Monday, September 15, 2008

Ahyaa ! Syuhada Pertama Di Abad Kedua Khilafat

Huzur membacakan ayat 154 hingga 157 Surah Al Baqarah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
وَلاَ تَقُولُواْ لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبيلِ اللّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاء وَلَكِن لاَّ تَشْعُرُونَ
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

yang terjemahannya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan Salat; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang penyabar. Dan janganlah kamu katakan mereka yang terbunuh di jalan Allah sebagai mati; sekali-kali tidak, karena sesungguhnya mereka itu hidup, namun kamu tidak mengetahuinya. Dan kami akan mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kehilangan harta benda, jiwa dan buah-buahan; namun berilah kabar suka kepada orang-orang penyabar. Yakni mereka yang apabila terkena musibah, mereka ucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun, 'Sesungguhnya segala yang ada pada kami adalah milik Allah, dan sesungguhnya kepada Dia-lah kita semua akan kembali.”


Huzur bersabda, beliau membacakan ayat-ayat Alquran di atas sehubungan dengan terjadinya pensyahidan baru-baru ini. Ayat-ayat ini mengemukakan tentang salat dan sabar, status para syuhada, hikmah ujian dan kesusahan, yang apabila tetap berpegang teguh kepada Allah, orang-orang yang beriman akan memperoleh banyak keberkatan-Nya. Semua aspek ini menjadi ciri khas kaum mukminin sejati.

Di dalam ayat pertama Allah Swt mengemukakan salah satu tanda orang yang beriman adalah tidak berkeluh-kesah manakala sedang dilanda musibah. Setiap kali kesusahan datang, mereka kembali menghadapkan wajah kepada Allah, bersabar dan salat untuk memohon pertolongan-Nya.

Huzur bersabda, Allah Taala telah mengingatkan orang-orang yang beriman tentang akan adanya berbagai ujian; namun mereka hendaknya memperlihatkan keteguhan iman mereka dengan sabar. Tidak cemas, tidak menghujat Allah, dan tidak berkeluh-kesah kepada manusia, melainkan hanya menghadapkan wajah mereka kepada-Nya untuk memohon pertolongan; serta tetap teguh menjaga amanat yang ada pada mereka. Yakni, tetap menegakkan Tauhid Ilahi, menyampaikan risalah rasul-Nya dan juga pesan tabligh Imam Zaman mereka, yang untuk itu sangat boleh jadi orang-orang yang beriman harus mengorbankan harta benda mereka, bahkan jiwa raga mereka dan tetap tegar menghadapi penganiayaan batiniah, seperti misalnya dilarang mengucapkan Shahadah, dilarang Salat [di masjid], pelecehan terhadap Hadhrat Masih Mau'ud a.s., dlsb. Mengingatkan hal ini semua, Allah Swt menyatakan, apabila mereka berhasil lulus menghadapi berbagai ujian dan musibah tersebut dengan sabar dan Salat, maka Allah Swt pun akan senantiasa beserta mereka. Dan mereka yang mengorbankan jiwa raga mereka demi keteguhan imannya kepada Allah, memperoleh ganjaran maqom yang tinggi dalam pandangan-Nya.

Para penentang berusaha untuk menghabisi mereka [orang-orang yang beriman] agar Jamaat menjadi lemah; namun sekali-kali tidak, karena Allah Swt senantiasa beserta kita. Dia-lah Tuhan Semesta Alam, menewaskan satu atau beberapa orang Ahmadi hanya dikarenakan keimanan mereka, sama sekali tidak akan menggoyahkan Jamaat. Sebaliknya justru mendatangkan ridha Allah Swt [kepada pihak Jamaat]; menggugah semangat hidup kepada lebih banyak lagi kaum mukminin; serta menyulut api keimanan yang baru alih-alih membuat mereka menjadi gentar. Sekiranya para penentang beranggapan bahwa mereka telah melemahkan Jamaat, patutlah mereka mengetahui bahwa pensyahidan itu justru menyulut semangat pengorbanan baru yang lebih besar dan bergejolak.

Menyusul syahidnya Dr. Abdul Mannan Siddiqi - Huzur bersabda – demikian banyak reaksi lisan maupun tulisan yang mengemukakan kapan saja dibutuhkan, manakala darah Ahmadi diperlukan, berikanlah kesempatan pertama itu kepada kami. Fenomena ini timbul dikarenakan bagi mereka yang sudah mantap ber-fanafillah, apapun situasinya, mereka tak gentar menantang maut.

