Tuesday, November 6, 2012

Kebangkitan Islam dan Pendzaliman

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ وَهُمْ عَلَىٰ مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ
Tarjamah dari ayat-ayat Al Quran ini adalah sebagai berikut: ‘Demi langit yang mempunyai gugusan-gugusan bintang, Dan demi Hari Yang Dijanjikan Dan demi saksi dan yang disaksikan Binasalah para pemilik parit – Api yang dinyalakan dengan bahan bakar –
Ketika mereka duduk di sekitarnya, Dan mereka menjadi saksi atas apa yang dilakukan mereka terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka tidak menaruh dendam terhadap mereka itu, melainkan hanya karena mereka beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji, Yang kepunyaan-Nya kerajaan seluruh langit dan bumi; dan Allah menjadi Saksi atas segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang memfitnah orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka ada azab api Jahannam, dan bagi mereka azab yang membakar. Akan tetapi sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih itu, bagi mereka ada Kebun-kebun al-Jannah, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Hal demikian itu merupakan keberhasilan besar.

(Quran Surah 85 / Al Buruj, ayat 2 hingga 12). Ayat-ayat Al Quran ini membahas talim Islam pada tiap-tiap zamannya, khususnya lagi mengenai Era Islam Kedua dan Kedatangan Hadhrat Imam Mahdi a.s., yang sekaligus juga mengenai pihak musuh maupun keadaan Jamaat beliau. Jadi, ayat-ayat inipun mengingatkan para anggota Jamaat beliau tersebut untuk siap sedia menghadapi perlawanan dan sikap penentangan mereka yang terus menerus. Akan tetapi, Allah Taala pun tidak tinggal diam terhadap kedzaliman sikap penentangan mereka itu. Yakni, hari itu akan tiba, ketika mereka yang mendzalimi kaum mukminin akan diazab. Mereka yang menyulut api terhadap kaum Ahmadi Muslim akan dibakar oleh kobaran api mereka sendiri yang kian membesar.
Jama’at telah diberi kabar suka akan adanya falah kemenangan di dunia ini juga. Setiap mukminin diberi kabar suka ganjaran ‘surga al-Jannah. Itulah ikhtisar tafsir [12] ayat Al Quran [Surah Al Buruj] tersebut. Mendalami pengertian ayat-ayat ini yang terkait dengan kondisi Jama’at sekarang ini, menjadikan kita semakin yakin akan kebenaran pernyataan Al Quran Karim dan Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw. Keimanan kita kepada Allah Swt pun semakin teguh: Betapa nubuatan-Nya pada beberapa Abad yang lalu itu telah terjadi melalui gambaran yang disampaikan oleh ayat-ayat tersebut. Yakni, agama Islam akan unggul lagi setelah beberapa Abad kemudian, melalui suatu jazirah tertentu, serta kabar suka akan kedatangan seorang Wujud Yang Dijanjikan, yang akan menyiarkan pesan tabligh Hadhrat Rasulullah Saw yang tidak hanya ke suatu wilayah atau kaum tertentu saja sebagaimana yang dilakukan oleh para Mujaddid terdahulu; melainkan ke seluruh pelosok dunia.
