Tuesday, January 20, 2009

“Al-Kaafi”, Yang Maha Mencukupi – Sifat Ilahi

Huzur (aba) memberikan ceramah mengenai sifat Ilahi Al Kaafi (Yang Maha Mencukupi) dalam Khutbah Jum’atnya hari ini. Dengan menerangkan artinya dari Kamus Bahasa Arab Lexicon, Huzur (aba) mengatakan bahwa Al Kaafi ini adalah satu sifat dari Allah yang memberikan arti satu Wujud Yang Maha Mencukupi dan tidak memerlukan apa pun dari yang lain atau tidak mengharapkan sesuatu apa pun juga dari pihak lainnya.
Sifat ini biasa digunakan oleh orang-orang Muslim untu menyatakan rasa kebersyukuran mereka dan
kerendahan mereka terhadap Tuhan. Bilamana seseorang merenungkannya artinya dengan secara mendalam, maka orang itu dating pada kesimpulan bahwa tidak ada wujud atau zat lainnya selain dari Allah Taala yang mencukupi bagi mahluk ciptaan-Nya. Adalah Dia-lah Yang memberikan kemampuan kepada kita untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta untuk melindungi kami dan menghilangkan segala macam keburukan dari kami. Huzur (aba) menyebutkan dan menerangkan Hadits berikut dalam dari sifat Ilahi ini:
"Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir dari Surah Al Baqarah pada malam hari, maka akan dicukupkan bagi mereka." [Bukhari]
Kedua ayat terakhir dari Surah Al Baqarah adalah sebagai berikut:

Aamanar rasuulu bi maa unzila ilaihi mir rabbihii wal mu’minuuna kullun aamana billaahi wa malaa-ikatihii wa kutubihii wa rusulihii laa nufarriqu baina ahadim mir rusulihii wa qaaluu sami’naa wa atha’naa gufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir (2:286.)
Rasul kita ini beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-Nya, dan begitu juga orang-orang Mukmin; semuanya beriman kepada Allah dan Malaikat-malaikat-Nya, dan Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, mereka mengatakan, “Kami tidak membeda-bedakan di antara seorang pun dari Rasul-rasul-Nya yang satu terhadap yang lainnya;” dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ya Tuhan kami, kami mohon ampunan Engkau, dan kepada Engkau-lah kami akan kembali.”

Laa yukaliifullaahu nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa ‘alaiha mak tasabat rabbanaa laa tu-akhidznaa in nasiinnaa au akhta’naa rabbana wa laa tahmil ‘alainaa ishran ka maa hamaltahuu ‘alal ladziina min qablinaa rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bihii wa’fu’annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maulaanaa fan shurnaa ‘alal qaumil kaafiriin
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah engkau membebani kami tanggung-jawab seperti yang telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan maafkanlah kami, dan ampunilah kami serta kasihanilah kami karena Engkau-lah pelindung kami., maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.”
(2:287)

