Wednesday, November 26, 2008

Sifat Al-Wahab (II) Allah Swt & Barkat Khilafat

Huzur menerangkan suatu doa yang tercantum di dalam Alquran yang juga merujuk kepada sifat Al Wahab Allah Swt di dalam Khutbah Jumah beliau hari ini.
Doa khas di dalam Surah Al Imran, ayat 9 (3:9) itu adalah,
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
yang terjemahannya sebagai berikut; “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bengkokkan hati kami sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami. Dan berilah kami rahmat dari sisi Engkau; sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”


Huzur bersabda, permohonan doa khas ini dipanjatkan kepada Allah Swt dengan menyebutkan salah satu Asma-Nya, ialah Al Wahab.
Menerangkan lebih lanjut keindahan doa ini, Huzur mengungkapkan penekanan pembacaannya sebagai berikut; 'Ya Tuhan kami, berkat rahmat dan hidayah-Mu, Engkau telah memudahkan kami untuk menerima seorang abdi sejati Rasulullah Saw yang telah Engkau bangkitkan dari kalangan kaum Akhirin beliau Saw juga.

Ya Allah nubuatan dari seorang wujud yang paling Engkau kasihi (Saw) – yang tak lain adalah berdasarkan khabar gaib dari Engkau juga – telah menjadi sempurna dan mencerahi kami dalam mengenali keberlangsungan Nizam Khilafat yang Engkau tegakkan sepeninggal Hadhrat Imam Mahdi a.s.
Ya Allah, Engkau telah berkenan mengaitkan kami dengan Nizam yang berberkat ini, oleh karena itu janganlah luputkan kami daripadanya dikarenakan berbagai kelemahan kami.

Manusia banyak membuat kesalahan, oleh karena itu kami memohon kepada Engkau, Ya Allah janganlah biarkan qalbu kami satu kali pun menjadi bengkok, ataupun melakukan sesuatu yang Engkau tidak ridhoi. Bahkan, bukan saja teguhkanlah kami di jalan petunjuk-Mu, namun juga lindungilah kami dengan Rahimiyat Engkau, jauhkanlah kami dari segala keburukan, dan senantiasa tingkatkanlah ketaqwaan dan keimanan kami.

Huzur bersabda, hendaknya setiap orang Ahmadi dawam membaca doa ini. Karena khasiat doa ini akan menyadarkan kepada segala kelemahan kita. Akan melindungi kedisiplinan Salat kita, yang pada gilirannya, Salat kita pun akan melindungi diri kita.

Sebagaimana dimaksudkan oleh doa ini, semoga tak pernah sedikitpun terbesit di dalam qalbu kita, berprasangka buruk terhadap Jama’at. Keistiqamahan kita hendaknya teguh sedemikian rupa, yakni kalaupun sampai terjadi sesuatu kelemahan manusiawi [kita menjadi teruji], hendaknya tidak menggoyahkan keimanan dan tidak pula menjadi berpikiran negatif terhadap Nizam Jama’at maupun Khilafat.
Huzur bersabda, Alqur’an penuh dengan berbagai contoh nasib kaum para nabiyullah terdahulu yang gegabah berpendapat: Sekali beriman tidak perlu lagi adanya petunjuk hidayah, yang dimaksudkan kepada kaum Yahudi dan kaum Kristen. Mereka senantiasa berpraduga negatif yang membuat mereka menjadi merasa tinggi hati terhadap aqidah yang ada pada diri mereka, dan menyepelekan pihak lain. Hati mereka menjadi keras.

[..Innaladzina amanu wa amilush-shalihati yahdihim robbuhum bi imanihim, yakni sesungguhnya bagi mereka yang beriman dan beramal shalih, maka atas mereka pun akan ada petunjuk hidayah dari Allah agar tetap berada di jalan keimanan...

