Monday, June 9, 2014

Syiar-luaskan Ajaran Haqiqi Hadhrat Rasulullah saw

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘Ketika saya ‘datang [di Masjid Baitul Futuh ini] untuk melaksanakan Salat Jumah pada minggu lalu, saya melihat banyak wartawan [reporter] yang berkerumun. Ketika saya bertanya, tuan Amir [Nasional] mengatakan, bahwa mereka ‘datang untuk mengamati reaksi kaum Ahmadi terkait dengan reaksi kaum Muslimin terhadap film buatan USA yang melukai hati itu.
Maka saya ‘katakan, bahwa: "Khutbah yang akan saya sampaikan ini bertajuk sama [dengan harapan mereka], yakni mengenai reaksi yang sepatutnya diperlihatkan". Jadi, ini merupakan rencana Allah Taala, yang menarik perhatian sedemikian banyak wartawan, dan juga menggerakkan qalbu saya untuk membahas perkara ini. Padahal, sebelumnya sudah direncanakan saya akan menyampaikan suatu topic Khutbah yang lain, tetapi kemudian berubah menjadi masalah ini, hanya sehari sebelumnya. Sehingga, apa yang terjadi kemudian, adalah semata-mata karunia Allah Taala. Meskipun pembahasan yang dapat disampaikan sangat terbatas sesuai dengan waktu yang tersedia, tetapi pesan utamanya telah diterima luas oleh pihak lain, selain dari dunia [Jamaah] Ahmadiyah.

Kemudian, ba’da Salat Jumah lalu itu, ketika saya meninggalkan tempat, tuan Amir [Nasional] berkata kepada saya, bahwa para wartawan tersebut sangat berharap dapat mengajukan beberapa pertanyaan. Saya menjawab: ‘Saya telah menyampaikan segala hal yang ingin saya sampaikan di dalam Khutbah tadi. Dan saya pun mengamati, bahwa para insan media tersebut ikut memirsa dan mendengarkannya melalui terjemahan bahasa yang tersedia. Mereka pun membuat foto-fotonya'.
Akan tetapi dikarenakan mereka sudah duduk menunggu saya, maka bolehlah saya ‘datang dan berbicara dengan mereka dengan kerangka pemikiran: Mempertahankan Kemuliaan Derajat Hadhrat Rasulullah Saw. Dan sekiranya pesan ajaran Islam yang haqiqi dapat disampaikan dengan lebih afdhal, tentulah jumpa pers ini jaiz.
Di antara perwakilan media yang hadir itu, ada wartawan surat kabar, dan juga wartawan TV-BBC ‘Berita Malam’ [‘Newsnight’], serta Seksi BBC lainnya. Hadir pula TV Nasional New Zealand, dan TV-Perancis. Wartawan TV-New Zealand [yang kebetulan berada di sebelah kanan saya] mendapat giliran pertama untuk mengajukan pertanyaan, yakni: ‘Pesan apakah yang ingin tuan sampaikan ?’
Saya menjawab: ‘’Saya sudah sampaikan semuanya di dalam Khutbah Jumah tadi, yang tuan-tuan pun sudah mendengarkannya melalui saluran terjemahan bahasa yang tersedia".
Telah dibahas di dalamnya mengenai kemuliaan derajat ushwatun hasanah Hadhrat Rasulullah Saw yang patut ditiru oleh setiap orang Muslim. Reaksi keras kaum Muslimin [terhadap film dlsb] itu dapat dimaklumi, meskipun di berbagai tempat, diperlihatkan dengan keliru. Kemuliaan derajat Hadhrat Rasulullah Saw yang ada di dalam qalbu tak dapat difahami oleh orang duniawi. Oleh karena itulah mengapa sebabnya mereka pun tak dapat memahami betapa dalamnya luka hati yang diakibatkannya.
Wartawan TV- New Zealand ini menekankan dan mengulang-ulang pertanyaannya, yakni: ‘Tuan telah berbicara dengan keras di dalam Khutbah tadi, bahwa para pelaku keburukan semacam itu niscaya akan masuk ke dalam neraka Jahannam.’
Saya menjawab: ‘Orang-orang yang berbuat demikian terhadap para kekasih Allah, dan terus menerus memperolok dan melecehkannya, maka keputusan dan azab Allah Taala niscaya ‘datang menimpa mereka.’
