اَشْهَدُ
اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَمَّا
بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ o الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ oملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ o اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُo
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَo صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْ عَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَo
Di dalam
Khutbah hari ini saya akan mengemukakan beberpa kutipan dari tulisan-tulisan
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkenaan dengan penjelasan-pnjelasan tentang
hakikat, kedudukan dan martabah Allah Ta’ala yang Mahakuasa. Sebagai Pemilik
segala kekuatan dan sebagai Tuhan Yang Maha Esa, dan Dia-lah Pencipta segala
makhluk. Beliau menjelaskan bahwa sarana untuk dapat sampai kepada Tuhan
Sekalian ‘Alam hanyalah Hadhrat Muhammad Rasulullah saw.
Hanya melalui perantaraan beliau-lah manusia dapat sampai kepada Tuhan. Beliau menjelaskan bahwa untuk dapat menyaksikan segala kudrat (kekuatan) Allah Ta’ala manusia harus tunduk dengan hati yang murni dan ibadah dengan ikhlas kepada-Nya. Jika manusia berbuat demikian maka Allah Ta’ala akan berlari merangkulnya kemudian melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadanya. Maka dengan penuh ghairah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Ikatlah hubungan seperti itu dengan Allah Ta’ala agar dapat menjalani kehidupan yang layak diterima-Nya di dunia dan di akhirat nanti. Di satu tempat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai hahikat Allah Ta’ala yang di dipersembahkan oleh Agama Islam beliau bersabda:” Allah Ta’ala adalah nur Langit dan Bumi. Setiap nur atau cahaya yang nampak di setiap ketinggian dan di setiap lembah, apakah di dalam arwah atau di dalam jasmani, apakah pribadi ataupun ghair pribadi, apakah zahiri ataupun bathini, apakah di dalam pikiran atau diluar pikiran, semuanya adalah anugerah karunia-Nya. pendeknya setiap nur sumbernya adalah dari Allah Ta’ala. Dan Allah Ta’ala sendiri adalah Nur. Hal ini menunjukkan bahwa luasnya Karunia Allah Rabbul ‘Alamin meliputi semua benda. Tidak ada suatu benda-pun yang kosong dari percikan karunia-Nya. Dialah Tuhan sumber segala Karunia, sumber utama segala Cahaya dan sumber semua mata air Rahmat. Zat Hakiki-Nya sumber penegak sekalian ‘Alam dan sumber pelindung bagi semua yang tinggi dan yang rendah. Dia-lah, Yang telah mengeluarkan segala sesuatu dari kegelapan yang tiada wujud dan menganugerahkan jubah wujud terhadap segala sesuatu. Tidak ada wujud lain kecuali Wujud-Nya. Yakni tidak ada wujud lain yang kekal atau yang selamanya tidak menerima Karunia-Nya. Langit dan Bumi, manusia dan haiwan, batu-batuan dan pepohonan, ruhani dan jasmani semua telah terwujud melalui Karunia-Nya. (Barahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Vol. 1, pp. 191-192, footnote, Essence of Islam, Vol. I, p. 38)
Hanya melalui perantaraan beliau-lah manusia dapat sampai kepada Tuhan. Beliau menjelaskan bahwa untuk dapat menyaksikan segala kudrat (kekuatan) Allah Ta’ala manusia harus tunduk dengan hati yang murni dan ibadah dengan ikhlas kepada-Nya. Jika manusia berbuat demikian maka Allah Ta’ala akan berlari merangkulnya kemudian melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadanya. Maka dengan penuh ghairah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Ikatlah hubungan seperti itu dengan Allah Ta’ala agar dapat menjalani kehidupan yang layak diterima-Nya di dunia dan di akhirat nanti. Di satu tempat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai hahikat Allah Ta’ala yang di dipersembahkan oleh Agama Islam beliau bersabda:” Allah Ta’ala adalah nur Langit dan Bumi. Setiap nur atau cahaya yang nampak di setiap ketinggian dan di setiap lembah, apakah di dalam arwah atau di dalam jasmani, apakah pribadi ataupun ghair pribadi, apakah zahiri ataupun bathini, apakah di dalam pikiran atau diluar pikiran, semuanya adalah anugerah karunia-Nya. pendeknya setiap nur sumbernya adalah dari Allah Ta’ala. Dan Allah Ta’ala sendiri adalah Nur. Hal ini menunjukkan bahwa luasnya Karunia Allah Rabbul ‘Alamin meliputi semua benda. Tidak ada suatu benda-pun yang kosong dari percikan karunia-Nya. Dialah Tuhan sumber segala Karunia, sumber utama segala Cahaya dan sumber semua mata air Rahmat. Zat Hakiki-Nya sumber penegak sekalian ‘Alam dan sumber pelindung bagi semua yang tinggi dan yang rendah. Dia-lah, Yang telah mengeluarkan segala sesuatu dari kegelapan yang tiada wujud dan menganugerahkan jubah wujud terhadap segala sesuatu. Tidak ada wujud lain kecuali Wujud-Nya. Yakni tidak ada wujud lain yang kekal atau yang selamanya tidak menerima Karunia-Nya. Langit dan Bumi, manusia dan haiwan, batu-batuan dan pepohonan, ruhani dan jasmani semua telah terwujud melalui Karunia-Nya. (Barahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Vol. 1, pp. 191-192, footnote, Essence of Islam, Vol. I, p. 38)
Ulasan mengenai
Allah Ta’ala Maha Tunggal tanpa Syarikat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “
Dari segi akal, syirik terdiri dari empat macam. Pertama; boleh jadi
karena jumlah, kedua; karena martabah, ketiga; karena keturunan, keempat;
karena amal dan kesannya. Maka di dalam Surah Al Ikhlas telah dijelaskan bahwa
Allah Ta’ala suci-bersih dari ke-empat macam syirik itu. Dan dijelaskan secara
terbuka bahwa Dia Tunggal dalam jumlah. Bukan dua atau tiga. Dia adalah Shamad
artinya, Dia Esa, Tempat semua makhluk bertumpu atau bergantung. Dia menjelma
dengan sendiri-Nya, Dia kekal abadi, sedangkan semua makhluk fana tidak kekal,
dan semua makhluk bergantung kepada-Nya. Dan Dia adalah
yakni Dia tidak beranak yang bisa mengaku
sebagai Syarikat-Nya. Dia adalah
yakni
Dia tidak berbapak sebagai sekutu dalam kekuasaan-Nya. Dan Dia adalah
yakni
tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya yang menjadi sekutu di dalam
pekerjaan-Nya. Dengan demikian telah dijelaskan bahwa Allah Ta’ala adalah suci
bersih dari ke-empat macam syarikat (sekutu) itu dan Dia adalah Tunggal tanpa
sekutu. (Barahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Vol. I, Jld 1, Hal. 518, foot note 3).