Untuk maksud itulah Jamaat ini didirikan di tiap-tiap negara di manapun di dunia ini. Sehingga, kita pun lebih memahami tafsir dari pesan ayat Al Quran ini:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
yakni, ‘Katakanlah, ‘Hai manusia ! Sesungguhnya aku ini adalah Rasulullah untuk kamu sekalian…’ (Q.S. 7 / Al Araf : 159) Sehingga hal ini menunjukkan kebenaran Jamaat Hadhrat Imam Mahdi a.s. ini sebagaimana terangnya [mentari di] siang hari. Maka sungguh beruntunglah kita ini yang telah menjadi bagian dari Jamaat yang terkait dengan Wujud As-Syahid tersebut, yang ‘datang untuk menyampaikan kebenaran Adzim Masyhud [yakni, Hadhrat Rasulullah Saw] ke seluruh dunia. Allah Taala telah mengutus beliau a.s. ke dunia ini untuk membuktikan kebenaran dan keunggulan talimul Quran Karim nan indah.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyajikan ajaran ini dengan sekaligus juga memperlihatkan kemuliaan derajat Hadhrat Rasulullah Saw ke seluruh dunia. Sebelum adanya berbagai kitab karya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Ummat sangat merasakan perlunya seorang wujud As-Syahid yang memiliki keprihatinan mendalam terhadap kemajuan Islam. Yakni, kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini sangat tepat waktunya. Ialah, bukan hanya didambakan di waktu lampau itu saja. Melainkan, sekarang pun seluruh umat manusia menunggu-nunggu kedatangan Sang Pembaharu tersebut, yang adalah seorang pecinta dan hamba sejati Hadhrat Rasulullah Saw.
Saya telah menyampaikan sebagian dari perkara ini secara rinci di dalam Pidato Jalsah Salanah yang lalu, sehingga tak perlu diulang kembali. Setiap orang Ahmadi sangat memahami, bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. diutus Allah Taala untuk [kemenaangan] Islam di Era Kedua ini. Bahkan pihak ghair- Jamaat yang memiliki fitrat baik dan berpikiran adil pun mengetahui, bahwa hanya Jamaat Ahmadiyah ini sajalah yang sungguh-sungguh menjalankan ajaran Islam nan indah. Memang benar, bahwa di akhir zaman ini hanya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sajalah yang memberikan kesaksian sempurna akan kebenaran Hadhrat Rasulullah Saw. Sehingga, hanya Jamaat yang beliau dirikan ini sajalah yang dapat memperlihatkan reaksi yang benar terhadap penghinaan dan fitnah atas diri Hadhrat Rasulullah Saw.
Sedangkan reaksi kaum Muslimin lainnya justru menjadi santapan bagi berbagai kekuatan anti-Islam dalam melakukan aksi penghinaan mereka yang melampaui batas. Contohnya, apa yang menamakan diri mereka kaum mullah mengeluarkan Fatwa yang menyerukan kekerasan. Sehingga membuat para pihak lain menjadi terbebani disebabkan sudah bersimpati kepada reaksi kaum Ahmadi yang mulia dan mengutuk mereka yang menghina Isam.
Seorang Ahmadi menulis kepada saya, bahwa: Suatu kali aku menghadiri satu acara yang di dalamnya seorang wanita pemuka Kristen berbicara dan ia memuji kemuliaan derajat Hadhrat Rasulullah Saw sedemikian rupa, sehingga membuatku terharu dan berlinangan air mata.’ Begitulah reaksi seorang Ahmadi terhadap suatu pelecehan, ialah justru dengan cara memperlihatkan kepada dunia mengenai keberkatan kehidupan Hadhrat Rasulullah Saw, menyajikan ajaran Islam, menyampaikan kepada mereka, bahwa sekarang ini jalan najat keselamatan hanyalah melalui Hadhrat Rasulullah Saw, dan hanya ajaran Islam sajalah yang dapat menunjukkan jalan menuju kepada Allah Taala.
Sebagaimana Hadhrat Rasulullah Saw telah berhasil meng-inqillab kaum jahiliyah Bedouin [gurun pasir] menjadi para duta kecintaan dan perdamaian. Begitulah mukjizat talim Islam dan Hadhrat Rasulullah Saw. Dan untuk maksud kebangkitan rohani semacam itulah Allah Taala mengutus seorang pecinta dan hamba haqiqi Hadhrat Rasulullah Saw, yakni, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagaimana yang dimaksudkan oleh ayat-ayat di dalam Surah Al Buruj tersebut. Yakni manakala As Syahid tersebut mendakwakan diri, bagaimana pula reaksi dunia kepada beliau ? Yang sebelumnya mereka itu sangat merasakan kebutuhan adanya wujud seperti itu ?