Dan untuk memelihara jalan lurus keimanan ini, Allah Taala mengajarkan kaum Muslimin doa robbana laa tudziqulubana..., agar jangan sekali-kali berbengkok hati].
Namun, sedemikian rupanya mereka bersikap arogan sehingga mereka pun akhirnya dicap sebagai golongan yang 'maghdub', yakni yang dimurkai Allah (Yahudi), dan golongan yang 'dholin', yakni, mereka yang telah menjadi sesat (Kristen), sebagaimana tercantum di dalam Surah Al Fatihah.
Jadi, Huzur bersabda, inilah hikmah diwajibkannya membaca Surah Al Fatihah di dalam setiap rakaat Salat, ialah untuk menekankan betapa pentingnya untuk mengambil pelajaran dari mereka, dan juga agar kita senantiasa mencari rahmat dan kasih sayang Allah Swt. Berdoa agar qalbu kita tidak menjadi bengkok. Tidak menjadi seperti kaum Yahudi yang mengkorup hubungan mereka dengan Allah (haququllah). Jika tidak, sangat boleh jadi apa yang telah menimpa pada dua kaum terdahulu tersebut, juga terjadi pada kita [kaum Muslimin] sekarang ini.

Huzur bersabda, sangat disayangkan, sekarang ini, mayoritas mereka yang menyebut dirinya kaum Muslimin tengah melangkah jauh dari jalan Allah. Ini disebabkan oleh pikiran negatif mereka sendiri [khususnya terhadap Hadhrat Imam Mahdi a.s.] dan juga dkarenakan kefanatikan terhadap aqidah yang ada pada diri mereka.

Kaum Ahmadi adalah orang-orang yang beruntung telah menerima kebenaran Hadhrat Masih Mau'ud a.s., [yang telah mengajari kembali doa-doa di awal Baiat dan mengajari hikmah doa Surah Al Fatihah, ihdina shiratal mustaqim shiratal ladziina an'amta alayhim ghairil maghdubi'alaihim wa laddholliin...; Tersebut di dalam Ahadith, yang dimaksud dengan kaum yang maghdub tersebut adalah kaum Yahudi yang telah menjadi keras hati; menistakan dan menganiaya Al Masih, bahkan hingga nyaris menewaskan beliau. Sehingga beliau a.s. pun mengutuk kaum tersebut.

Sedangkan 'dholin' merujuk kepada kaum Kristen, yang telah tersesat dari jalan keimanan yang lurus; karena menganggap Al Masih sebagai Anak Allah; mengadopsi kepercayaan trinitas, dan menempatkan Al Masih sebagai wujud tunggal untuk keselamatan, yang hingga kini masih tinggal di langit.

Jadi, doa Al Fatihah ini untuk menghindari kaum Muslimin agar jangan sampai bernasib seperti mereka yang telah menjadi 'maghdub' (dimurkai Allah) dan juga bukan mereka yang telah 'dholin', yakni menjadi sesat.
Semoga Allah senantiasa melindungi kita untuk tetap berada di dalam 'shiratal-mustaqim'-Nya. Untuk itulah Allah Swt memerintahkan agar selalu banyak membaca doa supaya qalbu kita jangan sampai menjadi bengkok sedikitpun. Jangan sampai bernasib seperti mereka yang dicap telah menjadi 'maghdub' (dimurkai), ataupun 'dholin' (sesat).

Setiap Ahmadi hendaknya senantiasa ingat akan hal ini. Demikian pun pihak lainnya, sehingga konsep Ummatan Wahidah dapat terwujud sebagaimana mestinya; yakni setiap orang Muslim dapat menerima kebenaran Al-Masih Muhammad Rasulullah Saw; sehingga seluruh ummat Islam benar-benar memahami hakekat manfaat doa yang khas ini.

Huzur bersabda, terdapat di dalam Hadith shahih, Rasulullah Saw pun sering membaca doa ini. Beliau bersabda, qalbu manusia laksana berada di antara dua jari Allah Swt. Yakni, Dia berkenan untuk memberi petunjuk hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan juga membiarkan sesat kepada siapa yang Dia kehendaki.
Huzur mengingatkan, hal ini sama sekali tidak berarti qalbu beliau Saw pun – na'udzubillah mindzalik – bisa bengkok. Tidak begitu, melainkan, qalbu Rasulullah Saw senantiasa dipenuhi dengan dzikir Ilahi. Oleh karena itulah Allah Taala memerintahkan beliau Saw untuk menyatakan: ‘…fatta bi'uni, yuhbibkumullah, wayaghfirlakum dzunubakum, yakni, ...ikutilah aku, maka Allah pun akan mencintaimu; dan akan mengampuni segala dosamu.…’ (3:32).

