Thursday, October 16, 2008

Hikmah Membangun Masjid & Libasut-Taqwa

Huzur menyampaikan Khutbah Jumah ini dari Masjid Mubarak yang baru selesai dibangun, di Baitus Salam Village, Saint Prix, dekat Paris, Prancis.
Huzur membacakan ayat 27 Surah Al A’raf,
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

yang artinya sebagai berikut, “Wahai Bani Adam! Sesungguhnya Kami telah turunkan kepadamu pakaian penutup auratmu dan juga sebagai perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik. Hal demikian itu adalah sebagian dari Tanda-tanda Allah, yang semoga mereka mengingatnya.”

Huzur bersabda, dengan karunia Allah Swt, Jamaat Prancis telah dapat membangun masjid mereka yang pertama. Semoga Allah Taala berkenan menjadikan Masjid [Mubarak] ini sebagai fondasi yang kuat untuk membangun berbagai masjid lainnya di masa-masa yang akan datang tetapi tanpa disertai pembatasan peraturan apapun. Dan semoga pula para anggota Jama’at menjadi lebih meningkat semangat pengorbanannya untuk membangun masjid lebih banyak lagi.


Pembangunan Masjid ini telah menjadi bukti bahwa jika manusia berusaha, maka Allah pun menghilangkan segala hambatan pada waktunya. Namun, karena ada keberatan dari masyarakat setempat, tinggi minaratul masjid yang indah ini dibatasi. Tetapi setidaknya, surat izin bangunan telah diberikan sehingga Masjid ini dapat berfungsi. [Kaum pria maupun kaum wanita Ahmadi dapat memanfaatkannya; begitupun kalangan ghair-Ahmadi. Dan mereka mengatakan, daya tampung masjid ini cukup memadai. Hal ini terlihat di dalam acara peresmian ini, ruangan masjid nyaris penuh. Masalah minaratul masjid insya Allah akan terselesaikan seiring dengan berjalannya waktu].

Huzur bersabda, ketika tempat ini masih berupa sebuah gedung besar yang dipakai untuk Salat, ada keluhan dari masyarakat, sehingga Walikota St. Prix pun – yang pada saat acara peresmian ini juga hadir – menyempatkan diri datang sambil marah-marah dan mengancam akan menutup gedung ini. Akan tetapi, lihatlah, manakala Allah Taala telah merubah qalbu manusia, dengan karunia-Nya, Bapak Walikota ini jugalah yang berkenan memberikan izin resmi pembangunan Masjid ini.

Huzur masih ingat ketika Bapak Walikota berkenan hadir dalam Jalsa Salana di sini beberapa tahun yang lalu, beliau mencopot sepatu sebelum naik ke Jalsah Gah dan menemui Huzur dengan penuh takzim. Lihatlah, betapa orang yang paling menentang pembangunan masjid ini, namun kemudian bukan saja memberikan izin, tetapi bahkan juga sangat membantu mengatasi berbagai hambatan; dan senantiasa terus membantu kelancaran pembangunannya. Semoga Allah Taala memberi ganjaran pahala berlipat ganda kepada beliau dan lebih membukakan hati beliau.

Ini semua adalah semata-mata karunia Allah Swt yang patut kita bersyukur karenanya, yakni dengan cara beribadah kepada-Nya dengan lebih baik dan meningkatkan ketaqwaan diri masing-masing. Keberadaan sebuah masjid adalah untuk memfasilitasi peribadatan kepada Tuhan (haququllah) dan juga untuk melaksanakan haququl ibad. Cara mensyukurinya adalah datang ke Masjid dengan niat ikhlas semata untuk beribadah kepada Tuhan dengan meninggalkan urusan duniawi sejenak; yang tertanam di dalam ingatan hanyalah Tuhan, Rabbul Alamin, yang bila kita memahami sepenuhnya akan Dia, tak akan ada sesuatu wujud lain yang terlintas di dalam pikiran kita ketika beribadah kepada-Nya, sehingga terhindar dari bahaya laten syirik kafi.

Dikarenakan telah baiat menerima kebenaran Imam Zaman dan berikrar akan mengadakan perubahan suci, maka berusahalah saudara-saudara untuk melaksanakan salat berjamaah di Masjid pada setiap waktu, tidak hanya pada hari Jumat saja. [Inilah yang tersirat di dalam ayat wa maa khalaqtul jinna wal insa ila liya'budun, dan tidak Aku ciptakan manusia dan jinn melainkan untuk beribadah kepada-Ku.