Wartawan tersebut terdiam, dan tampak ketakutan. Tetapi ternyata kemudian laporan liputannya itu disiar-luaskan di TV New Zealand; dan hal tersebut terjadi untuk yang pertama kalinya, bahwa berita tentang Jama’at dipancarluaskan oleh stasiun TV tersebut. Sehingga Jama’at setempat pun sangat senang atas adanya pengenalan [terhadap Islam Ahmadiyah] itu.
Bahkan kutipan perkataan penterjemah Khutbah dalam Bahasa Inggris, bahwa ‘’para pelaku keburukan semacam itu niscaya akan masuk ke dalam neraka Jahannam’’ pun mereka siarkan; yang bila disampaikan secara terpisah dan diluar konteks permasalahannya, kalimat tersebut tentulah akan berdampak negatif.
Begitulah, tak seperti wartawan non-Muslim lainnya, reporter [TV Nasional New Zealand] ini berlaku adil, yakni perkataan saya yang saya ucapkan pada waktu interview itu, bahwa ‘Kami tidak menyetujui berbagai aksi protes dengan kekerasan, dan tuan-tuan tidak akan pernah menyaksikan orang Ahmadi Muslim terlibat di dalam aksi kekacauan’’, juga disiarkannya.
Ditambahkan pula di dalam laporan liputan mereka tersebut, bahwa kaum Ahmadi adalah minoritas jamaah Muslim yang dianiaya oleh sesama kaum Muslimin lainnya. Sekiranya ucapan Khalifah mereka ini – di samping terhadap kaum Ahmadi – juga dapat terlihat dampak positifnya pada kaum Muslimin lain’, sambil menyisipkan tayangan protes berbagai aksi kekerasan dan kaum maulwi yang berteriak-teriak di dalamnya.
Walhasil, melalui laporan berita liputan tersebut, pesan ajaran Islam yang haqiqi telah menyebar-luas di New Zealand dan juga berbagai Negara lainnya, melalui versi website mereka. Sehingga bila pun kita sengaja melakukan hal tersebut tentulah skala pesan yang dapat disampaikan tak akan sebesar itu. Maka kini, Jamaat New Zealand hendaknya berusaha untuk menyampaikan pesan ini dengan lebih luas lagi. Yakni, berbagai pesan semacam ini hendaknya diperdengarkan di berbagai ‘negara lain di sekitar New Zealand. Berusahalah dan rencanakanlah berbagai acara yang luas untuk memperkenalkan riwayat hidup Hadhrat Rasulullah Saw yang berberkat.
Sedangkan wartawan [Seksi Acara] ‘Newsnight’ TV-BBC menyampaikan: ‘Aku sudah melihat film [buruk, via Youtube] tersebut, dan menyimpulkan ‘tak ada hal di dalamnya yang perlu mendapat reaksi keras. Sedangkan Khutbah Jumah tuan demikian rinci membahasnya, yang pada beberapa bagian perkataan keras telah digunakan terhadap [muatan] film tersebut yang sebetulnya humor.’
Begitulah keadaan akhlak mereka. Maka saya pun berkata kepadanya: ‘Saya tidak tahu bagaimana cara memandang dan standar acuan tuan terhadap film [buruk] tersebut. Akan tetapi yang jelas, kecintaan mendalam yang dimiliki oleh kaum Muslimin terhadap Hadhrat Rasulullah Saw tak dapat difahami oleh diri tuan. Saya memang tidak menonton film [buruk] tersebut. Akan tetapi satu atau dua hal di dalamnya oleh seseorang yang sudah menonton dan menyampaikannya kepada saya, sungguh tak tertahankan. Maka saya pun tak akan sanggup untuk menonton film [buruk, via Youtube] tersebut. Sebab, hanya mendengarkan penuturannya saja, darah ini sudah mendidih.
Sekarang begini: Jika seandainya ada orang yang melontarkan kata-kata penghinaan dan tidak senonoh kepada ayah tuan, apa reaksi yang akan tuan berikan ?!’ Sedangkan saya sudah menyampaikan, bahwa kemuliaan derajat Hadhrat Rasulullah Saw di mata kaum Muslimin adalah jauh lebih tinggi dari itu !’
Ketika wartawan tersebut menyampaikan lagi aspek film [buruk] itu, maka saya pun mengingatkannya kembali: ‘Seandainya ada orang yang melontarkan kata-kata penghinaan dan tidak senonoh kepada ayah tuan, apa reaksi yang akan tuan berikan ?!’
Maka ia pun terdiam. Kemudian, meskipun liputan ‘Newsnight’ [di TV-BBC] itu tidak melaporkan aspek ini, tetapi perkataan saya: ‘Seandainya ada orang yang melontarkan kata-kata penghinaan dan tidak senonoh kepada ayah tuan, apa reaksi yang akan tuan berikan ?!’, dapat difahami, disiarkan dan dikomentari oleh media lain.