Sesungguhnya, mengikuti jejak langkah Rasulullah Saw adalah najjat, keselamatan. Beliau bersabda, meskipun mata fisik beliau tertidur, namun mata hati dan pikiran beliau senantiasa berdzikir Ilahi. Oleh karena itu, Rasulullah Saw bersabda, doa ini dan doa-doa lain yang semacamnya adalah untuk menunjukkan adanya suatu contoh konsep yang afdhol bagi kita semua.

Konsep model yang khas tersebut adalah untuk diikuti oleh seluruh ummah beliau, sehingga manakala Al Masih Muhammadi datang di akhir zaman, mereka pun akan menerimanya.
Seandainya kaum Muslimin seumumnya dapat memahami hal ini. Karena tak ada suatu tragedy yang lebih nestapa selain kehilangan jalan lurus justru setelah menerima kebenaran. Kaum Muslimin hendaknya merenungkan dan menyadari hal ini. Karena keadaan dan perilaku mereka kini menunjukkan bahwa mereka tengah mendapat maghdub, yakni murka Allah Swt. Semoga Allah mengampuni mereka.
Adalah semata-mata rahmat Allah, Dia mengabulkan doa-doa Hadrat Ibrahim, Hadhrat Ismail a.s. dan Rasulullah Saw, sehingga Imam Mahdi pun datang. Namun sungguh malang, kaum Muslimin pada umumnya tidak menerima beliau karena mereka berpendapat tidak memerlukan sesuatu petunjuk (mahdi).
Sedemikian kerasnya pendapat kaum mullah tersebut agar jangan sampai umat mereka menerima kebenaran pendakwaan Imam Mahdi a.s., yang pada faktanya hanyalah dikarenakan mereka khawatir sumber penghasilan mereka akan menjadi tertutup. Hanya dalih saja mereka mengatakan setelah Muhammad Rasulullah Saw tak akan ada lagi seorang nabi atau pun rasul yang akan datang karena bertentangan dengan 'khataman-nabiyin'.
Mereka pun mengatakan, kita sudah memiliki Alqur’an oleh karena itu tidak memerlukan Al Masih maupun Al Mahdi. Namun anehnya mereka tidak memungkiri perlunya keberadaan Khilafat.
Kaum yang telah menjadi jahiliyah itu tak sadar bahwa tanpa adanya Imam Mahdi a.s. tak akan mungkin ada Khilafat.
Padahal, dibangkitkannya Imam Mahdi dari kalangan ummah Rasulullah Saw sendiri justru menunjukkan bukti bahwa Muhammad Rasulullah Saw adalah 'Khataman-Nabiyyin' yang sejati.

[Huzur bersabda, hal ini tiada lain menunjukkan bahwa mereka kaum Mullah tidak memahami Alquran]. Sebab, rahasia ilmu dan tafsir Alqur’an Karim yang mendalam hanya akan dibukakan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, yang untuk Zaman Akhir sekarang ini, adalah Imam Mahdi a.s., yang bertugas membukakan mutiara-mutiara rahasia Alquran Karim bagi kita sekalian.

[Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, untuk mencapai taraf maksum tersebut seorang hamba Allah yang sejati, pertama-tama hendaknya mensucikan qalbu dan membuang segala kekotoran hati]. Perkara ini sesuai dengan firman-Nya,
لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
yakni, Kitab Suci yang berasal dari Allah Swt ini hanya akan dibukakan rahasia ilmunya hanya kepada hamba-Nya yang disucikan]. Huzur bersabda, untuk zaman sekarang ini, Allah Swt telah mensucikan Hadhrat Imam Mahdi a.s. dengan tangan-Nya sendiri, kemudian mengaruniai beliau dengan berbagai khazanah rahasia ilmu Alquran.

[Oleh karena mereka kaum mullah menentang kebenaran risalah Hadhrat Masih Mau'ud a.s., maka doa apapun yang mereka panjatkan tidaklah akan menjadi makbul sebelum mereka beriman kepada Imam Mahdi a.s. yang sejati. Jika tidak, hati mereka pun akan tetap korup dan bengkok. Sebagaimana dunia kini semakin serba materialistis, maka diperlukan lebih banyak lagi untuk memanjatkan doa ini, sehingga kita pun tidak akan pernah menafi'kan karunia rahmat Ilahi ini, serta senantiasa ber-istiqamah menghadapi segala cobaan.