Dalam hal ini
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa, syirik terletak kepada salah satu
dari pada empat macam syirik menurut akal. Yakni dalam jumlah, bisa seseorang
menyekutukan Allah swt dengan satu, dua, tiga atau empat wujud. Kedua, dalam
martabah atau kedudukan. Ketiga dengan keturunan atau keluarga. Keempat,
kekuatan atau kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dan menegakkan kesan
atau pengaruhnya. Beliau a.s. menjelaskan bahwa Allah Ta’ala suci-bersih dari
ke-empat macam syirik itu. Di dalam Surah (Al Ikhlas) itu Allah Ta’ala telah
menjelaskan dengan gamblang bahwa Allah Ta’ala adalah Tunggal. Dari segi jumlah
Dia hanya satu, bukan dua, tiga atau empat. Dia adalah
As Shamad,
yakni Dia-lah Yang diperlukan setiap waktu oleh semua makhluk, apabila manusia
memerlukan sesuatu, kepada Dia-lah harapan ditujukan. Dan memang Dia-lah Yang
berhak harus dituju. Tidak ada wujud lain serupa dengan Dia. Tidak ada yang
sama dengan Dia Yang mampu menyediakan segala keperluan makhluk. Apakah
sebabnya, tidak ada wujud yang seperti dengan-Nya, yang dapat memenuhi semua
keperluan? Beliau a.s. menjelaskan sebabnya bahwa; Selain dari Dia setiap benda
adalah fana, tidak kekal, pada suatu waktu akan lenyap. Yakni, setiap wujud
adalah makhluk ciptaan, akan mengalami kemusnahan, sedangkan Tuhan sejak dahulu
kekal, dan akan kekal selama-lamanya. Jadi, disebabkan ciptaan dan mengalami
kemusnahan, semua makhluk sifatnya sementara, hanya untuk beberapa waktu
tertentu. Disebabkan sifatnya sementara itu, makhluk tidak dapat menyediakan
segala keperluannya sendiri atau-pun bagi yang lain. Maka, makhluk yang tidak mampu
menyediakan semua keperluannya, dia sendiri memerlukan satu Tuhan, Yang Kekal
untuk selama-lamanya. Tuhan Yang telah menyatakan bahwa Aku telah menyediakan
semua barang keperluan untuk mengayomi semua makhluk, Dia-lah Tuhan Yang
kepada-Nya semua makhluk bergantung. Dan memang harus kepada-Nya lah semua
makhluk bergantung. Jadi, itulah sebabnya yang telah dijelaskan tentang
As Shamad dengan rinci. Ketiga,
mengenai keturunan atau keluarga, Allah Ta’ala berfirman
yakni, tidak mempunyai suatu anak.
yakni,
tidak mempunyai suatu bapak. Maka, Tuhan adalah suci-bersih dari keturunan atau
keluarga. Oleh sebab itu tidak ada yang bisa menjadi sekutu bagi-Nya. Ke-empat,
Allah Ta’ala berfirman:
yakni, tidak ada yang dapat menyamai dalam
pekerjaan-Nya. Maka, apabila tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang dapat
menyamai pekerjaannya dan tidak ada pula yang mampu membawa hasil dan kesan
seperti yang Tuhan lakukan. Manusia dunia juga yang pada umumnya dengan melihat
hasil pekerjaan mereka, dengan bangga berkata: Aku telah berhasil mengerjakan
ini dan itu. Sebenarnya untuk mencapai hasil pekerjaannya itu tidak terletak
pada kemampuan dirinya sendiri, melainkan dibawah undang-undang ‘alam semesta
manusia memperoleh hasil sesuai dengan kerja-kerasnya. Tuhan sebagai Rabb juga,
Rahman dan Rahim juga, sebenarnya manusia menerima hasil karyanya itu sebagai
karunia dari Rabbubiyyat dan Rahmaniyyat Tuhan. Maka, alangkah malangnya nasib
manusia yang tidak berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan, padahal Dia telah
berlaku Ihsan kepada-nya, malah sebaliknya kebanyakan manusia semakin menjauh
dari pada Tuhan Rabb sekalian ‘Alam.





