Monday, June 9, 2014

Tuhan Yang Maha Perkasa

  
اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
 اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ o الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ  oملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ  o اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُo
 اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَo  صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْ عَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَo
Di dalam Khutbah hari ini saya akan mengemukakan beberpa kutipan dari tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkenaan dengan penjelasan-pnjelasan tentang hakikat, kedudukan dan martabah Allah Ta’ala yang Mahakuasa. Sebagai Pemilik segala kekuatan dan sebagai Tuhan Yang Maha Esa, dan Dia-lah Pencipta segala makhluk. Beliau menjelaskan bahwa sarana untuk dapat sampai kepada Tuhan Sekalian ‘Alam hanyalah Hadhrat Muhammad Rasulullah saw.
Hanya melalui perantaraan beliau-lah manusia dapat sampai kepada Tuhan. Beliau menjelaskan bahwa untuk dapat menyaksikan segala kudrat (kekuatan) Allah Ta’ala manusia harus tunduk dengan hati yang murni dan ibadah dengan ikhlas kepada-Nya. Jika manusia berbuat demikian maka Allah Ta’ala akan berlari merangkulnya kemudian melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadanya. Maka dengan penuh ghairah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Ikatlah hubungan seperti itu dengan Allah Ta’ala agar dapat menjalani kehidupan yang layak diterima-Nya di dunia dan di akhirat nanti. Di satu tempat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai hahikat Allah Ta’ala yang di dipersembahkan oleh Agama Islam beliau bersabda:” Allah Ta’ala adalah nur Langit dan Bumi. Setiap nur atau cahaya yang nampak di setiap ketinggian dan di setiap lembah, apakah di dalam arwah atau di dalam jasmani, apakah pribadi ataupun ghair pribadi, apakah zahiri ataupun bathini, apakah di dalam pikiran atau diluar pikiran, semuanya adalah anugerah karunia-Nya. pendeknya setiap nur sumbernya adalah dari Allah Ta’ala. Dan Allah Ta’ala sendiri adalah Nur. Hal ini menunjukkan bahwa luasnya Karunia Allah Rabbul ‘Alamin meliputi semua benda. Tidak ada suatu benda-pun yang kosong dari percikan karunia-Nya. Dialah Tuhan sumber segala Karunia, sumber utama segala Cahaya dan sumber semua mata air Rahmat. Zat Hakiki-Nya sumber penegak sekalian ‘Alam dan sumber pelindung bagi semua yang tinggi dan yang rendah. Dia-lah, Yang telah mengeluarkan segala sesuatu dari kegelapan yang tiada wujud dan menganugerahkan jubah wujud terhadap segala sesuatu. Tidak ada wujud lain kecuali Wujud-Nya. Yakni tidak ada wujud lain yang kekal atau yang selamanya tidak menerima Karunia-Nya. Langit dan Bumi, manusia dan haiwan, batu-batuan dan pepohonan, ruhani dan jasmani semua telah terwujud melalui Karunia-Nya. (Barahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Vol. 1, pp. 191-192, footnote, Essence of Islam, Vol. I, p. 38)  
Ulasan mengenai Allah Ta’ala Maha Tunggal tanpa Syarikat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “ Dari segi akal, syirik terdiri dari empat macam. Pertama; boleh jadi karena jumlah, kedua; karena martabah, ketiga; karena keturunan, keempat; karena amal dan kesannya. Maka di dalam Surah Al Ikhlas telah dijelaskan bahwa Allah Ta’ala suci-bersih dari ke-empat macam syirik itu. Dan dijelaskan secara terbuka bahwa Dia Tunggal dalam jumlah. Bukan dua atau tiga. Dia adalah Shamad artinya, Dia Esa, Tempat semua makhluk bertumpu atau bergantung. Dia menjelma dengan sendiri-Nya, Dia kekal abadi, sedangkan semua makhluk fana tidak kekal, dan semua makhluk bergantung kepada-Nya. Dan Dia adalah yakni Dia tidak beranak yang bisa mengaku sebagai Syarikat-Nya. Dia adalah  yakni Dia tidak berbapak sebagai sekutu dalam kekuasaan-Nya. Dan Dia adalah  yakni tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya yang menjadi sekutu di dalam pekerjaan-Nya. Dengan demikian telah dijelaskan bahwa Allah Ta’ala adalah suci bersih dari ke-empat macam syarikat (sekutu) itu dan Dia adalah Tunggal tanpa sekutu. (Barahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Vol. I,  Jld 1, Hal. 518, foot note 3).