Membacakan ikhtisar beberapa tulisan Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Huzur mengingatkan bahwa Allah Taala berkenan memberikan rahimiyat-Nya hanya kepada kaum mukminin sejati, yakni wa kana bilmuminina rahima. Rahimiyat-Nya hanya dianugerahkan kepada mukminin sejati].
Innal rahmatan karibun minal muhsinin, karunia rahimiyat-Nya sangat dekat kepada mereka yang muhsinin....
Sabda Rasulullah Saw, Muhsinin adalah mereka yang melakukan segala amal perbuatannya dengan kesadaran bahwa Allah Taala mengawasi mereka.
Dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, Muhsinin adalah mereka yang telah berhasil menjauhkan unsur kepentingan pribadi mereka dari amal shalih yang mereka lakukan. Huzur mendoakan semoga Allah memudahkan kita untuk memelihara amal ibadah kita, memohon kepada-Nya dan membebaskan diri dari sifat egoisme; serta dijauhkan dari kebengkokan hati, sehingga kita pun mampu mensyukuri berbagai karunia yang Allah telah berikan, dan anak keturunan kita pun dikaruniai rahmat dan berkat yang sama.
Selanjutnya Huzur mengumumkan bahwa beliau akan berangkat ke Qadian untuk menghadiri Jalsa Salanah, untuk itu seluruh Jamaat agar mendoakan, semoga Allah memberkati muhibah ini dengan berbagai keberhasilan, dan juga menjaga keselamatan setiap orang Ahmadi.

Banyak juga orang-orang dari seluruh dunia yang akan datang ke Qadian. Pemerintah India telah memberikan kerja sama yang baik dengan cara memudahkan pemberian visa meskipun menghadapi berbagai masalah di dalam negeri.

Semoga Allah Taala tetap memberi ganjaran pahala kepada mereka yang telah berniat akan ikut ber-Jalsah di Qadian akan tetapi terhalang oleh rintangan tertentu. Mereka yang jadi berangkat maupun yang tidak, hendaknya sama-sama berdoa, semoga Allah Swt senantiasa melindungi mereka dari segala rintangan dan kelemahan. Dan semoga pula Allah Taala menjaga keselamatan seluruh mukimin Qadian Darus-Salam.
Huzur bersabda, India adalah sebuah negara yang sangat luas. Banyak kaum Ahmadi dari berbagai Jamaat penjuru negeri tersebut yang tidak mampu bepergian ke Qadian. Oleh karena itu mereka sangat mengharapkan Huzur berkenan datang ke daerah-daerah mereka. Maka Huzur pun akan mengunjungi beberapa kota setelah Jalsah. Semoga Allah Swt memberikan berbagai keberhasilan kepada perjalanan kerja ini sekaligus membawa keberkatan yang tak terbilang, dan membungkam para penentang. Semoga Allah Taala menutupi segala kelemahan kita dan tak akan pernah menyia-nyiakan kita dari rahma-Nya.
Kemudian Huzur mengumumkan akan mengimami Salat jenazah ghaib bada Salat Jumat untuk almarhum Bashir Ahmad Mahar sahib, seorang Darwis Qadian yang meninggal minggu lalu tanggal 13 November. Almarhum adalah termasuk kaum Darwis Awalin yang meskipun mendapat tawaran untuk meninggalkan Qadian, pindah ke Pakistan untuk mengurus tanah warisan, namun beliau memilih untuk tetap menjadi Darwis di Qadian. Almarhum berkepribadian sederhana dan sangat memuliakan Khilafat.

Jenazah kedua adalah Muhammad Ghazanfar Chatta sahib dari Boraywala, Pakistan yang adalah Auditor Maal Jamaat. Pada tanggal 18 November yang lalu, dua orang pengendara motor tak dikenal tiba-tiba menyerang dan mencoba merampas tas yang beliau bawa. Karena beliau berusaha mempertahankannya, mereka pun menembak almarhum hingga akhirnya meninggal dunia. Huzur menengarai kesyahidan beliau terkait demi mempertahankan hak milik Jama’at karena tas yang dirampas mereka tersebut berisi berbagai berkas Jama’at, yang boleh jadi plus uangnya.

Semoga Allah Taala mengampuni almarhum dan mengangkat derajatnya di Surga. Amin !

o o O o o
Please note: Department of Tarbiyyat Majlis Ansarullah USA and Jamaat BaKul takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message.
transltByMMA/LA112408