Ayat-ayat Al Quran yang telah disampaikan di awal tadi telah menubuatkannya. Yakni, ketika Allah Taala mengutus beliau a.s. untuk menanamkan kebenaran syiar Hadhrat Rasulullah Saw di dalam qalbu manusia, dan menyampaikan keelokan ajaran talimul Quran Karim, beliau beserta Jamaat-Nya harus menghadapi berbagai rintangan yang berbahaya. Yakni, terhadap wujud seorang Mujadid atau As Syahid yang sama, yang telah lama mereka dambakan itu, namun berbagai pihak penentang itu menggalang kekuatan mereka untuk berseteru dengan Sang Mushlih Rabbani tersebut.
Begitulah keadaan mereka dalam kaitan ini. Yakni, di satu pihak mereka meneriakkan perlunya seorang wujud seperti itu, namun di lain pihak mereka sangat melampaui batas dalam menentang wujud yang sudah datang. Maka Allah Taala pun melaknat mereka. Akan tetapi bagi kaum mukminin tidaklah cukup hanya sampai di situ. Melainkan, mereka harus memberikan berbagai pengorbanan dalam menghadapi pendzaliman yang senantiasa muncul dari zaman ke zaman. Namun kemajuan dan perkembangan Ahmadiyah atau Islam yang sejati tetap akan terjadi sebagai akibat dari pendzaliman tersebut.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah berulangkali menarik perhatian kita terhadap perkara ini di dalam berbagai tulisan maupun maklumat beliau. Yakni pendzaliman yang dihadapi Jama’at di berbagai negara, utamanya di Pakistan, yang keaniayaannya antara lain adalah para mahasiswa kita diperlakukan tidak adil, bahkan ada beberapa orang yang sampai dikeluarkan dari beberapa Universitas hanya disebabkan aqidah keimanan mereka; itu semua telah dikabar-gaibkan oleh Allah Taala. Yakni sebagaimana telah dinyatakan, bahwa berbagai bentuk api [keaniayaan] akan mereka sulut dan tujukan kepada kita.
Begitulah api angkara murka telah mereka nyalakan pada aksi di tahun 1974 ketika sekian banyak rumah keluarga Ahmadi dibakar, dan pihak kepolisian hanya diam menyaksikannya. Hadhrat Rasulullah Saw pun telah dikabari akan datangnya Wujud Yang Dijanjikan di Era Kebangkitan Islam Kedua, yang kaum pengikutnya akan didzalimi yang para pelakunya juga berasal dari kaum Muslimin. Hal ini menjadi bukti berdasarkan nubuatan berbagai Hadith, bahwa kaum Muslimin akan menjadi rusak. Dan ketika Allah Taala mempertanyakannya kepada Hadhrat Rasulullah Saw. beliaupun akan menjawab sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadhrat Isa a.s. [di dalam Q.S 5 / Al Maidah : ayat 118:
وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَّا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Yakni, dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, yang setelah itu, mereka pun tersesat. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyiapkan [mental] kita dalam menghadapi saat-saat sulit seperti itu, yang di beberapa tempat telah menarik perhatian kita dengan keras, sebagaimana yang beliau tulis: ‘Akan tetapi bagi mereka yang tetap beristiqamah hingga akhir — mereka akan diguncang oleh berbagai ujian, diterpa berbagai kemalangan, dicerca, diremehkan, ditertawakan, dibenci, dan dikucilkan dunia — namun, mereka itulah yang justru akan memperoleh falah kemenangan. Berbagai pintu rahmat dan karunia Ilahi akan dibukakan kepada mereka.