Huzur (aba) mengatakan bahwa jika kita merenungkan arti dari ayat-ayat ini, di sana sudah terkandung doa-doa untuk meminta perlindungan terhadap segala macam kejahatan dan menjadi sarana untuk peningkatan keimanan.
Ayat yang pertama adalah untuk mensucikan jiwa dan memperkuat keimanan seseorang. Kami itu harus menyatakan keimanan kami akan semua artikel dalam ayat tersebut, dan bukan hanya di mulut saja, tetapi harus menanamkannya dengan keyakinan yang penuh di dalam hati kami dan benar-benar mengamalkan apa yang kami imani itu.
Oleh karena itu, di samping memiliki iman yang teguh dan inklusif itu, orang-orang beriman ini haruslah mengamalkannya juga apa yang mereka imani itu. Beriman kepada Tuhan hanyalah akan menjadi sungguh-sungguh jika kita berjuang untuk meningkatkan ke-takwa-an. Beriman kepada para Malaikat hanyalah menjadi benar jika kami merasa yakin bahwa para Malaikat itu melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka dan melaksanakan tanggung-jawabnya mereka itu. Kami itu harus memakluminya bahwa semua Kitab-kitab itu adalah diturunkan dari Tuhan (walau pun dalam keadaannya yang sekarang sudah dirubah oleh orang-orang dikarenakan berjalannya waktu, kecuali Kitab Suci Alqur-aan) di mana semua doktrin dan ajaran dari Kitab-kitab tersebut sekarang tersimpan dengan aman di dalam Kitab Suci Alqur-aan yang di lindungi sampai zaman yang akan datang sekali pun.
Satu sifat karaktersitik yang unik dari Islam adalah yang mempersyaratkan untuk menganut kepercayaan kepada semua Nabi-nabi. Huzur (aba) secara khusus menyebutkan pada semua Nabi-nabi, yaitu bukan saja kepada Nabi-nabi yang dating sebelumnya Yang Mulia Rasulullah (saw), dengan menunjukkan pada kenyataan bahwa Hadhrat Isa Almasih yang dijanjikan, Masih Mau’ud (as) adalah datang setelahnya Rasulullah saw., sebagai seorang Nabi Allah di mana menjadi kewajiban dari semua orang-orang Muslimin untuk menerima beliau sebagai seorang Nabi.
Mereka yang dinamakan sebagai “Ulama” Islam sekarang ini sedanga menunggu-nunggu kedatangannya Almasih di akhir zaman dalam sebuah bentuk yang bukan menjadi Sunnah Tuhan. Yang bukan saja mereka itu akan melemahkan keimanan mereka sendiri tetapi juga merusak pada orang-orang yang lainnya. Jika bukti akan kebenaran dari Hadhrat Masih Mau’ud (as) sudah ada dengan dukungan dari Kitab Suci Alqur-aan, maka semua orang Muslimin itu harus berupaya sekuat tenaga untuk mendapatkan kebenaran tersebut dan menjadi penerima berkah dan rahmat dari Allah dengan ketaatannya kepada-Nya itu.
Semoga Allah Taala memberi taufik dan kemampuan kepada saudara-saudara Muslim semua untuk dapat mengerti akan rinciannya yang halus dari Kitab Suci Alqur-aan ini. Aamiiin. Kesimpulannya adalah, bahwa beriman pada yang tersebut di atas tadi harus terus berlanjut dan sejajar dengan komitmen yang dipraktekkan pada semua perintah-perintah dari Allah tersebut.
Ayat yang kedua dimulai dengan pernyataan bahwa tidak ada sesuatu jiwa yang dibebani dengan hal yang di luar kemampuannya. Dalam hal ini Hadhrat Masih Mau’ud (as) telah mengatakan bahwa kami itu telah diperintahkan untuk mengikuti sunnah dari Yang Mulia Rasulullah (saw). Bilamana kami itu tidak dikaruniai dengan sarana kemampuan untuk melaksanakan perintah ini, maka kepada kita tidak akan diberikan perintah ini karena Allah Yang Maha Kuasa tidak akan membebani jiwa kami di luar kemampuannya.
Jadi ayat yang pertama itu meminta kepada kami untuk memperkuat keimanan kami, dan ayat yang kedua secara logikanya membangkitkan idea bahwa mereka yang sudah kuat dalam keimanannya itu tidak pernah akan mengabaikan perintah-perintah Tuhan ini dan akan berusaha sekuat tenaganya untuk melaksanakan perintah tersebut dan mengamalkannya di dalam kehidupannya. Islam adalah agama bagi semua orang dan yang telah menyediakan banyak kemudahan sehingga dapat mengamalkannya dengan secara mudah.
