Wednesday, August 20, 2008

Pentingnya Masjid & Kwalitas Jamaahnya

Huzur menyampaikan Khutbah Jumah beliau dari Hamburg, Germany. [Huzur bersabda, biasanya manakala saya kunjungan kerja ke Germany langsung ke Frankfurt, tidak kemana-mana lagi. Namun, tahun ini mengapa saya berangkat satu minggu lebih awal dari jadwal Jalsah sehingga mulaqat dengan demikian banyak tamu Jalsah UK dari Pakistan harus dipercepat sehingga banyak yang tidak bisa bermulaqat, ialah dikarenakan permintaan Amir Sahib Jamaat Germany agar saya berkunjung juga ke Hamburg yang sudah lama tidak pernah dikunjungi. Hal ini sekaligus untuk meresmikan beberapa Masjid yang dibangun. Satu dari antaranya ialah Baitul-Karim sudah saya resmikan, dan satu lagi Baitus-Sami di Hannover yang akan saya resmikan dalam perjalanan pulang nanti setelah Jalsah.



Bulan Ramadhan tahun ini akan segera tiba, oleh karena itu berbagai kunjungan dan peresmian pun harus dipercepat. Setelah Jalsah tidak bisa lagi berlama-lama.
Dalam kaitan peresmian Masjid ini, saya akan menyampaikan beberapa perkara penting tentang Masjid. Pertama, tujuan sebuah Masjid didirikan ialah untuk menyembah Allah Yang Maha Tunggal. Keberadaan Masjid menjadi bagian penting dari kehidupan Jamaah. Oleh karena itu saya selalu berusaha untuk datang meresmikannya secara langsung. Selama kurun lima tahun terakhir ini Jamaat Germany sibuk berikhtiar dalam pembangunan berbagai masjid].

Huzur bersabda, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, dimanapun Jama’at perlu diperkenalkan [secara istimewa], di situlah sebuah masjid perlu didirikan. Karena masjid adalah sumber kegiatan Tarbiyyat dan juga Tabligh.

Huzur kemudian menerangkan sejarah ringkas pembangunan masjid-masjid [Jamaat] di [Hamburg] Germany. Dulu 'masjid' Baitur-Rashid yang merupakan bagian dari sebuah gedung, sudah cukup untuk menampung 1.200 orang jamaah. Namun kemarin ketika Salat Maghrib dan Isya, banyak yang harus salat di pelataran tempat-tempat terbuka meskipun sudah disediakan tenda. Oleh karena itulah untuk Salat Jumah ini Jamaat segera menyewa Gedung besar ini.

Dengan karunia Allah Taala, setiap kali kita melompat maju dengan membangun sebuah masjid, Allah Taala pun meningkatkan kebutuhan kita [berupa sebuah masjid yang lebih besar]. Membacakan ayat Alquran 7:30,

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُواْ وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ

yang artinya, “Katakanlah, Tuhanku memerintahkan kalian agar berlaku adil. Dan hadapkanlah wajah kalian dengan khusyu setiap kali pergi ke masjid. Mohonlah kepada-Nya agar kalian menjadi mukhlisin dalam beribadah. Sebagaimana Allah telah memelihara kalian, demikianlah hendaknya ketika kalian kembali kepada-Nya.”
Huzur bersabda, ayat ini menerangkan, untuk mensyukuri keberadaan sebuah Masjid, setiap ahli ibadah yang datang ke masjid, hendaknya adalah orang-orang yang jujur dan adil (bil-qisti), yang ingatannya khusyu sedemikian rupa hanya kepada menyembah Allah Swt. Mereka senantiasa ingat kepada kewajiban yang Allah Taala telah perintahkan untuk bersikap adil.
Kemudian Huzur membacakan ayat Alquran 4:59,
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُواْ بِالْعَدْلِ إِنَّ اللّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ سَمِيعاً بَصِيراً