Syahidnya seorang syuhada sudah cukup menjadi sumber inspirasi peneguh keimanan kaum mukminin lainnya bahwa maqom kedudukan sang syahidin tersebut di Jannatin-Naim akan terus meningkat. Allah Swt mengemukakan dengan jelas, bahwa ruh para syuhada fi-sabilillah tidaklah pernah mati. Seketika itu juga ia memperoleh ganjaran maqom yang tinggi di dalam Jannah-Nya. Kedudukan maqom yang istimewa seketika setelah disyahidkan ini tidaklah untuk semua orang. Mereka yang meninggal secara biasa harus mengalami proses peralihan [alam Barzakh]. Namun bagi para syuhada, seketika itu juga mereka mendapatkan status maqom mereka yang tinggi.

Sebuah Hadith meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda, manakala seorang syahidin disyahidkan, Allah Swt memberikan 6 (enam) macam keistimewaan kepadanya, yakni: (1) segala dosanya diampuni seketika darahnya yang pertama menetes membasahi bumi, (2) ia menyaksikan pemandangan indah swarga-lokanya, (3) diharamkan dirinya dari siksa kubur, (4) ruhnya dimasukkan ke dalam alam nafs-muthmainnah (the true rest in peace), (5) kepalanya mengenakan mahkota yang dipenuhi dengan zamrud permata nan indah yang membuat intan berlian duniawi menjadi malu, dan (6) ia diberi hak untuk memberi syafaat kepada 70 (tujuh puluh) orang keluarga dan kerabatnya.

Menerangkan arti kata ‘hidup’ (Ahyaa) di dalam ayat 155, Huzur bersabda, hal ini pun mengandung pesan pembalasan (reprisal). Allah Swt menyatakan di dalam ayat ini, bila para penentang berpikir bahwa dengan mengambil nyawa seorang beriman mereka akan mendapat ganjaran, baiklah mereka itu ingat, bahwa syahidin tersebut memperoleh qurb-Ilahi, ini dikarenakan pengorbanan para syuhada tidak akan pernah disia-siakan Allah. Allah Taala sendiri yang akan menuntut balas setiap tetes darah yang mereka tumpahkan.
Membacakan ayat 4:94 Huzur bersabda, meskipun para penentang membaca Kitabullah, dan mengaku dirinya Muslim, namun perbuatan buruk mereka mengundang murka Allah Swt.

Huzur kemudian membacakan sebuah Hadith yang meriwayatkan betapa Rasulullah Saw menyalahkan seorang sahabah yang telah membunuh seorang kufar di medan perang meskipun ia sudah mengucapkan Shahadah karena ditengarai ia bershahadat hanya karena takut oleh hunusan pedangnya.
Rasulullah Saw menukas, apakah kamu sudah membelah dadanya untuk melihat isi hatinya ? Kamu tidak berhak berprasangka atas keimanan seseorang.

Rasulullah Saw bersabda, siapapun yang telah mengucapkan laa illaha ilallah, dan telah meninggalkan sesembahan lain selain Allah, maka nyawa dan harta benda mereka terjaga. Sedangkan bagian kedua dari pernyataan [shahadat]-nya itu menjadi tanggung jawabnya sendiri kepada Allah Swt. Namun, sabda Huzur, mereka yang menamakan dirinya ulama Muslim menuduh shahadat kita [kaum Ahmadi] hanya benar pada bagian pertamanya saja, yakni laa illaha ilallah, tiada yang patut disembah selain Allah. Sedangkan bagian keduanya, yakni Muhammad Rasulullah, naudzubillah, kita menolaknya. Oleh karena itu darahnya halal. Huzur mengingatkan mereka, apakah mereka [para penentang] sudah melihat qalbu kita ? Bahkan mereka kaum mullah sedikitpun tidak memiliki pemahaman status Khataman-Nabiyin sebagaimana yang demikian difahami oleh Hadhrat Masih Mau'ud a.s.; lalu mereka membuat fatwa untuk membunuh.

Selanjutnya Huzur membacakan beberapa tulisan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengenai kedudukan istimewa Hadhrat Rasulullah Saw, namun sungguh malang nasib kaum mullah pengecoh umat tersebut menuduh kita tidak mengakui beliau Saw sebagai nabi pembawa syariat terakhir.

