Allah Ta’ala yang diberikan untuk menjaga dan memelihara Qur’an Syarif seperti itu, tidak diberikan kepada Taurat maupun kitab-kitab lainnya. Sebab manusia telah melakukan perobahan dan kecurangan di dalam buku-buku itu. Penjagaan Qur’an Syarif ini adalah sebuah sarana yang sangat luar biasa yang kesan-kesannya senantiasa baru dan segar. Oleh karena orang-orang Yahudi telah betul-betul meninggalkan Taurat maka ia tidak memiliki suatu kekuatan dan kesan apapun, hal itu menunjukkan dalil kematiannya.”  
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi :” Nasihat penting bagi kamu sekalian adalah; Janganlah kamu meninggalkan Alqur’an sebagai benda yang dilupakan; sebab, justru di dalam Alqur’anlah terdapat kehidupan-mu. Barangsiapa yang  memuliakan Alqur’an dia memperoleh kemuliaan di langit. Barangsiapa lebih mengutamakan Alqur’an dari segala Hadis dan dari segala ucapan lain, akan diutamakan di langit. Bagi umat manusia di atas permukaan bumi ini, tidak ada Kitab lain kecuali Alqur’an dan bagi seluruh Bani Adam kini tidak ada seorang Rasul juru syafa’at selain Muhammad Mustafa saw.” (Kishti Nuh, Ruhani Khaza’in, Vol. 19, p. 13).  
Demikianlah beberapa buah kutipan tentang pentingnya Qur’an Syarif dan tilawatnya yang setiap orang harus menarih perhatian sepenuhnya, dan di dalam Ramadhan ini harus dibaca dan direnungkan maknanya dan bagian yang telah dihafal mungkin telah lupa, sekarang ulangilah dan hafalkanlah kembali. Usahakan dan amalkanlah perintah-perintah yang masih belum dilaksanakan. Semoga Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita semua. Aamiin !
Setelah salat Jum’ah akan dilaksanakan salat dua jenazah, diantara mereka jenazah Kaleem Waseem Sahib hadir di sini. Beliau seorang karyawan MTA, wafat tanggal 6 July 2014 karena serangan jantung pada umur 54 tahun. Inna lillahi wa inna illaihi raji’un. Beliau adalah cucu Hazrat Haji Muhammad Din Sahib, Darvish of Qadian dari pihak bapak dan cucu Syed Sadiq Ali Sahib of Saharanpur dari pihak ibu dan menantu Almarhum Mubarak Ahmad Saqi Sahib Muballigh di sini dan additional Vakilut Tabshir. Kaleem Sahib menjadi Ahmady semenjak kecil. Ketika berada di Karachi beliau menjadi anggota pengurus Jema’at lokal dan pengurus tingkat distrik. Di Abu Dhabi beliau berkhidmat sebagai Naib Sadr Jema’at. Pada tahun 1989 pindah ke UK menjadi Qaid Majlis Regional London, juga berkhidmat dalam keuangan dan Khidmat Khalq selama Jalsa Salana. Dengan dimulainya MTA tahun 1997 beliau salah seorang karyawan pertama dan berkhidmat dibidang pemeliharaan dan teknisi disamping berkhidmat di bagian lainnya. Terakhir  beliau bekerja sebagai In-charge terjemahan dan bekerja di MTA sampai akhir hayat beliau. Beliau juga sebagai pembaca berita yang pertama di MTA dan sebagai presenter. Beliau sangat mencintai Khilafat dan berkhidmat dengan ikhlas dan jujur dan mempunyai relasi yang sangat akrab dengan semua kerabat kerja dan sangat menghormati mereka. Ibunda beliau masih hidup. Beliau meninggalkan seorang isteri Sarah Waseem Sahiba serta dua orang putera dan seorang puteri. Ibu beliau berkata bahwa Waseem sangat menghormati kedua orang tua dengan penuh kasih sayang dan sangat memperhatikan mereka serta mengkhidmati mereka dengan sangat baik. Isteri beliau mengatakan bahwa Waseem Sahib mempunyai semangat tinggi untuk berkhidmat kepada Jema’at, tugas apapun yang diserahkan kepada beliau oleh Khilafat, dilaksanakannya dengan penuh semangat dan tanggung jawab serta rasa gembira. Salah seorang karyawan MTA bernama Asim Shehzad yang telah bekerja selama 11 tahun bersama Kaleem Sahib menulis katanya, beliau sangat mukhlis dan jujur, pencinta sejati Khilafat. Sekalipun beliau seorang karyawan senior, tidak pernah memberi kesan kepada anak buah beliau sebagai karyawan senior dan berlaku sangat ramah dan hangat dalam persaudaraan terhadap anak buah beliau. 
Pada suatu kali Kaleem Sahid sedang membersihkan kompleks MTA di Baitul Futuh. Ketika ditanya mengapa beliau sendiri membersihkannya, tidak menuruh orang lain. Beliau dengan bangga menjawab: “ Ketika kompleks ini sedang diresmikan, nasihat yang Hudhur berikan kepada para karyawan adalah nasihat tentang menjaga kebersihan dan pada waktu itu Hudhur sedang menatap muka saya, oleh sebab itu saya menganggap nasihat itu khusus ditujukan kepada saya, maka saya selalu melakukan kebersihan kompleks MTA ini.” 
Pada suatu kali sedang menyaksikan MTA menayangkan beberapa clips berisi intisari kutipan-kutipan dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s dan para Khalifah beliau yang menjelaskan bahwa MTA adalah sebuah gerakan yang berperan sanagt penting dan luas untuk menyebarkan misssi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Sambil menyaksikan tayangan MTA itu beliau menangis tersedu-sedu sampai tidak terkontrol dan berkata; Alangkah beruntungnya Kaleem dengan karunia Allah Ta’ala telah dapat berkhidmat di MTA.  