Dalam hal ini Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa, syirik terletak kepada salah satu dari pada empat macam syirik menurut akal. Yakni dalam jumlah, bisa seseorang menyekutukan Allah swt dengan satu, dua, tiga atau empat wujud. Kedua, dalam martabah atau kedudukan. Ketiga dengan keturunan atau keluarga. Keempat, kekuatan atau kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dan menegakkan kesan atau pengaruhnya. Beliau a.s. menjelaskan bahwa Allah Ta’ala suci-bersih dari ke-empat macam syirik itu. Di dalam Surah (Al Ikhlas) itu Allah Ta’ala telah menjelaskan dengan gamblang bahwa Allah Ta’ala adalah Tunggal. Dari segi jumlah Dia hanya satu, bukan dua, tiga atau empat. Dia adalah  As Shamad, yakni Dia-lah Yang diperlukan setiap waktu oleh semua makhluk, apabila manusia memerlukan sesuatu, kepada Dia-lah harapan ditujukan. Dan memang Dia-lah Yang berhak harus dituju. Tidak ada wujud lain serupa dengan Dia. Tidak ada yang sama dengan Dia Yang mampu menyediakan segala keperluan makhluk. Apakah sebabnya, tidak ada wujud yang seperti dengan-Nya, yang dapat memenuhi semua keperluan? Beliau a.s. menjelaskan sebabnya bahwa; Selain dari Dia setiap benda adalah fana, tidak kekal, pada suatu waktu akan lenyap. Yakni, setiap wujud adalah makhluk ciptaan, akan mengalami kemusnahan, sedangkan Tuhan sejak dahulu kekal, dan akan kekal selama-lamanya. Jadi, disebabkan ciptaan dan mengalami kemusnahan, semua makhluk sifatnya sementara, hanya untuk beberapa waktu tertentu. Disebabkan sifatnya sementara itu, makhluk tidak dapat menyediakan segala keperluannya sendiri atau-pun bagi yang lain. Maka, makhluk yang tidak mampu menyediakan semua keperluannya, dia sendiri memerlukan satu Tuhan, Yang Kekal untuk selama-lamanya. Tuhan Yang telah menyatakan bahwa Aku telah menyediakan semua barang keperluan untuk mengayomi semua makhluk, Dia-lah Tuhan Yang kepada-Nya semua makhluk bergantung. Dan memang harus kepada-Nya lah semua makhluk bergantung. Jadi, itulah sebabnya yang telah dijelaskan tentang  As Shamad dengan rinci. Ketiga, mengenai keturunan atau keluarga, Allah Ta’ala berfirman yakni, tidak mempunyai suatu anak.  yakni, tidak mempunyai suatu bapak. Maka, Tuhan adalah suci-bersih dari keturunan atau keluarga. Oleh sebab itu tidak ada yang bisa menjadi sekutu bagi-Nya. Ke-empat, Allah Ta’ala berfirman: yakni, tidak ada yang dapat menyamai dalam pekerjaan-Nya. Maka, apabila tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang dapat menyamai pekerjaannya dan tidak ada pula yang mampu membawa hasil dan kesan seperti yang Tuhan lakukan. Manusia dunia juga yang pada umumnya dengan melihat hasil pekerjaan mereka, dengan bangga berkata: Aku telah berhasil mengerjakan ini dan itu. Sebenarnya untuk mencapai hasil pekerjaannya itu tidak terletak pada kemampuan dirinya sendiri, melainkan dibawah undang-undang ‘alam semesta manusia memperoleh hasil sesuai dengan kerja-kerasnya. Tuhan sebagai Rabb juga, Rahman dan Rahim juga, sebenarnya manusia menerima hasil karyanya itu sebagai karunia dari Rabbubiyyat dan Rahmaniyyat Tuhan. Maka, alangkah malangnya nasib manusia yang tidak berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan, padahal Dia telah berlaku Ihsan kepada-nya, malah sebaliknya kebanyakan manusia semakin menjauh dari pada Tuhan Rabb sekalian ‘Alam.