Huzur (aba) mengatakan bahwa kami itu sudah berusaha segala macam cara untuk meraih tujuan duniawi, jadi mengapa kita itu jika tidak berusaha sekuat tenaga untuk menjamin didapatnya ganjaran spiritual. Contoh dari Yang Mulia Rasulullah (saw) adalah yang harus kita ikuti, dan oleh karena itu kami harus meminta pertolongan Allah, bahkan untuk meningkatkan dan memperbaiki standard peribadatan kami; yang dengan demikian kita akan dapat meningkatkan keimanan kita.
Bagian yang berikutnya dari ayat tersebut menyinggung tindakan dari manusia, yakni apa pun yang baik atau yang buruk yang ia kerjakan maka semuanya akan kembali kepada dia. Kebaikan akan meraih ganjaran yang bagus dan keburukan akan memberikan akibat konsekwensinya. Seorang yang beriman haruslah menaruh perhatian akan tindakan perbuatannya pada setiap saat sehingga kita dapat meraih kedekatan kepada Tuhan dan meyakinkan diperoleh Rahmat-Nya. Kemudian apakah dia akan bersujud dalam bersyukur kepada Tuhan, untuk meyakinkan pensucian jiwanya. Orang itu haruslah menyadarinya bahwa ia itu dijadikan begitu lemah dan tidak berdayanya, jadi bilamana ia sudah melakukan pekerjaan yang salah, secara sengaja atau pun tidak sengaja, karena kealfaan atau ke-tidak-tahuannya, karena tujuannya yang tidak suci atau dikarenakan kelemahan-kelemahan lainnya, maka ia akan memohon ampunan dari Tuhan-nya.
Doa permohonan berikutnya ialah, ya Tuhan janganlah kami diberikan beban seperti yang diberikan kepada orang-orang sebelum kami, yang tidak taat kepada Engkau atau yang Engkau tidak senangi; kami memohon perlindungan dari ujian-ujian duniawi yang sedemikian, yang di luar kemampuan kami untuk menanggungnya. Tuhan memberikan cobaan kepada orang-orang dalam bentuk kekayaan atau anak-anak atau pun cara lainnya, sehingga kita itu harus meminta pertolongan rahmat daripada-Nya dari segala macam ujian dan cobaan ini.
Ya Tuhan! Janganlah Engkau membebani kami dengan beban tanggung-jawab yang di luar kemampuan kami dalam menghadapi kesukaran dan kesulitan ini dan teguhkanlah kami di jalan yang lurus agar supaya janganlah sampai kami membuat Engkau itu tidak senang. Berikanlah rahmat-Mu kepada kami dan jadikanlah kami di antara orang-orang yang Engkau kasihi. Bimbinglah kami dan berikanlah kepada kami kemenangan terhadap orang-orang yang kafir dan anugerahilah kami dengan kebaikan dan rahmat-Mu. Buatlah pembeda yang jelas antara kami dengan para musuh serta jadikanlah kami unggul di atas mereka itu.
Huzur (aba) mengatakan bahwa jika kita ingin dapat meraih faedah dari doa-doa ini, maka kita harus membaca ayat-ayat ini dengan mencamkan di dalam pikiran dan hati yang penuh gairah untuk menjadi penerima dari kebaikan dan berkah rahmat dari Allah Taala. Semoga Allah Taala membuat kami merendah di dalam usaha-usaha kami itu, dan melindungi kami dari pengaruh bujukan Syaitan serta memberi taufik kepada kami semua untuk dapat mengerti secara hakiki akan keindahan ajaran dan kebijaksanaan Alqur-aan ini, Aamiiin.
Di akhir, Huzur (aba) meminta perhatian dari semua orang-orang Ahmadi di seluruh dunia untuk mendoakan bagi orang-orang Palestina agar terhindar dari keadaan buruk dari tangan Israel yang sedang mereka hadapi itu. Keadaannya yang semakin hari semakin memburuk, bahkan orang-orang yang tadinya mendukung gerakan Israel itu sekarang berteriak memprotes atas kekejaman orang Israel ini terhadap orang-orang Palestina yang tidak berdosa, yang berhadapan dengan ketakutan yang amat sangatnya.
Bangsa-bangsa yang selama ini tinggal diam, adalah juga menjadi bagian dari kekejaman terhadap orang-orang yang tidak bersalah ini. Satu-satunya jalan di mana kita dapat menolong orang-orang Palestina ini adalah berdoa bagi mereka dengan sepenuh hati kami. Huzur (aba) mengemukakan bahwa sudah ada organisasi-organisasi penolong yang sedang mengirimkan obat-obatan dan supply lainnya bagi para korban, jadi orang-orang Ahmadi harus menolong institusi-institusi ini tersebut. Humanity First juga sedang memberikan pertolongannya dan Jamaat pun akan memberikan bantuannya apa yang memungkinkan. Semoga Allah menurunkan belas kasihan-Nya, Aamiiin.