Sedangkan sebuah surat kabar berbahasa Inggris [yang beredar di kalangan] kaum Pakistani menyampaikan dengan sangat baik pandangan Jamaat Ahmadiyah [terhadap peristiwa kehebohan tersebut] yang merujuk kepada Khutbah Jumah saya dan jumpa persnya.
Masih terkait dengan kalimat pernyataan saya [‘Seandainya ada orang yang melontarkan kata-kata penghinaan dan tidak senonoh kepada ayah tuan, apa reaksi yang akan tuan berikan ?!’\ yang sangat mereka maklumi itu, berbagai komentator online –websites] pun mengatakan: ‘Mirza Masroor Ahmad tidak mengatakan sesuatu hal yang tak wajar, yang semua orang normal akan mengatakan hal seperti itu.’
Sedangkan seorang Ahmadi menulis kepada saya: ‘Aku sudah membaca dan mendengar semua berita dan komentar tentang perkara ini, tetapi tidak ada seorang pun, selain Hadhrat Khalifatul Masih yang menyerukan kiat untuk memperbanyak shalawat kepada Hadhrat Rasulullah Saw.’
Ada pula beberapa laporan liputan yang mengatakan, bahwa: ‘Suatu kaum yang mereka sebut sebagai non-Muslim justru menunjukkan reaksi yang benar.’
Walhasil, ajaran Islam yang haqiqi telah dapat dipublikasikan dengan sangat baik kepada dunia. Kepada Dunia Islam, dan juga kepada bagian dunia lainnya; mengenai pesan kiat reaksi Islam yang benar. Dan adalah semata-mata karunia Allah Taala, bahwa perkara ini diterima dan diliput luas sebagaimana mestinya; yang seandainya kita sengaja hendak melakukannya, tentulah kita tak dapat mengelolanya dengan skala yang sedemikian luas sebagaimana yang telah terjadi ini. Maka sekarang, pesan ini perlu ditindak-lanjuti lebih jauh. Yakni, cakupan [informasi mengenai Islam Ahmadiyah] hendaknya mudah didapatkan dalam skala yang sama.
Ini adalah tugas setiap setiap Jama’at Lokal dan setiap orang Ahmadi. Yakni, instruksi kiat [modus operandi[-nya, saya telah memerintahkan [kepada seluruh Jamaat] untuk mempublikasikan Khutbah Jumah [21 September 2012] itu. Adapun perintah dan kiat ini boleh jadi memerlukan beberapa waktu baru akan sampai ke seluruh Jama’at. Akan tetapi segenap orang Ahmadi yang mendengarkan [Khutbah Jumah] saya ini, laksanakanlah peluang ini sesuai dengan karunia yang Allah Taala telah berikan.
Pertama, sebagaimana telah saya sampaikan pada Khutbah Jumah minggu lalu itu: Tunjukkanlah keindahan ajaran Islam kepada dunia melalui praktek kehidupanmu. Adapun [perintah] yang terkait dengan Pengurus Pusat dan seluruh Jama’atnya, ialah: Segeralah terjemahkan Khutbah Jumah saya itu ke dalam bahasa ‘lokal masing-masing. Publikasikanlah secara luas, dan sampaikan kepada media pers. Sampaikanlah pandangan Islam yang haqiqi ini kepada kaum intelektual. Katakan pula pada mereka yang berminat mengenai berbagai aspek keindahan riwayat hidup Hadhrat Rasulullah Saw yang berberkat ini berdasarkan fakta dan sejarahnya yang tertulis. Atau, berikan saja Buku-buku mengenai hal itu. Berikan pula adres Website [www.alislam.org’] yang sudah dilengkapi dengan keperluan semua buku terkait mengenai hal itu via online.
Sebagaimana telah saya ‘katakan, saya telah memberi beberapa perintah dan saran agar menyiar-luaskan kepada dunia mengenai Khutbah Jumah itu dan juga Acara Tanya Jawab [dalam Jumpa Pers] setelahnya agar dimanfaatkan sepenuhnya dalam rangka mempertahankan kemuliaan berbagai aspek riwayat hidup Hadhrat Rasulullah Saw. Berbagai buku Riwayat Hidup Hadhrat Rasulullah Saw yang berberkat, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris hendaknya dihadiahkan kepada seluruh Perpustakaan Lokal di seluruh ‘negara yang berbahasa Inggris.