Dalam memberi penjelasan berkenaan dengan kemuliaan Tuhan, sebagai Pemilik segala kekuatan beliau bersabda:” Di dalam Alqur’anul Karim Allah Ta’ala berfirman tentang keagungan-Nya:   (Al Ihlas:2-5). Yakni; Katakanlah! Tuhan kalian adalah Allah, Yang Maha Esa, Yang dalam zat-Nya dan sifat-Nya Wahid. Tidak ada zat lain seperti Zat-Nya yang Kekal Abadi dan tidak pula ada sifat suatu benda yang serupa dengan sifat-Nya. Untuk Ilmu manusia, diperlukan seorang muallim, yakni untuk menghasilkan ilmu pengetahuan diperlukan orang yang mengajarkan ilmu itu kepada manusia. Dan ilmunya-pun terbatas. Ilmu apapun yang dihasilkannya sifatnya terbatas. Akan tetapi ilmu Allah Ta’ala tidak memerlukan seorang mu’allim dan ilmu-Nya tidak terbatas. Yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya, Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Pendengaran manusia memerlukan udara, tanpa udara manusia tidak dapat mendengar, dan terbatas.  Namun pendengaran Tuhan dengan kekuatan Zat-Nya sendiri dan tidak terbatas, tidak diperlukan bantuan udara. Penglihatan manusia memerlukan matahari atau suatu cahaya. Dan terbatas, dapat melihat hanya sampai batas jarak tertentu. Namun penglihatan Allah Ta’ala melalui cahaya Zat-Nya sendiri dan tidak terbatas. Begitu juga kekuatan manusia menciptakan sesuatu memerlukan suatu benda madiah. Dan untuk itu memerlukan waktu dan juga terbatas. Akan tetapi kekuatan Allah Ta’ala untuk menciptakan sesuatu tidak memerlukan suatu benda madiah, tidak memerlukan waktu dan tidak pula terbatas. Sebab semua Sifat-sifat-Nya tidak ada tara bandingannya. Dan sebagaimana Wujud-Nya tidak ada yang menyerupainya, sifat-Nya juga tidak ada yang menyerupainya. Jika salah satu sifat-Nya lemah, tentu semua sifat-sifat-Nya juga lemah. Karena itu Tauhid-Nya tidak akan bisa tegak, selama seperti Zat-Nya sendiri, semua sifat-sifat-Nya tidak ada yang serupa dan menyerupainya. Beliau a.s. bersabda: Selanjutnya maksud dari ayat tersebut di atas adalah, Tuhan bukan anak seseorang, tidak ada pula seseorang menjadi anak-Nya. Sebab Dia adalah Ghani, yakni Mandiri, Dia tidak memerlukan bapak maupun anak. Itulah Tauhid yang telah diajarkan oleh Alqur’an, sebagai dasar iman. (Lecture Lahore, Ruhani Khaza’in, jld. 20/152-155, Essence of Islam, Jld. I/ 46-47)
Dalam menjelaskan dalil akal tentang ke-Esaan Allah Ta’ala, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Setelah itu Al Qur’an ul Karim mengemukakan sebuah dalil tentang ke-Esaan Allah Ta’ala dan tanpa sekutu, firman-Nya :  Yakni: Dan sekiranya di dalam kedua langit dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, pasti binasalah kedua-duanya. (Al Anbiy:23). Kemudian firman-Nya lagi:  Yakni: Tiada tuhan lain beserta Dia (Al Mu’min : 92) Yakni, jika sekiranya di dalam langit dan bumi keduanya ada tuhan-tuhan selain Allah, yang memiliki sifat-sifat kamilah atau sempurna, pasti binasalah kedua-duanya. Sebab pasti kedua buah jema’at itu akan berselisih satu sama lain, sehingga disebabkan perselisihan itu alam semesta akan terlibat kedalam kekacauan. Dan lagi jika masing-masing mempunyai penciptanya sendiri, maka setiap pencipta menghendaki kesejahteraan makhluk-nya sendiri dan demi kesenangan-nya, dia akan menganggap patut untuk menghancurkan yang lain. Maka, hal itu juga akan menjadi penyebab binasanya alam semesta. (Barahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Jld I, Hal. 518, sub-footnote 3)
Itulah dalil-dalil tentang Wujud Tuhan yang kami tuliskan sebagai contoh. Kemudian hendaklah diketahui bahwa Tuhan yang kearah-Nya Al Qur’anul Karim menghimbau kita Sifat-sifat-Nya telah ia jelaskan kepada kita sebagai berikut;
  (Al Hasyr;23)
 (Al Fatihah:4)
(Al Hasr:24)
(Al Hasyr:25)
(Al Baqarah:21)
(Al Fatihah:2-4)
(Al Baqarah: 187)
(Al Baqarah: 256)  
(Al Ikhlas: 2-5)   