Mereka menyiarkan dalam suatu media televisi publik hal-hal yang sama sekali tidak dibenarkan Allah maupun Rasulullah Saw; Mereka melakukan keaniayaan dengan mengatas namakan Allah dan Rasul-Nya. Mengingatkan mereka itu - Huzur bersabda – masih ada waktu untuk mengakhiri perbuatan munkar mereka dan menganiaya kaum Ahmadi. Jika tidak, ingatlah ancaman Tuhan, wa umli lahum inna kaidi matin, ‘Aku akan menuntut balas; sesungguhnya rancangan hukuman-Ku sangat keras’ (7:184);
Apa yang telah terjadi di masa lalu dapat pula terjadi sekarang, dan hal ini pasti akan terjadi. Jangan berpikir dungu pembalasan Allah Taala sebagai keunggulan kalian.

Imam Zaman yang telah diutus-Nya adalah seorang hamba Rasulullah Saw yang sejati; yang telah diberi status sebagai nabi tabi'i. Maka kami tetap bersabar hingga taqdir keputusan Allah Taala datang mendera. Dia telah menyatakan bahwa Dia akan menguji orang-orang yang beriman dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan harta benda dan jiwa. Dan bagi mereka yang menghadapinya dengan istiqamah akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang telah diberi kabar suka. Berbagai ujian ini menjadi sumber peningkatan rohani dan juga kemajuan Jamaat.

Huzur bersabda, mereka menentang kita hanya dikarenakan kita telah menerima kebenaran Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Penderitaan yang mereka timpakan, kehilangan harta benda, dan para syuhada yang telah mengorbankan nyawanya, semuanya itu hanya dikarenakan telah menerima kebenaran Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Jika kita menerima semua ujian tersebut dengan memperlihatkan sikap tegar istiqamah, maka kita pun akan menerima pemenuhan Janji-janji Ilahi kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang merujuk kepada wahyu, 'inna fatahna laka fatham-mubina, sesungguhnya Kami pasti akan memberimu suatu kemenangan yang nyata' (48:2).

Huzur bersabda, berbagai ujian yang datang kepada suatu kaum justru untuk menunjukkan Kekuasaan Allah dan Tanda-tanda-Nya. Berbagai pensyahidan dan penganiayaan yang dialami oleh Jamaat ini justru merupakan bagian integral dari efek resonansi 'fath-han mubina', kemenangan yang nyata, yang dunia telah menyaksikannya. Kegembiraan musuh-musuh Allah hanyalah bersifat sementara. Pensyahidan kaum Ahmadi telah membuahkan hasil yang InshaAllah akan terus berlangsung. Dan kita telah menyaksikan hukuman keras Allah Swt yang mencengangkan di masa lalu, kini pun kebenaran firman-Nya itu pasti terjadi: '...fa ahaja humullahu bi junubihim, dan Allah menangkap mereka atas perbuatan dosa-dosa mereka; dan mereka tak memiliki pelindung terhadap hukuman Allah.’ (40:22).

Kini pun Dia Yang Maha Hidup akan menghabisi mereka. Tuhan yang senantiasa benar dalam janji-Nya, niscaya akan memenuhi Janji-janji-Nya kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sebagaimana telah terjadi di masa-masa yang lalu. Kewajiban kita adalah tetap tegar dalam keimanan, serta tidak melupakan berbagai keistimewaan amal shalih para syuhada yang telah mengorbankan jiwa raga mereka.

Huzur bersabda, ada dua orang syuhada yang akan beliau kemukakan. Yang pertama adalah saudara kita yang terkasih, Dr. Abdul Mannan Siddiqi. Almarhum merupakan syuhada pertama setelah [Hari Khilafat] 27 Mei 2008. Pengorbanan jiwa raga beliau adalah sebagai bukti pernyataan kesungguhan keimanan kita di Abad Kedua Khilafat Ahmadiyah sebagaimana yang telah diperlihatkan pada Abad Pertama dan sebelumnya lagi.

Kita senantiasa siap sedia mengorbankan segala apa yang kita cintai. Syuhada [Dr. Abdul Mannan Siddiqi] ini baru berusia 46 tahun, oleh karena itu tak ayal lagi menyulut semangat pengorbanan kaum muda lainnya, bahwa pengorbanan jiwa sama sekali tidak akan pernah sia-sia. Tidak merendahkan nilai baiat kita kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s.; sebaliknya bersiap-sedia untuk mengorbankan segalanya demi keberlangsungan Khilafat Ahmadiyah.

Huzur bersabda, almarhum memiliki tabiat akhlak yang baik. Huzur kenal almarhum secara pribadi sejak kecil. Ayahnya, Abdul Rahman Siddiqi sahib, adalah kawan karib ayahanda Huzur yang sering datang berkunjung. Berkhidmat sebagai Amir Wilayah Mirpurkhas selama empat puluh tahun. Setelah pemisahan India-Pakistan [tahun 1947], Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. memerintahkan beliau untuk menetap di Mirpukhas [Pakistan], yang segera beliau taati. Abdul Mannan kecil dilahirkan setelah sebelas tahun pernikahan beliau di sana.