Malah sebagai tambahannya, bila suatu kaum tertentu perlu diberi buku tersebut secara cuma-cuma, hal itu dapat dilakukan. Khususnya lagi untuk Buku-buku yang – sebagaimana telah saya ‘katakan – sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, sebar-luaskanlah sebanyaknya. Contohnya adalah buku karya Hadhrat Khalifatul Masih Tsani (II) r.a. ‘Life of Muhammad’ (‘Pengantar Mempelajari Al Quran Jilid II’ atau ‘Sejarah Kehidupan Hadhrat Rasulullah Saw’) versi Bahasa Inggris. Juga buku karya Hadhrat Mirza Bashir Ahmad r.a. (al-Qamarul-Anbiya) ‘The Life and Character of The Seal of The Prophets’, (atau ‘Sirat Khatamun-Nabiyyin;) yang telah diterjemahkan sebagian ke dalam Bahasa Inggris, segeralah terjemahkan sisanya dan cepatlah terbitkan oleh Bagian Isyaat.
Sebagaimana telah saya ‘katakan, buku karya Hadhrat Khalifatul Masih Tsani (II) r.a. yang berjudul ‘Life of Muhammad’ itu adalah ringkasan lengkap yang mencakup semua aspek kehidupan beliau Saw yang berberkat. Sebetulnya, buku ini merupakan bagian dari ‘Pengantar Mempelajari Al Quran’ (atau ‘Dibacha Tafsirul Qur’an’) yang menguraikan sejarah dan biografi Hadhrat Rasulullah Saw. Bacalah dengan seksama mengenai setiap aspek kehidupan beliau Saw ini. Terbitkanlah buku ini dengan sebanyak-banyaknya. Vakilul Isha’at wa Tasnif hendaknya melaporkan sudah diterjemahkan ke dalam berapa bahasa-kah buku ini ? Jika ‘stock’ di dalam bahasa tertentu tidak ada, segeralah terbitkan. Saya ‘pikir, terjemahan dalam Bahasa German sudah ada, Begitupun dalam Bahasa Perancis.
Pendek kata, hendaklah laporkan mengenai hal ini. Sebab, kita ini tengah menyajikan keindahan berbagai aspek riwayat hidup Hadhrat Rasulullah Saw yang berberkat, kepada dunia. Ini adalah tugas kita yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Sekarang ini hanya Jamaat Ahmadiyah yang dapat melaksanakan tugas ini dengan penuh kecintaan; yang untuk itu berbagai upaya lainnya perlu dilakukan, seperti: Seminar ataupun ‘Jalsah Siratun Nabi Saw’ dengan mengundang masyarakat banyak. Dan juga sebagaimana telah saya ‘katakan, Khutbah Jumah saya [tanggal 21 September 2012] itu segera terjemahkan ke dalam setiap bahasa; dan terbitkanlah dalam bentuk pamflet kecil, lalu disebar-luaskan sebagaimana program ‘Muslim for Peace’ [dan semacamnya] telah dilaksanakan. Lakukanlah hal ini segera dalam tempo 7 hingga 10 hari.
Di beberapa ‘negara besar, pengelolaan publikasi semacam ini mudah dilakukan. Orang-orang yang berbuat [munkar] itu tidak akan berhenti sekarang-sekarang. Melainkan akan melakukannya juga di masa-masa yang akan datang. Menyaksikan reaksi kaum Muslimin pada umumnya, tampak, bahwa mereka para pelaku [perbuatan buruk] itu senantiasa berusaha untuk mencederai perasaan kita dengan cara menebarkan perbuatan buruk mereka dari suatu ‘negara ke ‘negara lainnya. Yakni, baru pada beberapa hari yang lalu, sebuah surat kabar berbahasa Spanyol membuat karikatur dan menerbitkannya dengan mengatasnamakan humor seraya menambahkan: ‘Inilah sebagai jawaban atas reaksi kaum Muslimin.’ Maka kita harus membuat usaha besar bersama untuk membungkam mereka. Setidaknya menyadarkan orang-orang terhormat dan terpelajar, bahwa perbuatan buuk mereka itu dapat menghancurkan kedamaian. Maka sedapat mungkin kita bukakan ketidak-benaran perbuatan mereka itu kepada dunia.