Yakni, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan tiada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang patut disembah dan dita’ati kecuali Dia (Al Hasyr:23) Hal ini ditegaskan demikian sebab, jika seandainya Dia bukan sesuatu yang tanpa sekutu, mungkin saja kekuatan-Nya dapat ditaklukkan  oleh kekuatan musuh-Nya. Dalam keadaan demikian posisi Ketuhan akan selalu berada dalam ancaman bahaya. Dan firman-Nya ini bahwa: Selain Dia, tidak ada yang patut disembah, artinya Dia adalah Tuhan Yang Kamil, yang sifat-sifat-Nya, kemuliaan-Nya dan ke-sempurnaan-Nya, demikian tinggi dan agung, jika kita hendak memilih satu tuhan atau berpikir di dalam hati sifat Allah Ta’ala yang paling baik dan tinggi, maka Dialah yang paling tinggi, tidak ada yang mengunggulinya, maka Dia-lah Tuhan Yang apabila menganggap rendah dan lemah beribadah kepada-Nya merupakan perbuatan zalim besar. Sebab Dia adalah Tuhan yang tidak dapat disekutukan dengan benda apapun. Kemudian Dia berfirman:  ‘Alimul Ghaib. Yakni, Dia-lah Yang mengetahui Wujud-Nya sendiri. Tidak ada yang dapat menguasai Wujud-Nya. Kita dapat menyaksikan matahari, bulan, bintang dan semua makhluk seluruhnya. Akan tetapi kita tidak dapat menyaksikan seluruh Wujud Tuhan. Yakni, kita dapat melihat semua benda zahir namun tidak dapat melihat Tuhan dalam bentuk zahir. Firman-Nya lagi:   ‘Alimusy Syahadah, Yakni tidak ada suatu benda tersembunyi dari penglihatan-Nya. Tidak bisa dianggap bahwa Dia lengah terhadap sesuatu. Dia melihat setiap zarrah di alam dunia ini. Akan tetapi manusia tidak dapat melihatnya. Dia tahu, kapan dunia ini akan Dia hancurkan dan kapan Kiamat akan Dia ciptakan. Tidak ada yang tahu tentang kejadian itu semua kecuali Dia. Maka Dia-lah Tuhan Yang mengetahui dan Yang menguasai semua kekuatan. Firman-Nya:  Yakni; Dia Maha Pemurah. Yakni sebelum wujud hewan-hewan dan sebelum timbul perkembangan dari mereka, disamping karunia-Nya yang murni, bukan karena maksud tertentu dan bukan pula sebagai buah dari suatu amal perbuatan, Dia menyediakan barang-barang keperluan bagi setiap makhluk. Misalnya, matahari, bumi, dan wujud semua benda-benda lain, sebelum wujud kita tercipta dan sebelum timbul suatu perkembangan dari kita, semua telah diciptakan bagi kita. Semua anugerah ini disebut Rahmaniyyat di dalam Kitab Suci Allah Ta’ala. Karena karya-Nya itu Allah Ta’ala disebut  Yakni, semua keperluan makhluk telah Dia sediakan sebelumnya. Selanjutnya berfirman:  (Ar Raheem). Yakni Allah Ta’ala memberi ganjaran yang paling baik terhadap amal baik. Dan Dia tidak mensia-siakan usaha keras siapapun. Dan karena amal-Nya ini Dia disebutsedangkan dari segi sifat-Nya disebut Rahimiyyat. Selanjutnya berfirman:  Yakni: Pemilik Hari Pembalasan. (Al Fatihah:4) Yakni ganjaran setiap orang terletak di tangan Tuhan. Tidak ada suatu petugas yang diserahi pekerjaan untuk mengurus Pemerintahan-Nya, di langit maupun di bumi. Tidak diperlukan penolong, kemudian Dia duduk santai sendirian, tidak melakukan suatu apapun, semua diserahkan kepada petugas untuk memberi ganjaran atau hukuman kepada setiap orang, di alam dunia ataupun di Hari Kemudian.) Semua ganjaran atau pembalasan setiap orang di bawah kuasaan-Nya sendiri (Al Fatihah:4)
Kemudian berfirman: Artinya: Maha Berdaulat, Yang Maha Suci (Al Hasyr:24) Yakni Dia adalah Raja, Yang tidak mempunyai suatu ‘aib atau noda apapun. Adalah jelas, bahwa Kerajaan manusia tidak lepas dari ke‘aiban. Sedikit banyak mesti ada kelemahan-kelemahan padanya. Misalnya, seandainya semua rakyat beramai-ramai hijrah dari Negara mereka kenegara lain, maka kedaulatan Raja di Negara itu akan habis. Atau, seandainya jika semua rakyatnya ditimpa kelaparan, maka dari manakah akan diperoleh upeti atau Anggaran Belanja bagi Negara itu? Orang-orang yang biasa memberi pajak, dari mana mereka bisa membayar pajak kepada Negara? Jika rakyat mulai memperso’alkan kelebihan Raja dari mereka, kekuasaan apa yang dapat dibuktikan oleh Raja kepada mereka? Jika rakyat mulai menentang Raja, bagaimana tindakan yang akan diambilnya? Seperti kejadian yang sekarang kita saksikan di berbagai Negara. Berapa banyak kerusuhan sedang terjadi. Rakyat sedang berperang menentang Pemerintah mereka sendiri. Ingatlah, bahwa Kerajaan Allah Ta’ala