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, [Jadikanlah diri saudara sesuatu yang bernilai di dalam pandangan Allah Swt]. Qalbu adalah pusat segala bentuk peribadatan. Maka jika hati saudara tidak terpaut kepada Allah Swt, peribadatan macam mana pula yang dapat dicapai ? Beliau a.s. bersabda, ada ribuan masjid di dunia ini, namun sayang pribadatan di dalamnya hanya berupa rutinitas ritual belaka.

Huzur bersabda, dambaan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. terhadap kita demikian tingginya. Beliau menuntut kita sebagai pengikutnya, untuk mengadakan perubahan suci dan berusaha membina hubungan komunikasi dengan Allah Taala (fana fillah). [Beliau sangat menekankan perkara ini, karena hanya dengan cara inilah kita dapat melaksanakan amanat akhlak bil-adl], mengamalkan haququllah haququl ibad. Jika tidak, pembangunan sebuah masjid hanya akan berupa suatu bangunan fisik belaka.

Memang banyak masjid yang demikian indah dan besar hingga tak dapat kita saingi, [namun mereka tidak mengindahkan seruan Allah dan Rasulullah Saw]. Sebaliknya, keindahan rohani yang telah diserukan oleh Hadhrat Imam Mahdi a.s. tidak dapat ditemui di dalam masjid mereka itu dikarenakan mereka menolak Imam Zaman yang telah dikhabar-gaibkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dengan adanya Masjid baru di St. Prix ini, maka tanggung jawab kaum Ahmadi di sini pun meningkat. Pandangan mata kaum Muslimin maupun non-Muslim akan tertuju kepada saudara-saudara.

Baru saja kemarin tuan Amir telah memperlihatkan sebuah majalah bersirkulasi besar yang memuat artikel dan foto-foto yang mempublikasikan Jamaat, terkait dengan peresmian Masjid ini. Publikasi tentang Jamaat ini jaiz untuk Pertablighan, namun juga dapat mengundang kecemburuan yang boleh jadi akan mengarah kepada kebencian. Maka cara terbaik untuk menghindari dampak buruk ini ialah dengan doa dan salat; bersimpuh kepada Allah dengan penuh kerendahan hati dan mengiba.

Dengan berdirinya sebuah masjid, maka timbullah 3 (tiga) tantangannya. Pertama, adalah berupaya untuk mendirikan Salat Lima Waktu secara berjamaah di dalamnya.
Hidup di dunia Barat pada umumnya, dan khususnya di dekat kota metropolitan Paris yang dipenuhi dengan hiruk-pikuk kesibukan duniawi; bertawakal bersimpuh di hadapan Allah Taala, tentulah niscaya akan mengundang kasih sayang rahimiyyat-Nya yang khas.

Tantangan Kedua, adalah menggiatkan pertablighan. Sebagaimana sabda Hadhrat Masih Mau'ud a.s. manakala Islam perlu diperkenalkan, di situ pulalah sebuah masjid perlu didirikan. Contohnya adalah publikasi oleh majalah tersebut yang sudah mengekspos sejumput tentang Masjid ini bahkan sebelum diresmikannya. Jadi, manakala kesempatan ber-Tabligh terbuka, maka pandangan dunia pun akan tertuju kepada kita.

Huzur bersabda, pertablighan [Islam Ahmadiyah] di Prancis memang telah membuahkan hasil, namun masih terbatas di kalangan keturunan Arab. Adalah menjadi hak kaum Arab risalah seorang abdi sejati Rasulullah Saw dibawakan kepada mereka. Dan adalah berkat mereka [dulu] risalah kebenaran Rasulullah Saw sampai kepada kita sehingga menyelamatkan hidup kita di dunia maupun di akhirat. Maka kini, kewajiban kita-lah untuk menyampaikan kembali risalah kebenaran Rasulullah Saw melalui abdi-nya yang sejati [yakni Hadhrat Masih Mau'ud a.s.] kepada kaum Arab. Namun perlu diingat, kedatangan Rasulullah Saw adalah untuk seluruh dunia, dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ditugaskan untuk menghimpun seluruh dunia ke bawah panji kebenaran Rasulullah Saw. Dan kewajiban kita selanjutnya adalah berdoa dengan sebanyak-banyaknya – sedangkan hasilnya berada di tangan Allah Taala - yakni hanya berkat karunia-Nya semata yang dapat menghasilkan tercapainya sesuatu. Tantangan Ketiga, adalah mawas diri. Mereka yang ditablighi akan melihat kepada setiap diri kita bagaimana tindak tanduknya.