Belum lama ini, di UK sini dan di seluruh ‘negara-’negara Persemakmuran (Commonwealth) Inggris telah diselenggarakan ‘Peringatan Jubileum Berlian Ratu Elizabeth’ untuk selama jangka waktu setahun penuh. Adapun ketika ‘Peringatan Jubileum Berlian Ratu Victoria (ibunda Ratu Elizabeth), Hadhrat Imam Mahdi a.s. menulis sebuah buku yang berjudul ‘Tuhfah Qaisariyyah’ (atau ‘Persembahan Kepada Sri Ratu’) lalu mengirimkannya kepada beliau, yang isinya disamping memuji sikap adil dan beradab pemerintahan Sri Ratu, juga menyampaikan tabligh Islam sekaligus menyerukan untuk menyelenggarakan ikatan antar agama (inter-faith) untuk saling menghormati para Pendiri Suci dan Nabinya, sehingga terjadilah perdamaian di seluruh dunia. Beliau a.s. pun bahkan menguraikan berbagai kiatnya untuk itu.
Maka pada kesempatan ‘Peringatan Jubileum Berlian Ratu Elizabeth’ ini, satu jilid indah buku ‘Tuhfah Qaisariyyah’ yang telah diterjemahkan [ke dalam Bahasa Inggris] dipersembahkan kepada beliau. Departemen terkait di Kerajaan [Inggris] itu mengirimkan balasan ucapan terimakasih seraya menambahkan, bahwa buku tersebut telah dimasukkan ke dalam koleksi buku yang akan segera dibaca oleh Sri Baginda Ratu. Namun, baik beliau itu membacanya ataupun tidak, tetap saja kita harus berusaha untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita.
Sekarang ini, kekacauan dunia sama seperti dulu. Bahkan kenyataannya, dalam berbagai hal lebih buruk. Yakni, orang-orang itu ‘terus menerus menyerang Islam dan memperolok pribadi Hadhrat Rasulullah Saw. Dan mereka meningkatkan perbuatan buruknya itu. Oleh karena itulah pesan khusus Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini sangat diperlukan.
Maka bagian dari seruan beliau a.s. agar [semua pihak] menghormati agama lain dan menekankan pentingnya mengadakan berbagai pertemuan besar (Seminar, dlsb) hendaknya dipublikasikan dan disebar-luaskan dalam bentuk pamphlet, yang boleh jadi terdiri dari 4 atau 5 halaman. Hal ini hendaknya segera dikerjakan. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyatakan: ‘Seandainya ada orang yang mencoba menyiarkan sesuatu peraturan palsu dengan mengatas-namakan pemerintah, lalu mendakwakan dirinya sebagai abdi ‘negara itu, tentulah aparat ‘negara tersebut akan mengusut dan menindak orang atau kelompoknya itu. Maka bagaimana mungkin Allah Taala telah menyaksikan sesuatu yang salah dikaitkan dengan wujud-Nya, namun Dia berdiam diri ? Yakni, jika para nabiyullah yang mendakwakan dirinya berasal dari Allah, kemudian Jamaah beliau pun terus tumbuh berkembang, mestilah benar dari Allah Taala; dan segala hal yang berasal dari Allah haruslah dihormati, sehingga terpeliharalah perdamaian dunia.’
Inilah tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di dalam buku ‘Tuhfah Qaisariyyah’ (atau ‘A Gift To The Queen’) itu: ‘…….Oleh karena itu, kaidah hukum tersebut merupakan sunnah Allah Taala yang baqa. Yakni, Dia tidak pernah membiarkan seorang nabi palsu. Sebab orang itu akan segera ditangkap dan didera oleh hukuman-Nya. Maka terkait dengan hal ini, kita pun hendaknya setiap saat memuliakan dan menerima sebagai sesuatu kebenaran seorang insan yang mendakwakan dirinya sebagai seorang nabiyullah, [apalagi demi menyaksikan] pendakwaannya tegak berdiri, akidah agamanya menyebar-luas dan tumbuh subur untuk waktu yang sangat panjang. Bilapun kita menemukan berbagai penyimpangan di dalam Kitab agama mereka, atau kedhoifan di kalangan pengikutnya, janganlah menisbahkannya kepada para Pendiri Suci agama tersebut.
Sangat mungkin terjadi interpolasi di dalam Kitab mereka, dan sangat boleh jadi pula muncul kekeliruan di dalam penterjemahannya, yang mengarahkan kepada salah penafsirannya pula. Akan tetapi sungguh mustahil akan ada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah; tetapi mengaku sebagai nabi-Nya dan mengemukakan karangan rekaan dirinya sendiri sebagai kalamullah. Dan Allah Taala pun membiarkannya sebagaimana insan yang muttaqi dan dapat diterima luas layaknya orang yang benar.’ Inilah kewajiban kita untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.