Dalam memberi
penjelasan berkenaan dengan kemuliaan Tuhan, sebagai Pemilik segala kekuatan
beliau bersabda:” Di dalam Alqur’anul Karim Allah Ta’ala berfirman tentang
keagungan-Nya: 


(Al
Ihlas:2-5). Yakni; Katakanlah! Tuhan kalian adalah Allah, Yang Maha Esa, Yang
dalam zat-Nya dan sifat-Nya Wahid. Tidak ada zat lain seperti Zat-Nya yang
Kekal Abadi dan tidak pula ada sifat suatu benda yang serupa dengan sifat-Nya.
Untuk Ilmu manusia, diperlukan seorang muallim, yakni untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan diperlukan orang yang mengajarkan ilmu itu kepada manusia. Dan
ilmunya-pun terbatas. Ilmu apapun yang dihasilkannya sifatnya terbatas. Akan
tetapi ilmu Allah Ta’ala tidak memerlukan seorang mu’allim dan ilmu-Nya tidak
terbatas. Yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya, Dia tidak beranak dan
tidak diperanakkan. Pendengaran manusia memerlukan udara, tanpa udara manusia
tidak dapat mendengar, dan terbatas.
Namun pendengaran Tuhan dengan kekuatan Zat-Nya sendiri dan tidak
terbatas, tidak diperlukan bantuan udara. Penglihatan manusia memerlukan
matahari atau suatu cahaya. Dan terbatas, dapat melihat hanya sampai batas
jarak tertentu. Namun penglihatan Allah Ta’ala melalui cahaya Zat-Nya sendiri
dan tidak terbatas. Begitu juga kekuatan manusia menciptakan sesuatu memerlukan
suatu benda madiah. Dan untuk itu memerlukan waktu dan juga terbatas. Akan
tetapi kekuatan Allah Ta’ala untuk menciptakan sesuatu tidak memerlukan suatu
benda madiah, tidak memerlukan waktu dan tidak pula terbatas. Sebab semua
Sifat-sifat-Nya tidak ada tara bandingannya.
Dan sebagaimana Wujud-Nya tidak ada yang menyerupainya, sifat-Nya juga tidak
ada yang menyerupainya. Jika salah satu sifat-Nya lemah, tentu semua
sifat-sifat-Nya juga lemah. Karena itu Tauhid-Nya tidak akan bisa tegak, selama
seperti Zat-Nya sendiri, semua sifat-sifat-Nya tidak ada yang serupa dan
menyerupainya. Beliau a.s. bersabda: Selanjutnya maksud dari ayat tersebut di
atas adalah, Tuhan bukan anak seseorang, tidak ada pula seseorang menjadi
anak-Nya. Sebab Dia adalah Ghani, yakni Mandiri, Dia tidak memerlukan bapak
maupun anak. Itulah Tauhid yang telah diajarkan oleh Alqur’an, sebagai dasar
iman. (Lecture Lahore ,
Ruhani Khaza’in, jld. 20/152-155, Essence of Islam, Jld. I/ 46-47)