tidak demikian keadaannya. Dengan serempak dapat Dia hancurkan seluruh Negara, kemudian Dia ciptakan kembali makhluk-makhluk lain di sana. Jika Tuhan tidak Khaliq dan Qadir seperti itu, maka Kerajaan-Nya tidak akan dapat bertahan tanpa melakukan kezaliman. Sebab, setelah satu kali mema’afkan serta memberi jaminan keselamatan kepada dunia, dari mana Dia akan membawa dunia lain lagi? Apakah Dia akan menangkap lagi orang-orang yang telah diselamatkan itu untuk Dia kirim kembali ke dunia, dan memberi ma’af serta keselamatan kembali dengan zalim? Dalam situasi demikian kedudukan-Nya sebagai Tuhan akan jauh berbeda.  Seperti keadaan Raja-raja dunia yang sudah bernoda membuat undang-undang bagi rakyat mereka. Kemudian murka karena perkara-perkara keccil. Dan ketika melihat peluang demi mempertahankan  posisi mereka sendiri, undang-undang itu tidak dapat dilancarkan tanpa melakukan kezaliman, maka kezaliman itu dianggap-nya suatu barang halal. Tanpa kezaliman tidak ada cara lain yang harus dilakukan, maka dengan mengagap halal, kezaliman itu dilakukan dengan senang hati seperti seorang anak meminum air susu ibunya. Lihatlah sekarang bagaimana kezaliman yang sedang dilakukan oleh banyak pemimpin Bangsa di dunia. Selanjutnya beliau bersabda: Mungkin saja dianggap boleh menurut undang-undang menghancurkan sebuah kapal kecil mengangkut penumpang, ditenggelamkan demi menyelamatkan sebuah kapal besar. Akan tetapi keadaan terpaksa seperti itu tidak akan terjadi dengan Tuhan, dan memang tidak boleh terjadi demikian. Jadi, seandainya Allah Ta’ala bukan Zat Qadir, Pemilik segala Kekuatan dan tidak memiliki kekuatan menciptakan sesuatu  yang tiada, maka Dia akan bertindak seperti raja-raja lemah tidak berdaya, yang menggunakan kezaliman untuk menegakkan kekuasaan, atau berlaku adil tetapi melepaskan sifat Ketuhanan-Nya. Justeru bahtera Tuhan beserta segala kodrat-Nya melaju dengan anggun di atas keadilan sejati. Kemudian firman-Nya:  Yakni, Dia-lah Tuhan Yang terpelihara dari segala ‘aib, musibah dan kesulitan. Justeru Dia-lah Pemberi Keselamatan. Maksudnyapun jelas, sebab seandianya Dia sendiri tertimpa musibah-musibah atau dipukuli orang-orang dan rencana-rencana-Nya tidak berjaya, maka dengan melihat keburukan itu bagaimana mungkin manusia akan merasa tenang hatinya bahwa Tuhan yang semacam itulah yang akan melepaskan mereka dari musibah-musibah?
Selanjutnya berkenaan dengan sembahan-sembahan palsu, Allah Ta’ala berfirman: Yakni; Mereka yang kamu anggap sebagai Tuhan, keadaannya adalah demikian; jika mereka semua bersatu lalu ingin menciptakan seekor lalat, sampai kapan-pun mereka tidak akan dapat menciptakannya, walaupun mereka saling membantu. Bahkan jika lalat itu merampas sesuatu milik mereka, maka mereka tidak kuasa untuk mengmbilnya kembali dari lalat itu. Orang-orang yang menyembah mereka, akalnya lemah dan yang disembahpun kekuatannya tidak berdaya. Apakah Tuhan itu demikian? Tuhan adalah Dia Yang lebih Perkasa dari segala yang perkasa dan Unggul atas semuanya; tidak ada yang dapat menangkap-Nya maupun memukul-Nya. Orang-orang yang terlibat dalam kesalahan-kesalahan serupa itu tidaklah mengenal nilai Tuhan dan tidak tahu Tuhan itu seharusnya yang bagaimana (Al Haj: 74-75)
Kemudian firman-Nya: Tuhan adalah Sang Pemberi keamanan dan yang menegakkan dalil-dalil tentang kesempurnaan-Nya dan Tauhid-Nya. Hal ini mengisyarahkan bahwa orang yang beriman kepada Tuhan sejati tidak akan malu dihadapan orang ramai (banyak), dan tidak pula akan malu di hadapan Tuhan. Sebab ia memiliki dalil-dalil yang kuat. Akan tetapi orang yang percaya kepada tuhan palsu berada dalam kesulitan besar. Dia bukan mengemukakan dalil-dalil, justeru dia menjadikan seluruh perkara sia-sia itu sebagai rahasia supaya jangan sampai ditertawakan orang dan dia ingin menyembunyikan kekeliruan-kekeliruan yang telah terbukti benar kenyataannya.  