Ini adalah kaidah kebenaran yang paling sahih dan karunia yang tak berkesudahan; yang menjadi pondasi bagi perdamaian; yang menguatkan pandangan kita akan kebenaran semua nabiyullah, yang agamanya telah tegak berdiri, sudah berlangsung selama jangka waktu yang panjang, dan jutaan umat manusia telah masuk ke dalam Jamaatnya. Inilah satu kaidah yang berberkat, yang jika seluruh dunia mentaati kaidah yang sangat mendasar ini, tentulah ribuan kekacauan dan penyimpangan yang mengganggu kedamaian masyarakat umum dapat dihilangkan.
Tampak jelas bahwa orang-orang yang menganggap kaum pengikut setia suatu agama mengikuti seorang pendusta dan mengada-ada, adalah meletakkan dasar berbagai kekacauan. Mereka itu jelas berbuat jahat dengan menghina melontarkan kata-kata yang sangat melecehkan Hadhrat Rasulullah Saw. Sedemikian rupa menggunakan bahasa yang sangat merendahkan, sehingga meruntuhkan kehidupan yang harmonis dan damai di masyarakat umum. Dapat dipastikan, bahwa pemikiran mereka itu salah dan jahil di mata Allah Taala disebabkan pandangan mereka yang merendahkan itu.
Allah Taala Ar-Rahman Ar-Rahim tidak akan pernah membiarkan seorang kadzibin aman tenteram dan menempatkan manusia dalam keraguan sebab agamanya pun tegak berdiri. Tak pula Dia akan membiarkan mata dunia menyaksikan, bahwa Dia mengangkat para nabi haqiqi yang asalnya adalah pemalsu dan pendusta. Maka kaidah yang benar ini meletakkan pondasi kasih ‘sayang, kedamaian, harmony, dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan, sehingga kami pun memandang semua nabiyullah yang ‘datang ke dunia itu haqiqi — baik itu di India, Persia atau China ataupun di berbagai ‘negara lainnya. Allah Taala telah menanamkam sikap hormat dan memuliakan seperti itu di dalam jutaan qalbu manusia. Lalu menguatkan akar agama mereka, dan terus bertahan hingga berabad-abad lamanya.
Inilah kaidah yang Al Quran Karim telah ajarkan kepada kita. Berdasarkan kaidah ini pula kita menghormati semua Pendiri Agama berdasarkan prasyarat tersebut, baik itu Pendiri agama Hindu, agama kaum Parsi [Zoroaster], kaum China [Khonghucu], Pendiri agama Yahudi, maupun Kristen. Akan tetapi sayang, kepedihan kita tak terobati disebabkan tak muncul di dalam benak mereka kesucian dan kepastian sunatullah, bahwa Allah tak akan memberkati dan memuliakan seorang nabi palsu sebagaimana kepada nabi yang haqiqi. Agama seorang nabi palsu tak akan pernah mengakar dan bertahan lama seperti yang terjadi pada yang haqiqi. Oleh karena itu, orang-orang yang melontarkan pendangan mereka yang salah itu — yang menghinakan Hadhrat Rasulullah Saw dari kaum lainnya, yakni menuduhnya palsu — senantiasa menjadi musuh kehidupan masyarakat yang harmonis. Sebab, tak ‘ada suatu keburukan besar selain menghinakan para pendahulu suatu kaum lain. Sehingga adakalanya ada orang yang bersedia syahid alih-alih menanggung derita kata-kata penghinaan atas para pendahulu mereka.
Jika kita berkeberatan terhadap suatu ajaran agama, janganlah menyerang kemuliaan derajat nabinya sedemikian rupa. Melainkan, kritiklah kenyataan praktek kehidupan kaumnya itu. Kita hendaknya sadar bahwa Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw yang Allah Taala telah memberi kemuliaan derajat telah diterima oleh jutaan [atau miliaran] umat manusia dan telah berlangsung selama berabad-abad, jelas terbukti berasal dari Allah Taala. Jika beliau Saw tidak dicintai Allah, tentulah beliau pun tidak akan mendapat kemuliaan sedemikian agung.
Adalah bukan sunatullah, Dia memuliakan seorang pemalsu, menebarkan agamanya pada jutaan [atau miliaran] manusia dan melindunginya selama sekian lama. Agama yang menyebar-luas di dunia, mengakar dan mendapat kemuliaan dan hidup lama, mustahil palsu di awal-mulanya. Oleh karena itu, jika di dalam ajaran suatu agama ditemukan berbagai keberatan, hal itu boleh jadi disebabkan ajaran nabi tersebut sudah terinterpolasi, atau telah terjadi salah tafsir. Oleh karena itu tak perlu menghakimi.