Tahun 1988 beliau pergi ke Amerika Serikat dalam rangka post graduate medical study, kemudian bekerja di sana. Namun kemudian ayahanda beliau mengirim surat agar beliau segera kembali ke Pakistan karena tujuan pendidikannya adalah untuk mengkhidmati kaum dhuafa di sana. Beliau pun segera mentaatinya. Kembali ke Pakistan dan segera berkhidmat.

Sedangkan kakek beliau dari pihak ibu adalah Hashmat Ullah Khan sahib, salah seorang sahabah Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Almarhum meninggalkan seorang ibu yang sangat shalih dan penyayang. Mengkhidmati organisasi Lajna selama beberapa tahun lamanya. Meskipun beliau sudah berusia senja dan sakit-sakitan, beliau dapat menerima kesyahidan putranya dengan ikhlas dan kesabaran yang luar biasa. Doakalah agar Allah Swt senantiasa memberikan ketawaqalan kepada beliau.

Dr. Abdul Mannan mengkhidmati Jamaat di berbagai bidang, termasuk menjadi Amir Wilayah Mirpurkhas. Almarhum mewarisi rumah sakit di sana setelah ayahanda beliau wafat. Beliau pun mendirikan Tenda Pengobatan di daerah terpencil Tharparker yang melayani ribuan pasien. Oleh karena itu, tak heran ratusan orang datang dari jauh-jauh untuk melayat kesyahidan beliau.

Allah Taala telah mengaruniai abdi Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini dengan daya penyembuh yang istimewa. Oleh karena itu praktek kedokterannya yang bertangan dingin terkenal ke seluruh Provinsi Sindh. Nama beliau pun dikenal luas di masyarakat karena suka ber-Tabligh.

Huzur pun ingat, selama lima tahun terakhir ini beliau rajin mengirim surat, memohon doa untuk kesuksesan berbagai kegiatan tablighnya. Salah satu hal yang menimbulkan kebencian [para penentang Jamaat] kepada beliau ini adalah karena kegiatan Tabligh beliau yang memikat hati. Dan senyatanya almarhum tak pernah merasa takut sedikitpun untuk terus ber-Tabligh menghadapi para tuan tanah yang berkuasa. Dengan mengambil nyawanya, para penentang Jamaat berpikir mereka telah berhasil menghabisi narasumber Tabligh terbaik Jamaat Ahmadiyah. Namun para pecundang itu tidak menyadari, dengan mengorbankan jiwa Dr. Abdul Mannan, justru akan membangkitkan lebih banyak lagi Abdul Mannan Abdul Mannan lainnya.
Beliau menikah dengan kalangan keluarga dekat beliau yang bernama Amatul Shafi sahiba, yang adalah warga negara Amerika Serikat. Almarhum meninggalkan seorang putri berusia 18 tahun, dan putra berumur 13 tahun. Amatul Shafi sahiba ini pun adalah Sadr Lajna Wilayah Mirpurkhas.

Huzur bersabda, sebagaimana telah dikemukakan, Huzur telah kenal almarhum sejak kecil. Pun juga ayahnya dengan ayahanda Huzur. Kakeknya, Dr. Hashmat Ullah Khan itu adalah dokter pribadi Hadhrat Muslih Mau'ud r.a.. Oleh karena itu dua keluarga ini telah akrab sejak dahulu kala.

Dr.Mannan ini berkepribadian sangat tenang. Tidak pernah memperlihatkan rasa cemas sedikitpun betapapun keadaan yang menegangkan. Sebetulnya ada rasa permusuhan yang besar di sekitar beliau, namun beliau dapat mengatasi semua persoalan di wilayah kerja beliau dengan sangat baik. Tidak pernah memanfaatkan hubungan baik pribadi yang beliau miliki untuk kepentingan pribadi, melainkan semata-mata untuk kepentingan Jamaat.

Yang sangat mengesankan Huzur atas pribadi beliau adalah wajahnya yang selalu tersenyum. Dan hampir setiap orang mengatakan demikian. Beliaupun senantiasa bersikap rendah hati. Tidak pernah menonjolkan pendidikannya yang tinggi, pemilik sebuah rumah sakit, Amir Wilayah, dlsb.