Dalam
menjelaskan dalil akal tentang ke-Esaan Allah Ta’ala, Hadhrat Masih Mau’ud a.s.
bersabda:” Setelah itu Al Qur’an ul Karim mengemukakan sebuah dalil tentang
ke-Esaan Allah Ta’ala dan tanpa sekutu, firman-Nya :
Yakni:
Dan sekiranya di dalam kedua langit dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah,
pasti binasalah kedua-duanya. (Al Anbiy:23). Kemudian firman-Nya lagi: 
Yakni:
Tiada tuhan lain beserta Dia (Al Mu’min : 92) Yakni, jika sekiranya di dalam
langit dan bumi keduanya ada tuhan-tuhan selain Allah, yang memiliki
sifat-sifat kamilah atau sempurna, pasti binasalah kedua-duanya. Sebab pasti
kedua buah jema’at itu akan berselisih satu sama lain, sehingga disebabkan
perselisihan itu alam semesta akan terlibat kedalam kekacauan. Dan lagi jika
masing-masing mempunyai penciptanya sendiri, maka setiap pencipta menghendaki
kesejahteraan makhluk-nya sendiri dan demi kesenangan-nya, dia akan menganggap
patut untuk menghancurkan yang lain. Maka, hal itu juga akan menjadi penyebab
binasanya alam semesta. (Barahin-e-Ahmadiyya, Ruhani Khaza’in, Jld I, Hal. 518,
sub-footnote 3)



Itulah
dalil-dalil tentang Wujud Tuhan yang kami tuliskan sebagai contoh. Kemudian
hendaklah diketahui bahwa Tuhan yang kearah-Nya Al Qur’anul Karim menghimbau
kita Sifat-sifat-Nya telah ia jelaskan kepada kita sebagai berikut;
(Al Hasyr;23) 



(Al Fatihah:4)

(Al
Hasr:24) 





(Al
Hasyr:25)







(Al
Baqarah:21) 

(Al
Fatihah:2-4) 





(Al
Baqarah: 187) 

(Al
Baqarah: 256)

(Al Ikhlas:
2-5) 






Yakni, Dia adalah
Tuhan Yang Maha Esa, dan tiada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang patut disembah
dan dita’ati kecuali Dia (Al Hasyr:23) Hal ini ditegaskan demikian sebab, jika
seandainya Dia bukan sesuatu yang tanpa sekutu, mungkin saja kekuatan-Nya dapat
ditaklukkan oleh kekuatan musuh-Nya.
Dalam keadaan demikian posisi Ketuhan akan selalu berada dalam ancaman bahaya.
Dan firman-Nya ini bahwa: Selain Dia, tidak ada yang patut disembah, artinya
Dia adalah Tuhan Yang Kamil, yang sifat-sifat-Nya, kemuliaan-Nya dan
ke-sempurnaan-Nya, demikian tinggi dan agung, jika kita hendak memilih satu
tuhan atau berpikir di dalam hati sifat Allah Ta’ala yang paling baik dan
tinggi, maka Dialah yang paling tinggi, tidak ada yang mengunggulinya, maka
Dia-lah Tuhan Yang apabila menganggap rendah dan lemah beribadah kepada-Nya
merupakan perbuatan zalim besar. Sebab Dia adalah Tuhan yang tidak dapat disekutukan
dengan benda apapun. Kemudian Dia berfirman:
‘Alimul
Ghaib. Yakni, Dia-lah Yang mengetahui Wujud-Nya sendiri. Tidak ada yang
dapat menguasai Wujud-Nya. Kita dapat menyaksikan matahari, bulan, bintang dan
semua makhluk seluruhnya. Akan tetapi kita tidak dapat menyaksikan seluruh
Wujud Tuhan. Yakni, kita dapat melihat semua benda zahir namun tidak dapat
melihat Tuhan dalam bentuk zahir. Firman-Nya lagi:
‘Alimusy
Syahadah, Yakni tidak ada suatu benda tersembunyi dari penglihatan-Nya.
Tidak bisa dianggap bahwa Dia lengah terhadap sesuatu. Dia melihat setiap
zarrah di alam dunia ini. Akan tetapi manusia tidak dapat melihatnya. Dia tahu,
kapan dunia ini akan Dia hancurkan dan kapan Kiamat akan Dia ciptakan. Tidak
ada yang tahu tentang kejadian itu semua kecuali Dia. Maka Dia-lah Tuhan Yang
mengetahui dan Yang menguasai semua kekuatan. Firman-Nya:
Yakni;
Dia Maha Pemurah. Yakni sebelum wujud hewan-hewan dan sebelum timbul
perkembangan dari mereka, disamping karunia-Nya yang murni, bukan karena maksud
tertentu dan bukan pula sebagai buah dari suatu amal perbuatan, Dia menyediakan
barang-barang keperluan bagi setiap makhluk. Misalnya, matahari, bumi, dan
wujud semua benda-benda lain, sebelum wujud kita tercipta dan sebelum timbul
suatu perkembangan dari kita, semua telah diciptakan bagi kita. Semua anugerah
ini disebut Rahmaniyyat di dalam Kitab Suci Allah Ta’ala. Karena
karya-Nya itu Allah Ta’ala disebut
Yakni,
semua keperluan makhluk telah Dia sediakan sebelumnya. Selanjutnya berfirman:
(Ar
Raheem). Yakni Allah Ta’ala memberi ganjaran yang paling baik terhadap amal
baik. Dan Dia tidak mensia-siakan usaha keras siapapun. Dan karena amal-Nya ini
Dia disebut
sedangkan dari segi sifat-Nya disebut Rahimiyyat.
Selanjutnya berfirman:
Yakni:
Pemilik Hari Pembalasan. (Al Fatihah:4) Yakni ganjaran setiap orang terletak di
tangan Tuhan. Tidak ada suatu petugas yang diserahi pekerjaan untuk mengurus
Pemerintahan-Nya, di langit maupun di bumi. Tidak diperlukan penolong, kemudian
Dia duduk santai sendirian, tidak melakukan suatu apapun, semua diserahkan
kepada petugas untuk memberi ganjaran atau hukuman kepada setiap orang, di alam
dunia ataupun di Hari Kemudian.) Semua ganjaran atau pembalasan setiap orang di
bawah kuasaan-Nya sendiri (Al Fatihah:4)