Pada suatu ketika Kaleem sahib masih mempunyai jatah untuk cuti, maka beliau memohon cuti. Namun Mln Ataul Mujeeb Rashid Sahib tidak mengabulkan dengan alasan banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan. Maka beliau segera mengambil surat itu kembali dan menyobeknya. Mln Attaul Mujeeb Sahib juga melaporkan kepada saya bahwa beliau menyobek surat itu sambil riang gembira tidak menunjukkan kegelisahan. Dikatakan bahwa beliau mampu bekerja dengan sangat baik sekali dan penuh rasa cinta terhadap tugas dan selalu mendahulukan tugas-tugas kepentingan Jema’at diatas tugas lainnya. Beliau sangat pakar di dalam bidang tugas beliau dan melaksanakannya dengan penuh semangat. 
Saya juga sering perhatikan pada kesempatan mulaqat bersama isteri dan anak-anak, beliau selalu mendudukkan anak-anak di bagian depan dan beliau sendiri duduk di belakang mereka. Barangkali untuk mendidik agar anak-anak berani bercakap langsung dengan Khalifae Waqt dan agar hubungan yang beliau miliki dengan Khilafat berlanjut kepada anak-anak beliau. Semoga Allah Ta’ala menyempurnakan keinginan beliau agar anak-anak beliau selalu mempunyai hubungan erat dengan Khilafat. Masya Allah, kedua suami isteri ini telah mendidik anak-anak mereka dengan cara yang sangat baik sekali.  Semoga Allah Ta’ala menjadikan mereka wujud-wujud sangat berguna bagi Jema’at dan semoga Tuhan menjadi Penolong mereka. Semoga Allah Ta’ala memberi kesabaran dan ketabahan kepada isteri dan anak-anak beliau semua. Aamiin ! 
Yang kedua adalah jenazah ghaib Al Haaj Asim Zaki Bashir ud Din Sahib dari USA. Beliau wafat tanggal 22 Juni 2014 setelah menderita penyakit cancer yang cukup lama. Beliau bertahan memerangi penyakit cancer-nya dengan berani dan sabar. Beliau lahir ditengah-tengah keluarga Kristen pada tanggal 26 Mei 1929 dan semenjak kecil tertarik kepada Agama. Beliau mengenal Jema’at melalui penelitian dan keinginan sendiri dan dengan karunia Allah Ta’ala beliau Bai’at masuk Jema’at Ahmadiyya pada umur 19 atau 20 tahun. Beliau mepunyai kekuatan iman yang tangguh terutama mengenai keyakinan beliau terhadap Tauhid Ilahi sangat kuat sekali. Beliau sangat mukhlis dan sabar sekali hati beliau penuh dengan perasaan syukur, sebagai penjelmaan seorang mu’min sejati. Beliau menjumpai banyak anggota prominent Jema’at seperti Hadhrat Chouhdry Zafrullah Khan Sahib r.a. pertama kali beliau jumpai pada tahun 1940. Beliau mendapat kehormatan mulaqat dengan Hadhrat Khalifatul Masih III r.h. Asim Sahib pernah menceritakan bahwa ketika mulaqat dengan Hadhrat Khalifaul Masih III r.h. merasa seolah-olah di sekitar beliau memancar sebuah lingkaran cahaya. Katanya pemandangan itu tidak dapat dilupakan sepanjang hayat. 
Beliaqu pernah menjadi anggota pengurus Nasional Jema’at USA dan pernah juga menjadi Sadr Local Jema’at, sebagai Sekretaris Tabligh dan sebagai Zaim Ansarullah. Beliau bekerja di Pelabuhan di Seattle, USA, untuk itu beliau terpaksa harus berada diluar rumah selama 2-3 bulan. Beliau sangat teratur mengikuti kegiatan Jema’at. Beliau mendapat gaji cukup baik dan besar. Pada suatu ketika beliau menjalankan kendaraan sangat laju sekali karena sedang menuju ke tempat bekerja untuk Jema’at. Polisi meneyetop beliau karena kecepatan telah melampaui speed limit. Polisi bertanya kepada beliau apakah beliau sedang menuju greja, maksudnya Masjid, sebab beliau memakai peci sembahyang. Ya, kata beliau. Kebetulan kepala Polisi di situ orang baik dan berkata ; Boleh dibebaskan dan pergilah, tapi wang saman (denda) yang akan diminta harus didermakan kepada Masjid. Maka setibanya di Masjid beliau langsung membayarkan $85, wang saman (denda) itu sebagai canda (derma). Ketika Masjid di Seattle dibangun beliau penyumbang dana terbesar untuk pembangunan Mesjid itu pada tahun 1970. Dikatakan bahwa besar sumbangan beliau itu sama dengan harga sebuah mobil baru pada waktu itu. Beliau sangat gemar bertabligh. Kemanapun pergi selalu membawa banyak literatur beserta sebuah meja lipat, kemudian kemanapun pergi beliau memasang meja itu  dan menggelar tabligh di sana. Beliau sangat mencintai Jema’at dan selalu berpikir tentang bagaimana untuk memajukan Jema’at. Semoga Allah Ta’ala meninggikan kedudukan beliau dan menjadikan anak-anak beliau selalu menjalin hubungan erat dengan Jema’at. Aamiin !
Alihbahasa Hasan Basri

Baitul Futuh London UK-Tanggal 11 Juli 2014