Kemudian Dia berfirman lagi:  Dia adalah Pelindung bagi semua. Penjaga bagi semua dan Pembetul kembali yang terlanjur rusak dan Dia sungguh Mandiri (Al Hasyr:24) Kemudian firman-Nya lagi:   Yakni, Tuhan Pencipta badan dan juga Pencipta Ruh. Pencipta rupa bayi di dalam rahim. Semua nama-nama yang indah yang dapat dibayangkan, Dia-lah Pemiliknya. (Al Hasyr: 25) Firman-Nya lagi sebagai berikut: ‘ Yakni, Semua penghuni Langit juga menyanjung kesucian-Nya, begitu juga penghuni Bumi menyanjung-Nya. Di dalam ayat ini mengisyarahkan bahwa, di dalam badan-badan angkasa luar juga terdapat penduduk dan mereka juga patuh menta’ati hukum-hukum Tuhan. (Al Hasyr:25) Firman-Nya lagi: Tuhan adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu(Al Baqarah:21) Ini merupakan ketenteraman bagi para penyembah, sebab jika Tuhan itu lemah dan tidak kuasa, maka apalah yang dapat diharapkan dari tuhan seperti itu? Dan firman-Nya;  Yakni, Dia-lah Tuhan Pemelihara sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang, Dia sendirilah Pemilik Hari Pembalasan. Wewenang itu tidak diserahkan-Nya kepada siapapun.(Al Fatihah:2-4) Yakni Dia mendengar dan menjawab seruan setiap penyeru-Nya, yakni mengabulkan do’a-do’a (Al Baqarah: 187). Kemudian berfirman lagi:  Yakni: Dia-lah Yang Hidup selama-lamanya dan Sumber segala kehidupan serta Tumpuan segala wujud (Al Baqarah: 256). Hal ini dikatakan demikian sebab seandainya Dia tidak kekal abadi, maka berkenaan dengan hidup-Nya pun akan tetap diragukan, bahwa jangan-jangan Dia sudah mati sebelum kita. Dan kemudian difirmankan bahwa: Dialah Tuhan Yang Esa; bukan anak siapapun dan tidak pula ada anak-Nya tidak ada yang menyamai-Nya dan tidak ada yang sejenis dengan-Nya. (Al Ikhlas: 2-5) (Filsafat Ajaran Islam Hal.74-80)
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Tujuan pokok dari semua perintah Agama Islam adalah menjelaskan keindahan sejati yang terkandung di dalam lafadz Islam (). Demi tujuan ini Al Qur’anul Karim mengandung ajaran-ajaran yang mengimbau manusia untuk mencintai Allah Ta’ala. Menunjukkan keindahan-Nya kepada kita dan mengingatkan kita terhadap ihsan-ihsan (kebaikan-kebaikan)-Nya. Sebab kecintaan itu kadang-kadang timbul karena ingat kepada keindahannya langsung tertanam di dalam lubuk hati atau karena ingat kepada kebaikan-kebaikannya. Maka tersirat di dalam Al Qur’an bahwa dari semua segi keagungan atau kemuliaan-Nya, Tuhan adalah Tunggal tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak mempunyai suatu kekurangan atau kelemahan. Dia adalah sumber segala jenis sifat yang sempurna. Dia adalah manifest (penampakan) segala Kekuatan Suci. Dia adalah Pencipta segala makhluk. Dan Sumber mata air segala Karunia. Dia adalah Raja Hari Pembalasan dan semua perkara atau amal akan kembali kepada-Nya. Dia (terasa) dekat sekalipun jauh, dan (terasa) jauh sekalipun Dia dekat dengan kita. Dia Paling tinggi, namun tidak dapat dikatakan dibawah-Nya ada wujud lain seperti Dia. Dan Dia paling tersembunyi dari semua benda, namun tidak dapat dikatakan ada yang lebih cemerlang dari Dia. Dan Dia adalah Hidup mandiri pada Zat-Nya. Setiap benda atau makhluk hidup karena-Nya. Dia berdiri sendiri dan segala sesuatu berdiri karena-Nya. Dia menjunjung segala sesuatu, namun tidak ada suatu yang menjunjung-Nya. Tidak ada suatu makhluk tercipta dengan sendirinya tanpa Dia atau hidup tanpa Dia. Dan Dia meliputi keadaan semua makhluk, tetapi tidak dapat dikatakan bagaimana sistim meliputnya itu. Dia adalah Nur bagi segala sesuatu yang ada langit dan di bumi. Dan setiap nur-Nya memancarkan cahaya melalui tangan-Nya. Dan merupakan pantulan nur dari Zat-Nya. Dia adalah Pengayom semua ‘Alam. Tidak ada suatu ruh yang tidak memperoleh pengayoman dari pada-Nya dan datang dengan sendirinya. Tidak ada ruh yang mempunyai kekuatan yang tidak diperoleh dari pada-Nya dan datang dengan sendirinya. Dan Rahmat-Nya terdiri dari dua macam. Pertama, yang zahir dan kekal sejak dahulu di luar hasil karya seseorang, misalnya langit dan bumi, matahari dan bulan serta bintang, air dan api atau udara serta semua zarrah alam semesta yang di ciptakan untuk kesenangan kita. Begitu juga barang-barang yang kita perlukan, semua telah diciptakan sebelum kita sendiri lahir kedunia. Tanpa suatu amal atau kerja apapun dari kita. Siapa yang berani berkata bahwa matahari telah tercipta hasil kerja seseorang. Atau bumi telah dibuat karena hasil kerja baik seseorang? Pendeknya hal itu semua adalah Rahmat yang telah tersedia sebelum manusia lahir kedunia, bukan hasil karya seseorang. Rahmat kedua adalah, yang berkaitan dengan amal. Jika seseorang berbuat amal baik, maka ia akan menerima ganjarannya yang baik. (Lecture Lahore, Ruhani Khaza’in, Jld. 20, Hal.152-153)  