Kemudian
berfirman: 
Artinya: Maha Berdaulat, Yang Maha Suci (Al
Hasyr:24) Yakni Dia adalah Raja, Yang tidak mempunyai suatu ‘aib atau noda
apapun. Adalah jelas, bahwa Kerajaan manusia tidak lepas dari ke‘aiban. Sedikit
banyak mesti ada kelemahan-kelemahan padanya. Misalnya, seandainya semua rakyat
beramai-ramai hijrah dari Negara mereka kenegara lain, maka kedaulatan Raja di
Negara itu akan habis. Atau, seandainya jika semua rakyatnya ditimpa kelaparan,
maka dari manakah akan diperoleh upeti atau Anggaran Belanja bagi Negara itu?
Orang-orang yang biasa memberi pajak, dari mana mereka bisa membayar pajak
kepada Negara? Jika rakyat mulai memperso’alkan kelebihan Raja dari mereka,
kekuasaan apa yang dapat dibuktikan oleh Raja kepada mereka? Jika rakyat mulai
menentang Raja, bagaimana tindakan yang akan diambilnya? Seperti kejadian yang
sekarang kita saksikan di berbagai Negara. Berapa banyak kerusuhan sedang
terjadi. Rakyat sedang berperang menentang Pemerintah mereka sendiri. Ingatlah,
bahwa Kerajaan Allah Ta’ala tidak demikian keadaannya. Dengan serempak dapat
Dia hancurkan seluruh Negara, kemudian Dia ciptakan kembali makhluk-makhluk
lain di sana .
Jika Tuhan tidak Khaliq dan Qadir seperti itu, maka Kerajaan-Nya tidak akan
dapat bertahan tanpa melakukan kezaliman. Sebab, setelah satu kali mema’afkan
serta memberi jaminan keselamatan kepada dunia, dari mana Dia akan membawa dunia
lain lagi? Apakah Dia akan menangkap lagi orang-orang yang telah diselamatkan
itu untuk Dia kirim kembali ke dunia, dan memberi ma’af serta keselamatan
kembali dengan zalim? Dalam situasi demikian kedudukan-Nya sebagai Tuhan akan
jauh berbeda. Seperti keadaan Raja-raja
dunia yang sudah bernoda membuat undang-undang bagi rakyat mereka. Kemudian
murka karena perkara-perkara keccil. Dan ketika melihat peluang demi
mempertahankan posisi mereka sendiri,
undang-undang itu tidak dapat dilancarkan tanpa melakukan kezaliman, maka
kezaliman itu dianggap-nya suatu barang halal. Tanpa kezaliman tidak ada cara
lain yang harus dilakukan, maka dengan mengagap halal, kezaliman itu dilakukan
dengan senang hati seperti seorang anak meminum air susu ibunya. Lihatlah sekarang
bagaimana kezaliman yang sedang dilakukan oleh banyak pemimpin Bangsa di dunia.
Selanjutnya beliau bersabda: Mungkin saja dianggap boleh menurut undang-undang
menghancurkan sebuah kapal kecil mengangkut penumpang, ditenggelamkan demi
menyelamatkan sebuah kapal besar. Akan tetapi keadaan terpaksa seperti itu
tidak akan terjadi dengan Tuhan, dan memang tidak boleh terjadi demikian. Jadi,
seandainya Allah Ta’ala bukan Zat Qadir, Pemilik segala Kekuatan dan tidak
memiliki kekuatan menciptakan sesuatu
yang tiada, maka Dia akan bertindak seperti raja-raja lemah tidak
berdaya, yang menggunakan kezaliman untuk menegakkan kekuasaan, atau berlaku
adil tetapi melepaskan sifat Ketuhanan-Nya. Justeru bahtera Tuhan beserta
segala kodrat-Nya melaju dengan anggun di atas keadilan sejati. Kemudian
firman-Nya:
Yakni, Dia-lah Tuhan Yang
terpelihara dari segala ‘aib, musibah dan kesulitan. Justeru Dia-lah Pemberi
Keselamatan. Maksudnyapun jelas, sebab seandianya Dia sendiri tertimpa
musibah-musibah atau dipukuli orang-orang dan rencana-rencana-Nya tidak
berjaya, maka dengan melihat keburukan itu bagaimana mungkin manusia akan
merasa tenang hatinya bahwa Tuhan yang semacam itulah yang akan melepaskan
mereka dari musibah-musibah?