Pada situasi sekarang ini kita perlu memeriksa diri hal peribadatan kita dan banyak berdoa kepada Allah agar menyelamatkan jutaan manusia dari ancaman malapetaka duniawi maupun ukhrawi, serta berupaya untuk menghimpun mereka ke bawah panji kebenaran Rasulullah Saw.

Huzur bersabda, hendaknya jangan sampai ada rasa bangga berlebihan dengan berhasilnya membangun sebuah masjid, karena setiap langkah seorang mukmin senantiasa menjurus ke arah keshalihan yang terus meningkat; rasa tanggung jawabnya meningkat, dan memperbesar niat amal shalihnya.

Rasulullah Saw memberi kabar suka, barang siapa membangun sebuah rumah Allah di dunia ini, maka Allah pun akan menyediakan tempat tinggalnya yang serupa di Jannahnya kelak. Namun dengan syarat khusus, ialah, mereka yang membangun rumah Allah dengan ikhlas sepenuhnya semata-mata lillahi Taala. Begitupun mereka yang mendirikan Salat di dalamnya, ikhlas sepenuh hati semata-mata mencari keridhaan Allah Taala. Alih-alih merasa bangga, qalbu mereka senantiasa diliputi kerendahan hati, memohon kepada Allah Swt, semoga Dia berkenan menerima pengorbanan mereka.

Huzur bersabda, cara terbaik untuk mensyukuri karunia Allah berupa sebuah masjid baru di Prancis ini adalah dengan meningkatkan ketaqwaan; memastikan diri agar setiap persembahan peribadatan saudara dapat menarik keridhaan Allah Taala.

Mengacu kepada ayat Quran yang telah dibacakan di awal Khutbah, Huzur bersabda, Allah Swt menuntun manusia ke arah ketaqwaan dengan mengambil contoh cara berpakaian yang patut; ialah yang membawa manfaat ganda. Yakni, untuk menutupi aurat dan sekaligus sebagai penghias diri. Berbusana juga bermanfaat untuk menutupi sesuatu cela pada anggota tubuh, dan melindungi diri dari pengaruh cuaca. Berpakaian yang baik dapat meningkatkan kesan pribadi seseorang. Namun di dunia Barat, khususnya lagi di negara [Prancis] ini, cara mereka berbusana – khususnya kaum hawa mereka – sungguh ironis. Mereka pikir, semakin terbuka semakin baik; terlebih lagi di musim panas (summer).

Huzur bersabda, yang dimaksud dengan 'libasut-taqwa' di dalam ayat ini, ialah manfaat ganda dari berbusana. Namun, jika tidak ada taqwa, maka kedua manfaat tersebut tidak akan terwujud. Karena sesungguhnya, pakaian yang terbaik adalah 'pakaian taqwa'.
Arti kata Arab ‘rish’ (busana anggun) di dalam ayat tersebut adalah juga berarti 'bulu, bulu unggas'. Lihatlah unggas yang berbulu indah, sungguh sedap dipandang mata. Sedangkan unggas hidup yang sudah dicabuti bulunya ? Tentulah menakutkan. Namun sungguh malang, konsep berbusana sekarang ini justru minim tekstil. Bahkan setengah kaum Muslimah dan setengah Ahmadi yang berpikiran kuno, ikut terpengaruh. Sekali mereka menanggalkan pardahnya, selanjutnya pun mereka akan semakin buka-bukaan.

Menjawab pertanyaan seorang mubayin baru belum lama ini, Huzur menasehati, anak-anak kalian hendaknya dilatih untuk menjaga aurat mereka sejak usia dini. Tanamkan pengertian siapakah diri mereka, dan apa yang dikehendaki Allah atas diri mereka. Kepada mereka harus ditanamkan pentingnya berbusana Islami sejak usia 5-6 tahun. Apapun lingkungan mereka, mereka adalah orang Ahmadi, dan Allah menyukai cara berpakaian yang menutupi tubuh dengan sebaik-baiknya.