Allah Taala telah menasehatiku agar aku memberitahu Jama‘at-ku, bahwa bagi mereka yang imannya tidak dicampuri niat dan keinginan duniawi, serta tidak munafik, tidak pengecut dan juga sama sekali tidak menunjukkan ketidak-itaatan, mereka itulah yang diridhoi Allah Swt. Yang kepada mereka Allah Taala mengatakan: ash-shaadiqin shidquhum, yakni berada di derajat maqom shidiqin disebabkan Shiddiqiyah, Kebenaran yang ada pada mereka.’ (The Will, p. 12) Beliau a.s. pun menulis: ‘Kebenaran itu akan muncul. Fajar baru Islam akan timbul kembali sebagaimana telah terjadi sebelumnya. Matahari Islam akan terang benderang lagi sebagaimana dulu. Akan tetapi hal tersebut tidak akan terjadi begitu saja
Hendaknya difahami, bahwa hal itu tak akan terjadi sebelum diri kita terbukti layak untuk disebut bekerja keras dengan ikhlas. Dengan mengorbankan darah kehidupan, kedamaian dan kenyamanan. [Serta bersedia] menerima kehinaan demi kemuliaan Islam. Kehidupan Baru agama Islam menuntut adanya pengorbanan besar dari diri kita. Dan apakah pengorbanan itu ? Ialah kehidupan kita, sebab: Dalam Pengorbanan itulah kini terletak Kehidupan Islam Kembali, Kehidupan bagi Kaum Muslimin, dan Perwujudan keberadaan Allah Taala di zaman sekarang ini.’ (‘Fath’i Islam’, hlm. 8) Jadi, inilah sesungguhnya kemenangan akhir kita, yang untuk itu kita perlu menunjukkan berbagai daya upaya.
Perhatian kita telah ditarik kepada kenyataan, bahwa untuk menyelamatkan keimanan kita, justru harus siap sedia dibakar api [prahara], sebagaimana yang mereka telah sulut di Pakistan saat ini; timbul lagi. Terutama pada 2 (dua) tahun terakhir ini, yang keadaannya semakin memburuk tiada tara. Tak pernah sebelumnya Jama’at kita ini mengorbankan jiwa raga sebesar itu. Akan tetapi berbagai pengorbanan itu menghasilkan kemenangan, yang Allah Taala sendiri telah memberitahukannya kepada kita mengenai kemenangan yang sudah menjelang.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menarik perhatian kita kepada keteguhan istiqamah para Sahabah Hadhrat Rasulullah Saw dalam menghadapi deraan berbagai pendzaliman demi mempertahankan keimanan mereka. Mereka tak bergeming dalam menghadapi berbagai macam derita siang maupun malam, bahkan mengorbankan jiwa raga, demi lillahi Taala. Jamaat hendaknya dapat sungguh-sungguh mengingat akan hal ini. Yakni, pada 2 (dua) tahun terakhir ini Jama’at telah memberikan begitu banyak pengorbanan jiwa raga.
Seorang Ahmadi menulis mengenai pensyahidan yang baru-baru ini terjadi di Karachi atas diri seorang Khaddim muda. Yakni, ketika ia bertakziah kepada keluarga syuhada tersebut, seorang wanita yang boleh jadi ibunda atau kakak perempuan almarhum mengatakan: ‘Sepatutnya kami ini mendapat ucapan [selamat] Mubarak atas keluarga kami yang telah mendapat kemuliaan sebagai keluarga syuhada.’ Begitulah, baik itu pensyahidan di Lahore, atau di Mandi Bahauddin. Atau di Karachi, ataupun di Ghatyalian. Semangat pengorbanan kaum Ahmadi senantiasa tampak nyata di mana-mana.