Selanjutnya berkenaan
dengan sembahan-sembahan palsu, Allah Ta’ala berfirman: 




Yakni; Mereka yang kamu anggap sebagai Tuhan,
keadaannya adalah demikian; jika mereka semua bersatu lalu ingin menciptakan
seekor lalat, sampai kapan-pun mereka tidak akan dapat menciptakannya, walaupun
mereka saling membantu. Bahkan jika lalat itu merampas sesuatu milik mereka,
maka mereka tidak kuasa untuk mengmbilnya kembali dari lalat itu. Orang-orang
yang menyembah mereka, akalnya lemah dan yang disembahpun kekuatannya tidak
berdaya. Apakah Tuhan itu demikian? Tuhan adalah Dia Yang lebih Perkasa dari
segala yang perkasa dan Unggul atas semuanya; tidak ada yang dapat
menangkap-Nya maupun memukul-Nya. Orang-orang yang terlibat dalam
kesalahan-kesalahan serupa itu tidaklah mengenal nilai Tuhan dan tidak tahu
Tuhan itu seharusnya yang bagaimana (Al Haj: 74-75)






Kemudian
firman-Nya: Tuhan adalah Sang Pemberi keamanan dan yang menegakkan dalil-dalil tentang
kesempurnaan-Nya dan Tauhid-Nya. Hal ini mengisyarahkan bahwa orang yang
beriman kepada Tuhan sejati tidak akan malu dihadapan orang ramai (banyak), dan
tidak pula akan malu di hadapan Tuhan. Sebab ia memiliki dalil-dalil yang kuat.
Akan tetapi orang yang percaya kepada tuhan palsu berada dalam kesulitan besar.
Dia bukan mengemukakan dalil-dalil, justeru dia menjadikan seluruh perkara
sia-sia itu sebagai rahasia supaya jangan sampai ditertawakan orang dan dia
ingin menyembunyikan kekeliruan-kekeliruan yang telah terbukti benar
kenyataannya. Kemudian Dia berfirman
lagi: 
Dia
adalah Pelindung bagi semua. Penjaga bagi semua dan Pembetul kembali yang
terlanjur rusak dan Dia sungguh Mandiri (Al Hasyr:24) Kemudian firman-Nya
lagi: 
Yakni,
Tuhan Pencipta badan dan juga Pencipta Ruh. Pencipta rupa bayi di dalam rahim.
Semua nama-nama yang indah yang dapat dibayangkan, Dia-lah Pemiliknya. (Al
Hasyr: 25) Firman-Nya lagi sebagai berikut: ‘

Yakni, Semua penghuni Langit juga menyanjung
kesucian-Nya, begitu juga penghuni Bumi menyanjung-Nya. Di dalam ayat ini
mengisyarahkan bahwa, di dalam badan-badan angkasa luar juga terdapat penduduk
dan mereka juga patuh menta’ati hukum-hukum Tuhan. (Al Hasyr:25) Firman-Nya
lagi:
Tuhan adalah Maha Kuasa atas segala
sesuatu(Al Baqarah:21) Ini merupakan ketenteraman bagi para penyembah, sebab
jika Tuhan itu lemah dan tidak kuasa, maka apalah yang dapat diharapkan dari
tuhan seperti itu? Dan firman-Nya; 

Yakni,
Dia-lah Tuhan Pemelihara sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang, Dia
sendirilah Pemilik Hari Pembalasan. Wewenang itu tidak diserahkan-Nya kepada
siapapun.(Al Fatihah:2-4)
Yakni Dia mendengar dan menjawab seruan
setiap penyeru-Nya, yakni mengabulkan do’a-do’a (Al Baqarah: 187). Kemudian
berfirman lagi:
Yakni:
Dia-lah Yang Hidup selama-lamanya dan Sumber segala kehidupan serta Tumpuan
segala wujud (Al Baqarah: 256). Hal ini dikatakan demikian sebab seandainya Dia
tidak kekal abadi, maka berkenaan dengan hidup-Nya pun akan tetap diragukan,
bahwa jangan-jangan Dia sudah mati
sebelum kita. Dan kemudian difirmankan bahwa: Dialah Tuhan Yang Esa; bukan anak
siapapun dan tidak pula ada anak-Nya tidak ada yang menyamai-Nya dan tidak ada
yang sejenis dengan-Nya. (Al Ikhlas: 2-5) (Filsafat Ajaran Islam Hal.74-80)













Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. bersabda:” Tujuan pokok dari semua perintah Agama Islam adalah
menjelaskan keindahan sejati yang terkandung di dalam lafadz Islam (
). Demi tujuan ini Al Qur’anul Karim
mengandung ajaran-ajaran yang mengimbau manusia untuk mencintai Allah Ta’ala.
Menunjukkan keindahan-Nya kepada kita dan mengingatkan kita terhadap
ihsan-ihsan (kebaikan-kebaikan)-Nya. Sebab kecintaan itu kadang-kadang timbul
karena ingat kepada keindahannya langsung tertanam di dalam lubuk hati atau
karena ingat kepada kebaikan-kebaikannya. Maka tersirat di dalam Al Qur’an
bahwa dari semua segi keagungan atau kemuliaan-Nya, Tuhan adalah Tunggal tidak
ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak mempunyai suatu kekurangan atau kelemahan. Dia
adalah sumber segala jenis sifat yang sempurna. Dia adalah manifest
(penampakan) segala Kekuatan Suci. Dia adalah Pencipta segala makhluk. Dan
Sumber mata air segala Karunia. Dia adalah Raja Hari Pembalasan dan semua
perkara atau amal akan kembali kepada-Nya. Dia (terasa) dekat sekalipun jauh,
dan (terasa) jauh sekalipun Dia dekat dengan kita. Dia Paling tinggi, namun
tidak dapat dikatakan dibawah-Nya ada wujud lain seperti Dia. Dan Dia paling
tersembunyi dari semua benda, namun tidak dapat dikatakan ada yang lebih
cemerlang dari Dia. Dan Dia adalah Hidup mandiri pada Zat-Nya. Setiap benda
atau makhluk hidup karena-Nya. Dia berdiri sendiri dan segala sesuatu berdiri karena-Nya.
Dia menjunjung segala sesuatu, namun tidak ada suatu yang menjunjung-Nya. Tidak
ada suatu makhluk tercipta dengan sendirinya tanpa Dia atau hidup tanpa Dia.
Dan Dia meliputi keadaan semua makhluk, tetapi tidak dapat dikatakan bagaimana
sistim meliputnya itu. Dia adalah Nur bagi segala sesuatu yang ada langit dan
di bumi. Dan setiap nur-Nya memancarkan cahaya melalui tangan-Nya. Dan
merupakan pantulan nur dari Zat-Nya. Dia adalah Pengayom semua ‘Alam. Tidak ada
suatu ruh yang tidak memperoleh pengayoman dari pada-Nya dan datang dengan
sendirinya. Tidak ada ruh yang mempunyai kekuatan yang tidak diperoleh dari
pada-Nya dan datang dengan sendirinya. Dan Rahmat-Nya terdiri dari dua macam.
Pertama, yang zahir dan kekal sejak dahulu di luar hasil karya seseorang,
misalnya langit dan bumi, matahari dan bulan serta bintang, air dan api atau
udara serta semua zarrah alam semesta yang di ciptakan untuk kesenangan kita.
Begitu juga barang-barang yang kita perlukan, semua telah diciptakan sebelum
kita sendiri lahir kedunia. Tanpa suatu amal atau kerja apapun dari kita. Siapa
yang berani berkata bahwa matahari telah tercipta hasil kerja seseorang. Atau
bumi telah dibuat karena hasil kerja baik seseorang? Pendeknya hal itu semua
adalah Rahmat yang telah tersedia sebelum manusia lahir kedunia, bukan hasil
karya seseorang. Rahmat kedua adalah, yang berkaitan dengan amal. Jika
seseorang berbuat amal baik, maka ia akan menerima ganjarannya yang baik.
(Lecture Lahore ,
Ruhani Khaza’in, Jld. 20, Hal.152-153)