yang artinya, “sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyerahkan amanat kepada ahlinya; dan manakala kamu menghakimi manusia, buatlah keputusan hukum yang adil. Sesungguhnya ada kebaikan di dalam apa yang Allah kehendaki atas diri kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.”
Ayat ini menerangkan, ciri khas orang mukminin adalah bersikap ad'l manakala ia melaksanakan kewajiban 'haququllahnya'. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, seseorang belum dapat dikatakan sebagai ibadullah sejati sebelum ia mampu mengembalikan atau siap mengembalikan segala apa yang dikaruniakan Allah Taala kepadanya. Contoh sikap semacam ini dapat kita saksikan dengan sempurna di dalam wujud Rasulullah Saw. Oleh karena itu kita pun hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk mengikuti jejak langkah beliau.
Bersikap 'menjaga amanah' sebagaimana perintah di dalam Alquran 4:59 dapat dilaksanakan dengan dua cara; Pertama, dengan melaksanakan haq-haq Allah dengan cara memanfaatkan segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, semata-mata untuk menarik keridhaan-Nya; dan Kedua, adalah dengan cara menjalankan praktek keadilan dan kejujuran di dalam kehidupan bermasyarakat.
Huzur bersabda, manakala kita berniat datang ke masjid, sertailah dengan doa semoga kita dapat melaksanakan kewajiban kita dengan sebaik-baiknya. Karena dengan cara itulah amal ibadah kita bisa disebut ikhlas ('mukhlisin').

Salah satu sifat Allah adalah Al Basir (Yang Maha Melihat). Dia mengetahui segala apa yang tersembunyi di dalam dada setiap manusia. Dia mengetahui segala niat yang ada di dalam hati kita ketika mengembalikan amanat-Nya, apakah memang sudah semata-mata hanya untuk menarik ridho Allah Swt. Begitupun ketika mempraktekkan sikap jujur dan adil.

Suatu kali ada seseorang yang bertanya kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s., apa yang diperbolehkan untuk membayangkan tentang Allah Swt ketika kita sedang mendirikan salat. Beliau menjawab, sederhana saja, sebagaimana yang Dia telah perintahkan: ...ud'uhu mukhlisina lahuddin..., ingatlah segala nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan kepadamu dengan ikhlas dan segenap hati dan pikiran. Dan contoh istimewa bagaimana cara mengerjakan Salat yang baik adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Maqom ter-afdhol yang beliau berhasil dapatkan tersebut dikarenakan pengkhidmatan beliau yang tiada tara kepada Allah Swt, sebagaimana dinyatakan di dalam Alquran 6:163,

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

yang artinya, 'Sesungguhnya Salat-ku, pengorbananku, kehidupanku, dan kematianku; semuanya adalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam’.
Huzur bersabda, bila seseorang berdaya upaya agar menjadi ibadullah sejati dengan mengambil contoh [Rasulullah Saw] yang berberkat, maka niscaya orang yang demikian itu akan benar-benar menjadi seorang ibadullah sejati, dan akan dapat menjalankan sikap adilnya di dalam kehidupan bermasyarakat. Ia pun memperoleh daya mensucikan diri yang terus meningkat. Alqur’an mencantumkan anjuran untuk mencapai maqom derajat keluhuran rohani ini di dalam 16:91,
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menerangkan tafsir ayat ini, bahwa kita haruslah berusaha menjalankan sikap jujur dan adil ini demi lillahi Taala; hanya Dia yang patut disembah; mencintai dan mengandalkan-Nya, serta tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain. Maka bila seorang mukmin sudah meyakini hanya Allah-lah Tuhan Yang Maha Esa dan bersikap adil demi lillahi Taala, maka ia pun dapat meningkat ke tingkat ihsan, yakni beramal shalih semata-mata hanya dikarenakan mencintai Allah; Setelah itu meningkat lagi ke derajat itai dhil qurba, yakni memperlakukan orang lain sebagaimana saudara kandungnya sendiri. Ialah, pengabdiannya kepada Allah sudah terbebas dari sesuatu pamrih apapun. Ingatannya setiap saat kepada Allah sudah demikian melekat laksana seorang anak kepada ibunya.