Huzur bersabda, arti lainnya dari kata ‘rish’ adalah kekayaan, yakni, menjaga diri dari penghasilan yang tidak halal, misalkan pekerjaan ilegal, atau menggelapkan pajak hak pemerintah, dlsb. [Dengan perbuatan tersebut, boleh jadi saudara dapat memiliki rumah-rumah yang indah, namun diri saudara jadi jauh dari taqwa]. Jadi, apapun yang dikehendaki oleh Allah Taala, yakni kenakanlah pakaian taqwa agar kelemahan pribadi saudara tertutupi, hendaknya saudara-saudara melaksanakannya; karena pakaian diri pribadi yang terbaik itulah 'libasut-taqwa'. Sebagaimana aba (bapak) kita sekalian Hadhrat Adam a.s. menutupi kelemahan beliau, hendaknya kita senantiasa ingat akan perkara ini, yakni senantiasa melindungi diri dengan 'pakaian' taqwa dan ber-Istighfar (memohon ampunan Allah). Hal ini niscaya akan menyelamatkan diri kita dari fitnah dunia.

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menerangkan 'libasut-taqwa' artinya, keanggunan atau kharisma rohani seseorang, yang hanya dapat diperoleh dengan jalan taqwa; dengan cara memenuhi ikrar janjinya kepada Allah. Sebagai seorang Ahmadi, ialah berusaha memenuhi janji baiat mereka kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s., berupa Sepuluh Syarat Baiat..

Syarat pertama disebutkan akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi segala macam bentuk kemusyrikan. Terikat sedemikian rupa kepada kesibukan duniawi dapat menjauhkan diri kita dari berdzikrullah. Adalah tugas mulia kita untuk menjauhkan diri dari segala bentuk syirik. Syarat Baiat kedua adalah menjauhkan diri dari segala macam keburukan pada kehidupan sehari-hari, seperti misalnya, berdusta, memandang yang bukan muhrim, berzinah. Huzur bersabda, berzinah di sini bukan hanya yang melibatkan perbuatan fisik saja, tetapi juga termasuk seringnya berangan-angan tentang hal itu. Hindari pula keburukan, tidak jujur, penipuan, makar, dlsb. Syarat Ketiga adalah dawam dan disiplin mendirikan Salat Lima Waktu.

Terlebih lagi dengan adanya karunia Masjid baru ini, [salat lima waktu] harus senantiasa diingat. Juga penting untuk melaksanakan salat nafal Tahajjud dan sibuk bertasbih, tahmid dan shalawat yang sangat penting untuk meningkatkan derajat rohani. Syarat Keempat, adalah tidak akan mendatangkan kesusahan apapun terhadap sesama makhluk Allah, baik kepada sesama Muslim maupun non-Muslim dalam keadaan apapun juga. Bila hal ini dapat dilaksanakan oleh banyak manusia, tentulah berbagai kesusahan yang kini melanda seluruh dunia dapat dihilangkan. Syarat Kelima, adalah tetap berpegang teguh kepada Allah Taala dalam segala situasi. Syarat Keenam, menahan diri dari segala ketamakan duniawi, mengutamakan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketujuh, meninggalkan sikap sombong dan takabur, menggantinya dengan kerendahan hati. Kedelapan, akan menjunjung tinggi kehormatan Islam diatas segala kehidupan dan harta bendanya. Kesembilan, berusaha mendatangkan manfaat apapun kepada sesama manusia. Kesepuluh, cinta dan taat sepenuhnya kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s..

Huzur bersabda, sepeninggal beliau a.s., kesinambungan risalahnya jatuh ke dalam bentuk Khilafat Ahmadiyah. Janji Baiat ini sangat penting untuk menjalani hidup taqwa.
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, berbagai upaya perlu dilakukan agar dapat menjadi orang yang muttaqi. Taqwa mengandung dua aspek, yakni ilmu dan prakteknya. Kebenaran tidak akan terbuka kepada orang yang tidak bertaqwa. Salat, puasa, dan ibadah lainnya akan kosong dari hikmah bila orang yang menjalankannya tidak bertaqwa.
Huzur bersabda, semoga Allah Taala senantiasa merahmati dan mengaruniai mereka sehubungan dengan adanya Masjid baru ini. Semoga hidup mereka saling mengasihi, karib, dan terikat dalam tali persaudaraan yang erat. Pengurus - berdasarkan nizam Khilafat – melaksanakan amanatnya dengan segala kerendahan hati. Dan sebaliknya, para anggota pun – demi nizam Khilafat – mentaatinya.
Semoga pula Allah Taala meningkatkan kecintaan kepada Khilafat kaum Ahmadi lama, begitupun para mubayin barunya, yang dapat terlihat di dalam wajah mereka.