‘Wahai para musuh [Jamaat] Ahmadiyah, kalian tak akan dapat mengguncang keimanan kaum Ahmadi meskipun dengan lusinan pensyahidan di Lahore, Kalian tak akan mampu mengguncang keimanan kaum Ahmadi di Karachi. Insya Allah, kaum Ahmadi memahami, dan akan senantiasa memahami hal ini. Akan setiap saat bersedia memberikan berbagai pengorbanan demi untuk Kejayaan Islam Kembali, yang memang memerlukan adanya pengorbanan. Pada peristiwa pensyahidan yang baru-baru ini terjadi di Karachi, beberapa orang Ahmadi yang menjadi korban luka-luka, dalam kondisi kritis. Akan tetapi hal itu tidak berhasil mengguncang keimanan keluarga syuhada tersebut. Yakni, pihak musuh terus menerus menyulut api dan mengawasinya. Itulah yang disebut oleh ayatul Quran sebagai: ‘……ijzhum alaihaa qu’uudu, yakni, ‘…..lalu mereka pun duduk-duduk di sekitarnya.’
Contoh [tragis] ilustrasi ayat tersebut adalah: Ketika keluarga [syuhada] itu telah diserang dan dilarikan ke Rumah Sakit, kaum mullah atau komplotannya pun ‘datang ke RS itu untuk menyeru agar kaum Ahmadi jangan dilayani. Begitulah keadaan [akhlak buruk] mereka yang mengatasnamakan semua perbuatan mereka itu kepada insan kamil ‘rahmatan lil-alamin.’ Begitulah kedzaliman perbuatan mereka. Yakni, untuk menutupi aksi penyesatan mereka itu, mereka mengatas-namakannya kepada Hadhrat Rasulullah Saw. Sehingga, mereka pun mendapat azab Ilahi Rabbi, sebagaimana firman-Nya: ‘…..falahum adzabu Jahannam walahum adzabul hariiq, yakni, ‘…maka bagi mereka ada azab api Jahannam, dan bagi mereka azab yang membakar.’ Sedangkan bagi kaum mukminin, mereka bersuka-cita, disebabkan: yakni, ‘…..bagi mereka ada Kebun-kebun al-Jannah yang menyejukkan, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Di dunia ini, dalam prakiraan mereka pihak musuh menyulut api dan mendzalimi. Akan tetapi dengan kekuatan Ilahi, kaum mukminin merasakannya sebagai naaruquni bardan, api yang menjadi sejuk. Sebaliknya mereka sendiri mendapat azab api yang senantiasa berkobar membakar. Sebagian besar kaum Ahmadi memperlihatkan ketawaqalan mereka dalam menghadapi penderitaan ini, meskipun kadangkala ada juga yang menjadi cemas, yang seharusnya tidak demikian. Sebab, berbagai pengorbanan [serupa] itu telah diridhoi Allah Swt sejak 1.500 tahun yang lalu, ketika Al Quran Karim telah mewahyukannya. Jadi, hal ini bukanlah suatu kehormatan yang biasa-biasa saja.
Maka setiap orang Ahmadi, baik yang berada di Pakistan, atau di INDONESIA. Atau di pedalaman Hindustan, ataupun di suatu negara Arab; siapapun yang mengalami pendzaliman oleh pihak musuh, utamanya tiap orang Ahmadi Pakistan yang terus menerus didzalimi hanya dikarenakan syak-wasangka mereka – yang na’udzubillah – mengatakan bahwa kita tidak mempercayai Hadhrat Rasulullah Saw; atau menentang [kaidah[ Khatamun Nubuwwat, padahal kita ini terus menerus dihinakan via seorang insan pecinta dan hamba sejati Hadhrat Rasulullah Saw, sehingga ketawaqalan dan pengorbanan itu menjadikan kita sebagai pewaris Kebun-kebun ‘surga al-Jannah-Nya.
Baru beberapa hari yang lalu mereka menebar brosur yang dipenuhi kata-kata penghinaan yang disertai foto Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Mereka membagikan brosur tersebut dalam suatu aksi demo, sehingga orang-orangpun menghampiri mereka, yang menurut dugaan mereka seharusnya begitu. Akan tetapi, kedzaliman mereka itu justru mengundang azab api Jahannam.
oo0O0oo
MMA/LA/11012012