Seorang Ahmadi di Provinsi Sindh berkelakar, beliau lebih suka dijuliki sebagai 'Amir para Da’iilallah'.
Almarhum tidak saja memberi pengobatan gratis kepada kaum dhuafa, bahkan juga memberikan bantuan keuangan. Tak heran kalau demikian banyak tuan tanah yang datang melayat jenazah beliau. Sudah barang tentu lagi kaum dhuafa pria maupun wanita.

Almarhum pun sangat aktif memelihara hubungan erat dengan Khilafat. Huzur bersabda, Dokter sahib adalah salah seorang wujud pengkhidmat Khilafat yang sejati dan juga salah satu sahabat terbaik Huzur. Oleh karena itu Huzur sangat mempercayai berbagai hasil pelaksanaan tugas pekerjaan Jamaat beliau.
Sebetulnya beliau telah menerima ancaman pembunuhan itu sejak lama, namun beliau tetap tegar berkhidmat, dan menjadi salah seorang pewaqaf terbaik Jamaat.

Semoga Allah Swt senantiasa meningkatkan maqom kedudukan arwah almarhum di dalam Jannahnya. Semoga pula Allah Taala senantiasa memberikan ketawaqalan kepada istri almarhum. Senyatanya beliau telah berusaha menguatkan ketawaqalan ibu mertua dan anak-anaknya. Meskipun lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat namun Amatul Shafi sahibah ini mengkhidmati suaminya dengan ikhlas sepenuh hati.
Semoga Allah Swt mengaruniai beliau umur panjang dan dapat menyaksikan keberhasilan hidup anak-anaknya.

Kemudian Huzur membacakan berbagai ucapan simpati belasungkawa dari berbagai individu maupun organisasi ghair-Jamaat. Termasuk dari pemimpin organisasi MQM, Altaf Hussein; Ketua Ikatan Dokter Pakistan Wilayah Mirpurkhas dan lain lain sebagainya. Namun mereka yang menamakan dirinya kaum mullah tetap tidak memahami betapa besar maknanya berbagai ucapan simpati belasungkawa yang diterima almarhum Dr. sahib ini.

Seorang syuhada lainnya yang belum lama ini disyahidkan adalah Saith Muhammad Yusuf sahib. Almarhum adalah Amir Wilayah Nawabshah sejak tahun 1993 yang senantiasa demikian ikhlas dalam mengkhidmati Jamaat. Sangat baik hubungan sosialnya dengan sesama, penyabar dan suka menolong. Nama almarhum sangat populer di masyarakat, serta dikenal selalu lebih duluan mengucapkan Salam [Assalamu Alaikum] kepada orang lain. Beliau menyediakan segala kebutuhan para Waqifin Diri (Zindigi). Anggota Musi dan berhasil membangun sebuah Masjid Jami di Nawabshah.

Namun beliau ini adalah juga seorang pasien penyakit jantung yang harus tinggal di lantai dasar rumahnya. Karena tidak ada lift maupun kursi roda masinal yang dapat melangkah di anak tangga, almarhum kreatif menciptakan semacam tali timba pengungkit (pulley) tubuh beliau naik turun ke lantai atas, sehingga beliau pun dapat mengerjakan berbagai tugas pekerjaan Jamaat.

Beliau disyahidkan dalam usia tujuh puluh tahun. Meninggalkan seorang istri dan empat orang anak. Tiga putra dan seorang putri. Semoga Allah Swt mengangkat derajat maqom beliau di Jannatin-Naim.
Huzur pun mohon Jamaat agar mendoakan juga dua orang Ahmadi lainnya yang mengalami luka dalam peristiwa semacam itu. Satu diantaranya adalah Sheikh Said Ahmad sahib yang terluka parah terkena tembakan di tokonya di Karachi di bulan Ramadan ini. Seorang lainnya lagi adalah Arif sahib, seorang Ahmadi anggota Satpam yang berusaha membela Dr. Abdul Mannan Siddiqi. Beliau pun mengalami luka parah. Keduanya dalam keadaan kritis. Semoga Allah memberikan karunia penyembuhan-Nya kepada mereka.

Mereka yang mengaku Muslim itu menjadi liar di bulan Ramadan karena keliru ingin mendapatkan pahala. Mereka tidak menyadari sebaliknya nasib kesudahan mereka, Allah akan melenyapkan orang-orang semacam itu.

Semoga Allah Swt senantiasa melindungi kita dan Jamaat kita dari musuh-musuh kemanusiaan. Banyak-banyaklah berdoa di hari-hari khusus ini, semoga Allah Swt senantiasa menjaga kita semua dalam perlindungan-Nya.

o o O o o

Please note: Department of Tarbiyyat Majlis Ansarullah USA and Jamaat BaKul takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message.
transltByMMA/LA091508