Boleh jadi pula ada beberapa Pendeta yang mengajukan keberatan terhadap beberapa ajaran Al Quran Karim, meskipun mereka itu percaya bahwa Kitabullah tersebut benar dan berasal dari Allah Taala berdasarkan [nubuatan di dalam] Taurat. Maka berbagai keberatan tersebut hanya disebabkan kekeliruan atau ketergesa-gesaan mereka sendiri.
Ringkasnya, kesejahteraan umat manusia, kedamaian, harmony, ketaqwaan, dan sikap takut kepada Allah Taala mendorong kita untuk tidak mengatakan para nabiyullah sebagai kadzibin. Sebab, kebenarannya telah diakui jutaan [atau miliaran] umat manusia selama berabad-abad dan mendapat dukungan Allah Taala sejak dahulu kala. Maka aku yakin, para pencahari kebenaran sejati, baik itu orang Asia ataupun Europa akan tertarik oleh kaidah utama ini, dan akan menyesal jika sama sekali tidak mempercayainya. Maka aku persembahkan kaidah utama ini ke hadapan Sri Baginda Ratu, Ratu jazirah India dan England. Karena hanya dengan kaidah inilah perdamaian dapat menyebar-luas di seluruh dunia. Inilah aqidah kita. Maka Islam dapat dibanggakan dalam hal keunikannya mengajarkan kaidah yang elok nan menawan ini.
Apakah wajar kita melecehkan mereka [para nabiyullah haqiqi] yang Allah Taala telah menundukkan dunia dan para Rajanya selama berabad-abad ? Apakah wajar kita tidak meyakini Allah Taala karena kita berpikir bahwa Dia hendak menipu kita dengan membenarkan para kadzibin, menyusahkan jutaan orang pengikutnya, dan memperlihatkan berbagai tanda samawi yang mendukung mereka ? Jika Allah menipu, mana mungkin kita dapat membedakan yang haq dan yang batil ? Ini adalah ajaran penting, bahwa seorang nabi palsu tidak akan pernah memperoleh kemuliaan, pengakuan, dan keagungan sebagaimana yang berhasil didapatkan oleh nabiyullah yang sejati.
Keberhasilan tidak akan pernah dihasilkan dari siasat para kadzibin sebagaimana yang diperoleh mereka yang shidiqqin. Inilah mengapa sebabnya tanda pertama mereka yang benar adalah mendapat dukungan Ilahi yang baqa, dan Allah Taala menanamkan agama mereka ke dalam qalbu jutaan umat manusia, serta memeliharanya untuk waktu yang sangat panjang. Maka ingatlah saat maut kita, lalu dihisab-Nya. Janganlah mengkasari mereka. Melainkan, bersikaplah hormat dan mengasihi seorang nabiyullah yang menyandang tanda-tanda kebenarannya seperti itu. Inilah kaidah utama yang Allah Taala telah ajarkan kepada kita. Sehingga kita pun dapat menjadi pewaris dari ajaran akhlakul fadillah ini.’ (‘Tuhfah Qaisarriyah, hlm. 5–9)
Ditilik dari segi prakteknya, Islam adalah agama yang terkemuka. Tetapi dari segi kwantitas, menempati urutan kedua. Maka para pihak lain hendaknya berusaha untuk menghormati Hadhrat Rasulullah Saw. Jika tidak, niscaya akan menjuruskan kepada kekacauan. Kita menghormati berbagai agama samawi lain dan mengakui orang-orang suci yang diutus oleh Allah Swt karena begitulah indahnya ajaran Al Qur’an, sebagaimana yang diberikan [contohnya] oleh Hadhrat Rasulullah Saw kepada kita.
Yakni, meskipun pada kenyataannya mereka yang menentang Islam menyerang dengan kata-kata kasar terhadap Hadhrat Rasulullah Saw, dan juga membuat berbagai karikatur yang buruk, tetapi kita tidak pernah menggunakan kata-kata yang sama terhadap nabi lain, ataupun agama mereka; tidak pula melecehkannya. Maka dengan menjadikan kaum Muslimin sebagai bulan-bulanan, niscaya akan mengganggu perdamaian dunia.
Yakni, mereka memprovokasi dan menghina. Kemudian, jika sebagian kaum Muslimin menjadi terbakar emosinya, mereka pun mengatakan kaum Muslimin extremist, oleh karena itu harus ditindak dengan berbagai cara. Mereka berani berbuat seperti itu dikarenakan kaum Muslimin tidak memiliki persatuan. Maka kita kaum Ahmadi Muslim yang telah dipersatukan oleh Allah Taala ke dalam satu tangan Al Masih dan Al Mahdi a.s. Yang Dijanjikan, hendaknya menunjukkan kepada dunia, cara yang berhidayah, damai dan aman.