Untuk sampai kepada Tuhan hanya ada satu jalan pada zaman ini. Jalan itu adalah zat Hadhrat Rasulullah saw. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “ Ruh kita dan semua partikel wujud kita bersujud di hadapan Allah Ta’ala Yang Maha Perkasa, Maha Benar dan Maha Sempurna. Yang dari Tangan-Nya setiap ruh dan setiap zarrah makhluk bersama semua kekuatannya telah zahir. Dan melalui Wujud-Nya setiap wujud telah berdiri. Benda apapun tidak berada diluar pengetahuan-Nya, diluar Pengawasan-Nya atau di luar penciptaan-Nya. Beribu-ribu salam, berkat dan rahmat semoga turun kepada Nabi Suci Muhammad saw yang dengan perantaraan beliau saw kita telah mendapatkan Tuhan Yang Hidup, Yang telah membuktikan penampakan Wujud-Nya sendiri melalui Kalam-Nya. Dan dengan menunjukkan Tanda-Nya yang luar biasa telah menampilkan wajah-Nya yang cemerlang yang memiliki kekuatan yang kekal dan sempurna. Maka kita telah mendapatkan seorang Rasul yang telah mempertemukan kami dengan Tuhan. Yakni Tuhan Yang telah menciptakan setiap makhluk dengan kekuatan-Nya yang Sempurna. Alangkah agungnya kekuatan yang Dia miliki. Yang tanpa Dia tidak ada suatu benda apapun yang bisa terwujud. Dan tanpa dukungan-Nya tidak ada suatu benda apapun yang bisa berdiri. Dia Tuhan Kita Yang Benar, memiliki berkat-berkat dan kekuatan-kekuatan yang tidak terhitung banyaknya. Dan Memiliki keindahan dan kebaikan yang itdak terhitung banyaknya. Tidak ada Tuhan lain kecuali Dia. (Nasim-e-Da‘wat, Ruhani Khaza’in, Jld.19, Hal. 363)
Mengenai manusia yang tidak percaya kepada Allah Ta’ala, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: ” Zat Allah Ta’ala, ghaibul-ghaib, sangat tersembunyi dan tidak dapat diketahui hanya melalui kekuatan akal-insaniyat. Dan tidak ada dalil-dalil akal untuk membuktikan kepastian wujud-Nya, sebab jalannya kekuatan akal dan usaha hanya sejauh memikirkan terhadap perlu adanya Pencipta Alam semesta ini. Akan tetapi perasaan ‘perlu ada’ lain halnya dan untuk mencapai keyakinan yang pasti bahwa telah diakui perlu adanya wujud Tuhan itu, hakikatnya memang Dia ada, lain lagi halnya. Dan oleh karena cara kerja akal itu lemah, tidak sempurna dan juga diragukan, maka setiap filsafah hanya menggunakan akal semata tidak dapat mengenal Wujud Tuhan secara pasti. Bahkan kebanyakan orang yang berusaha mengenal Tuhan hanya menggunakan akal belaka, akhirnya mereka menjadi atheist (tidak bertuhan). Dan merenungkan penciptaan langit dan bumi sedikitpun tidak dapat memberi faedah apapun. Dan mentertawakan serta mencemoohkan orang-orang suci milik Tuhan. Salah satu hujjah atau argumentasi mereka adalah; “Di dunia terdapat ribuan benda atau barang yang tidak memberi faedah apapun kepada kami dan menurut penelitian akal kami penciptaan seperti itu tidak membuktikan adanya wujud  pencipta. Melainkan adanya wujud-wujud itu semata-mata sia-sia dan secara bathil.” Sangat disesalkan sekali! Orang-orang itu sungguh tidak berakal sehingga tidak mengerti bahwa kurangnya ilmu bukan berarti menentang adanya wujud itu. Di zaman sekarang ini terdapat ratusan ribu manusia seperti itu yang menganggap diri mereka sebagai pakar (ahli) filsafat berakal nomer wahid. Dan sangat menentang sekali adanya Wujud Allah Ta’ala. Sekarang jelaslah, jika mereka mendapat dalil akal yang kuat untuk membuktikan adanya wujud Tuhan, tentu mereka tidak akan menolak adanya Wujud Allah Ta’ala. Dan jika seandainya mereka telah menemukan suatu dalil akal yang meyakinkan mengenai Wujud Allah