Huzur bersabda, tadi sebelum Salat Jummah, tuan Majid menyampaikan, pada bulan Desember 1984, ketika Hadhrat Khalifatul Masih IV rh.a berkunjung ke Prancis (belum lama setelah Hijrah dari Rabwah), tiba-tiba beliau melihat kedipan (digit) tanggal di dalam jam tangan beliau yang menunjukkan angka 10, lalu beliau berujar 'Friday the Tenth” (Friday the 10th), yakni hari Jumat tanggal 10 yang berberkat.
Huzur bersabda, hari ini pun adalah 'Friday the Tenth', Jumah tanggal sepuluh yang berberkat, yakni hari peresmian Masjid pertama Jamaat di Prancis. Semoga segala keberkatan yang menyertai 'Jumah tanggal 10' yang Allah Taala berikan kepada Hadhrat Khalifatul Masih IV rh.a, dan telah diperlihatkan-Nya dengan berbagai corak keberkatan, juga terkait dengan peresmian Masjid ini.

Beberapa abad yang lalu missi kaum Muslimin telah berusaha memasuki negara Prancis melalui Spanyol namun mengalami berbagai hambatan. [Minimnya] sarana kekuatan materi pada waktu itu menjadi faktor utama, sehingga mereka harus mundur kembali. Namun kini, dengan berbekal kasih sayang (love for all hatred for none) dan berbagai doa yang telah diwariskan oleh Al-Massih Muhammadi a.s., yang adalah sarana yang sangat efektif untuk menaklukkan qalbu manusia, berhasil, dan tak akan lekang lagi, karena telah merasuki seluruh jiwa raga mereka. Oleh karena itu, kaum Ahmadi Prancis, para hamba sejati Massih Muhammadi, hendaknya selalu ingat, jihad sekarang ini adalah menaklukkan hati dan pikiran manusia. Dan tidak datang dari luar, melainkan dari dalam negeri Prancis sendiri, yang Allah Taala telah menyediakan berbagai sarananya untuk itu. Tingkatkanlah standar pertablighan saudara, sehingga jiwa-jiwa yang berfitrat suci dapat berhimpun di bawah panji kebenaran Rasulullah Saw. Semoga Allah Swt memudahkan Jamaat Prancis untuk melaksanakannya.

Selanjutnya Huzur mengumumkan berita duka telah berpulangnya Maulana Bashir Ahmad Qamar. Nazir Ala Talimul Qur’an untuk Waqfi Arzi di Pakistan, meninggal pada usia 74 tahun. Beliau berkhidmat hingga akhir hayat setelah mengalami sakit. Beliau memulai pengkhidmatannya pada tahun 1950. Pernah bertugas di Ghana dan Fiji. Huzur pernah menyaksikan pengkhidmatan pribadi yang sangat mengesankan namun sangat sederhana ini di Afrika, selalu bekerja keras dan dengan penuh rasa cinta. Di sana beliau hidup sendiri, sehingga harus masak dan menyediakan keperluan sendiri. Almarhum sempat menulis surat kepada Huzur sehari sebelum ajal, dengan tulisan yang terputus-putus mengenai sakit beliau, dan mendoakan Huzur semoga senantiasa memperoleh para pembantu yang shalih. Huzur mendoakan, semoga Allah Swt meninggikan maqom almarhum di Surga. Beliau adalah juga ayah dari Vakilul Isha’at London, Maulana Nasir Ahmad Qamar. Semoga Allah Taala memberikan kesabaran dan ketawakalan kepada seluruh keluarga almarhum, tiga orang anak laki-laki dan empat anak perempuan.

Sedangkan satu lagi mubaligh Jamaat yang meninggal dunia di Australia, yang telah berkhidmat di Ivory Coast, Fiji dan Ghana. Almarhum juga pribadi yang sangat sederhana, diketahui menderita penyakit kanker baru-baru ini. Semoga Allah Taala memberikan kesabaran dan ketawakalan kepada istri dan anak-anak almarhum.

Selanjutnya Huzur mengumumkan akan mengimami salat jenazah gaib, bada Salat Jumah.

o o O o o

Please note: Department of Tarbiyyat Majlis Ansarullah USA and Jamaat BaKul takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message.
transltByMMA/LA101308