Yakni, pesan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang telah dibacakan tadi hendaknya dipublikasikan secara luas. Orang-orang duniawi tak memahami kemuliaan derajat Hadhrat Rasulullah Saw yang ada di dalam lubuk hati kita yang paling dalam. Mereka tak dapat membayangkan betapa dalamnya seorang Muslim haqiqi mencintai beliau Saw [ketika wafat] sejak pada 1.400 tahun yang lalu itu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Hassan bin Tsabit r.a. di dalam sebait syairnya ini:
‘Wahai Muhammad Rasulullah Saw,
Engkau adalah bagai pupil biji mataku, yang kini telah menjadi buta.
Siapapun yang telah berpulang pada hari ini,
Hanya kewafatan engkaulah yang membuat diriku nestapa !’
Dan di zaman sekarang ini, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang telah mampu membangkitkan ghairah kecintaan kepada Hadhrat Rasulullah Saw di dalam qalbu kita. Sebagaimana yang beliau a.s. ungkapkan di dalam ‘Qasidah’ [berbahasa Arab] ini yang menunjukkan kecintaan beliau yang haqiqi kepada Hadhrat Rasulullah Saw, yakni:
‘Suatu kaum telah menyaksikan kejuwitaan engkau,
sementara umat manusia telah mendapat keterangan mengenai kedatangan engkau.
Wahai rembulan purnama yang telah menyita seluruh jiwa ragaku !
Mereka menangis-nangis demi mengingat keelokan wujudmu,
Tersedu-sedu dan pilu oleh keterpisahan dengan dirimu.
Aku melihat qalbu-qalbu yang yang menjadi kelabu dalam kemelut kegelisahan rindu kepada engkau,
Aku melihat demikian banyak air mata yang mengalir dari pelupuk kecintaan kepada engkau……..’
Adapun bait penutup dari ‘Qasidah’ beliau a.s. tersebut adalah sebagai berikut:
‘Ragaku rindu terbang untuk mencapai dirimu.
Sedemikian besarnya hasratku, sehingga serasa jasadku ini pun tinggi mengangkasa
Duh, seandainya diriku memilki daya untuk terbang menggapai wujudmu !’
Itulah beberapa tarbiyat mengenai [seriusnya] kecintaan kepada Hadhrat Rasulullah Saw yang telah diajarkan kepada kita; yang orang-orang duniawi mengatakan: Apa pula ini ? yang [kami lakukan] adalah tak lebih dari humour belaka ?
Begitulah jika akhlak sudah merosot sedemikian rendah. Yakni, alih-alih meningkat, mereka jatuh ke dalam dasar kubangan yang terendah, ketika perdamaian dunia menjadi rusak. Maka kewajiban kita adalah menyiar-luaskan sebanyak mungkin Riwayat Hidup Hadhrat Rasulullah Saw yang berberkat.
Sebagai langkah persiapannya, setiap orang Ahmadi hendaknya membaca buku ‘Riwayat Hidup Hadhrat Rasulullah Saw’ (‘Pengantar Mempelajari Al Quan Jilid-II’), yang sudah mencakup berbagai aspek utama kehidupan beliau Saw yang berberkat. Kemudian sebagai tambahannya, sesuai dengan kemampuan intelektual masing-masing, bacalah buku ‘kapita selekta’ yang terkait dengan riwayat kehidupan Hadhrat Rasulullah Saw. Lalu, sampaikan kepada dunia melalui kerjasama ‘networking’, penulisan berbagai artikel, dan penyebaran pamphlet mengenai keelokan dan keberkatan Hadhrat Rasulullah Saw.
Semoga Allah Taala memberi taufiq kepada setiap Ahmadi untuk mengerjakannya Dan semoga pula Dia memberi akal sehat kepada dunia agar orang-orang yang peka dan berfitrat baik dapat mengenyahkan orang-orang yang berbuat buruk, melecehkan dan menunjukkan sikap permusuhan itu, agar perdamaian dunia tidak terganggu, dan diselamatkan dari azab Ilahi.
Semoga Allah Taala menjadikannya demikian. Amin ! Selanjutnya saya umumkan salat jenazah bagi almarhum Maulana Nasrullah Khan Nasir sahib. oooOooo MMA/LA.10062012