Ta’ala, tentu mereka tidak menolak sambil mencemoohkan dan mentertawakan Wujud Allah Ta’ala dengan cara yang sangat memalukan sekali. Oleh sebab itu, tidak akan ada orang yang duduk diatas sampan para pakar filsafat yang dapat terlepas dari hembusan taufan keraguan, melainkan pasti akan tenggelam di dalamnya. Dan sekali-kali mereka tidak akan memperoleh minuman syarbat Tauhid Ilahi yang murni. Sekarang fikirlah! Betapa bathil dan bau menusuk hidung pendapat ini bahwa, beriman kepada Tauhid Ilahi dapat diperoleh tanpa melalui perantaraan Hadhrat Muhammad saw, dan manusia memperoleh najat tanpa melalui perantaraan beliau saw. Bagaimana bisa memperoleh keyakinan tentang Tauhid Ilahi jika tidak yakin secara sempurna terhadap wujud Tuhan? Maka yakinlah, bahwa beriman terhadap Tauhid Ilahi dapat diperoleh hanya melalui perantaraan seorang Nabi. Sebagaimana Nabi kita Hadhrat Muhammad saw telah meyakinkan ribuan orang-orang Arab tidak bertuhan dan para musyrik pemuja berhala terhadap wujud Tuhan Yang Mahakuasa dengan jalan menunjukkan Tanda-tanda samawi kepada mereka. Sampai sekarang, para pengikut sejati dan setia Hadhrat Rasulullah saw menunjukkan Tanda-tanda itu kepada para atheist, orang-orang tidak bertuhan. Hal sesungguhnya adalah, selama manusia tidak menyaksikan kekuatan-kekuatan yang hidup dari Tuhan Yang Hidup, Syaitan tidak mau keluar dari dalam lubuk hati-nya. Dan tidak pula Tauhid Sejati dapat masuk kedalam lubuk hatinya. Bahkan tidak pula percaya sepenuhnya tentang adanya Wujud Tuhan. Tauhid Suci dan Sempurna ini hanya dapat diraih melalui perantaraan Hadhrat Rasulullah saw.  (Haqiqat-ul-Wahi, Ruhani Khaza’in, Jld. 22, Hal. 120-121, Essence of Islam, Jld. I, Hal. 40-41)
Mengenai keimanan yang sejati terhadap Tuhan, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Di dalam wujud Tuhan kita terdapat keajaiban-keajaiban yang tak terhingga banyaknya. Akan tetapi hanya merekalah yang menjadi kepunyaan Dia berkat ketulusan serta kesetiaan mereka, dapat melihat keajaiban-keajaiban itu. Dia tidak menampakkan keajaiban-keajaiban itu kepada orang yang tidak mempercayai kekuasaan-Nya dan tidak setia kepada-Nya dengan hati yang sesuguhnya.  Sungguh malang orang yang hingga kini tidak mengetahui bahwasanya ia mempunyai satu Tuhan Yang berkuasa atas tiap sesuatu! Surga kita adalah Tuhan kita. Pada Zat-Nya terletak segala kelezatan yang selezat-lezatnya; sebab, kami melihatnya dan segala keindah-permaian terdapat pada Wujud-Nya. Harta ini patut dimiliki walaupun harus dengan mempertaruhkan jiwa dahulu. Ratna mutu manikam ini patut dibeli sekalipun harus meniadakan segala wujud kita. Wahai, orang-orang yang mahrum! Bergegaslah lari menuju sumber mata air ini agar dilepaskan-Nya dahagamu. Inilah sumber mata air kehidupan yang bakal menyelamatkan kamu. Apakah gerangan yang harus kuperbuat dan bagaimanakah harus kusampaikan berita ini kepada setiap kalbu manusia? Dengan genderang bagaimana coraknya harus kucanangkan di lorong-lorong supaya orang-orang dapat mendengar bahwa Tuhan  itu ada? Dengan obat apakah harus kusembuhkan telinga-telinga orang supaya terbuka untuk mendengarnya? (Ajaranku Hal. 28-29)
Semoga Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita semua, dalam mengikuti Hadhrat Imam Zaman, pencinta sejati Hadhrat Rasulullah saw untuk menyampaikan amanat Tuhan Yang Hidup kepada dunia dan semoga kita mampu membuat mereka yakin terhadap Tuhan Yang Hidup, Yang sampai sekarang masih mendengar dan menunjukkan Tanda-tanda-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya. Dan semoga kita juga memperoleh taufiq untuk selalu menjalin hubungan erat dengan Tuhan Yang Hidup dan mengamalkan ajaran-ajaran-Nya, menunaikan hak ibadah kepada-Nya. Dan semoga kita memperoleh taufiq dari Allah Ta’ala untuk memahami betul-betul sifat-sifat-Nya agar kita dan semua anak keturunan dari anak keturunan kita juga selalu menjadi pewaris ni’mat-ni’mat-Nya. Dan semoga kita semua selalu mendapat perlindungan dan keselamatan dari pada-Nya. Amin !!!
Alihbahasa Hasan Basri