Peringkat pertama derajat kerohanian ini berupa bersimpati dan adil kepada sesama manusia. Kemudian berusaha untuk meningkatkannya lagi ke taraf [Ihsan], dimana keburukan yang diterimanya [justru memotivasinya untuk] menjadi penebar kebaikan; Mampu menelan segala kesulitan dan menggantinya dengan menampilkan kebahagiaan. Selanjutnya adalah 'memperlakukan orang lain sebagaimana saudara kandung sendiri' tanpa pamrih apapun. Inilah [itai dhil qurba] derajat akhlak paripurna, yakni melakukan amal kebaikan dengan ceria tanpa mengharapkan sesuatu balasan apapun.

Huzur bersabda, inilah tafsir ayat 16:91 yang Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah berikan kepada kita. Maka sebagai pengikutnya yang baik, kita berhasrat untuk menjalaninya. Memastikan diri tidak hanya pernyataan di bibir saja melainkan mempraktekkannya.

Sedangkan pada bagian kedua ayat tersebut disebutkan tiga jenis perbuatan buruk yang harus dihindari oleh para ibadullah sejati karena akan menjauhkan mereka dari beribadat kepada Allah dengan benar.
Jadi, ayat Alquran ini memerintahkan manusia untuk meningkatkan taraf derajat kerohaniannya agar menarik ridho Ilahi, juga sekaligus anjuran ber-Jihad untuk melawan keburukan. Salah satunya adalah menghindari 'kemudharatan' (fahsya)’. Fahsya (kemudharatan) adalah perbuatan buruk yang hanya diketahui oleh diri si pelaku sendiri. [Orang lain tak mengetahuinya].

Seorang mukmin yang ingin menjadi seorang ibadullah sejati, pertama-tama ia harus berusaha menghilangkan satu perbuatan buruk agar ia dapat berlaku lurus dan adil terhadap dirinya sendiri. Sebelum melakukannya terhadap orang lain, baiklah ia memeriksa terhadap dirinya sendiri terlebih dahulu.
Setelah itu, jauhilah perbuatan 'munkar', yakni amal buruk yang nyata berdampak kepada orang lain. Karena, pada awalnya sesuatu perbuatan buruk boleh jadi tidak berpengaruh apa-apa, akan tetapi lama-lama akan menjadi suatu kebiasaan buruk. Misalnya, suka berkata-kata yang melecehkan orang lain.
Huzur bersabda, orang yang ingin beribadah dengan benar haruslah menghindari perbuatan buruk ini. Dan jenis keburukan yang ketiga adalah 'bagh'yi', yakni sikap memberontak. Mengganggu kehidupan damai masyarakat dan merampas hak orang lain.

Mengingat pentingnya hal ini, hendaknya setiap diri kita memeriksa diri; segeralah mensucikan diri. Jika tidak berusaha untuk itu, boleh jadi akan menjauhkan seseorang dari Jamaah, jauh dari keitaatan kepada Khilafat, dan akhirnya akan merusak peribadatannya kepada Allah. Orang yang suka memberontak tidak dapat bersikap adil. Ia selalu dikuasai oleh sikap egoismenya. Tidak akan bisa bersikap rendah hati. Dan orang yang tidak memiliki sikap rendah hati tidak akan bisa beribadah kepada Allah dengan benar.
Huzur bersabda, jika benar-benar ingin memperoleh manfaat dan berkah dari keberadaan sebuah masjid, yakni jamaahnya menjadi para ibadullah sejati, jauhilah segala perbuatan buruk tersebut. Sebaliknya, tingkatkanlah derajat akhlakmu.

Huzur mendoakan, semoga Allah memudahkan tiap diri kita untuk menjadi ibadullah sejati, memenuhi hak segala makhluk, senantiasa mampu mensucikan diri, lekat beribadah kepada Allah, dan memohon agar Dia berkenan untuk menerima persembahan amal ibadah kita.

o o O o o
Please note: Department of Tarbiyyat Majlis Ansarullah USA and Jamaat BaKul takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message.
transltByMMA/LA081708