Untuk sampai
kepada Tuhan hanya ada satu jalan pada zaman ini. Jalan itu adalah zat Hadhrat
Rasulullah saw. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “ Ruh kita dan semua
partikel wujud kita bersujud di hadapan Allah Ta’ala Yang Maha Perkasa, Maha
Benar dan Maha Sempurna. Yang dari Tangan-Nya setiap ruh dan setiap zarrah
makhluk bersama semua kekuatannya telah zahir. Dan melalui Wujud-Nya setiap
wujud telah berdiri. Benda apapun tidak berada diluar pengetahuan-Nya, diluar
Pengawasan-Nya atau di luar penciptaan-Nya. Beribu-ribu salam, berkat dan
rahmat semoga turun kepada Nabi Suci Muhammad saw yang dengan perantaraan
beliau saw kita telah mendapatkan Tuhan Yang Hidup, Yang telah membuktikan
penampakan Wujud-Nya sendiri melalui Kalam-Nya. Dan dengan menunjukkan
Tanda-Nya yang luar biasa telah menampilkan wajah-Nya yang cemerlang yang
memiliki kekuatan yang kekal dan sempurna. Maka kita telah mendapatkan seorang
Rasul yang telah mempertemukan kami dengan Tuhan. Yakni Tuhan Yang telah
menciptakan setiap makhluk dengan kekuatan-Nya yang Sempurna. Alangkah agungnya
kekuatan yang Dia miliki. Yang tanpa Dia tidak ada suatu benda apapun yang bisa
terwujud. Dan tanpa dukungan-Nya tidak ada suatu benda apapun yang bisa
berdiri. Dia Tuhan Kita Yang Benar, memiliki berkat-berkat dan kekuatan-kekuatan
yang tidak terhitung banyaknya. Dan Memiliki keindahan dan kebaikan yang itdak
terhitung banyaknya. Tidak ada Tuhan lain kecuali Dia. (Nasim-e-Da‘wat, Ruhani
Khaza’in, Jld.19, Hal. 363)
Mengenai
manusia yang tidak percaya kepada Allah Ta’ala, Hadhrat Masih Mau’ud a.s.
bersabda: ” Zat Allah Ta’ala, ghaibul-ghaib, sangat tersembunyi dan tidak dapat
diketahui hanya melalui kekuatan akal-insaniyat. Dan tidak ada dalil-dalil akal
untuk membuktikan kepastian wujud-Nya, sebab jalannya kekuatan akal dan usaha
hanya sejauh memikirkan terhadap perlu adanya Pencipta Alam semesta ini. Akan
tetapi perasaan ‘perlu ada’ lain halnya dan untuk mencapai keyakinan yang pasti
bahwa telah diakui perlu adanya wujud Tuhan itu, hakikatnya memang Dia ada, lain
lagi halnya. Dan oleh karena cara kerja akal itu lemah, tidak sempurna dan juga
diragukan, maka setiap filsafah hanya menggunakan akal semata tidak dapat
mengenal Wujud Tuhan secara pasti. Bahkan kebanyakan orang yang berusaha
mengenal Tuhan hanya menggunakan akal belaka, akhirnya mereka menjadi atheist
(tidak bertuhan). Dan merenungkan penciptaan langit dan bumi sedikitpun tidak
dapat memberi faedah apapun. Dan mentertawakan serta mencemoohkan orang-orang
suci milik Tuhan. Salah satu hujjah atau argumentasi mereka adalah; “Di dunia
terdapat ribuan benda atau barang yang tidak memberi faedah apapun kepada kami
dan menurut penelitian akal kami penciptaan seperti itu tidak membuktikan
adanya wujud pencipta. Melainkan adanya
wujud-wujud itu semata-mata sia-sia dan secara bathil.” Sangat disesalkan
sekali! Orang-orang itu sungguh tidak berakal sehingga tidak mengerti bahwa
kurangnya ilmu bukan berarti menentang adanya wujud itu. Di zaman sekarang ini
terdapat ratusan ribu manusia seperti itu yang menganggap diri mereka sebagai
pakar (ahli) filsafat berakal nomer wahid. Dan sangat menentang sekali adanya
Wujud Allah Ta’ala. Sekarang jelaslah, jika mereka mendapat dalil akal yang
kuat untuk membuktikan adanya wujud Tuhan, tentu mereka tidak akan menolak
adanya Wujud Allah Ta’ala. Dan jika seandainya mereka telah menemukan suatu
dalil akal yang meyakinkan mengenai Wujud Allah Ta’ala, tentu mereka tidak
menolak sambil mencemoohkan dan mentertawakan Wujud Allah Ta’ala dengan cara
yang sangat memalukan sekali. Oleh sebab itu, tidak akan ada orang yang duduk
diatas sampan para pakar filsafat yang dapat terlepas dari hembusan taufan
keraguan, melainkan pasti akan tenggelam di dalamnya. Dan sekali-kali mereka
tidak akan memperoleh minuman syarbat Tauhid Ilahi yang murni. Sekarang fikirlah!
Betapa bathil dan bau menusuk hidung pendapat ini bahwa, beriman kepada Tauhid
Ilahi dapat diperoleh tanpa melalui perantaraan Hadhrat Muhammad saw, dan
manusia memperoleh najat tanpa melalui perantaraan beliau saw. Bagaimana bisa
memperoleh keyakinan tentang Tauhid Ilahi jika tidak yakin secara sempurna
terhadap wujud Tuhan? Maka yakinlah, bahwa beriman terhadap Tauhid Ilahi dapat
diperoleh hanya melalui perantaraan seorang Nabi. Sebagaimana Nabi kita Hadhrat
Muhammad saw telah meyakinkan ribuan orang-orang Arab tidak bertuhan dan para
musyrik pemuja berhala terhadap wujud Tuhan Yang Mahakuasa dengan jalan
menunjukkan Tanda-tanda samawi kepada mereka. Sampai sekarang, para pengikut
sejati dan setia Hadhrat Rasulullah saw menunjukkan Tanda-tanda itu kepada para
atheist, orang-orang tidak bertuhan. Hal sesungguhnya adalah, selama manusia
tidak menyaksikan kekuatan-kekuatan yang hidup dari Tuhan Yang Hidup, Syaitan
tidak mau keluar dari dalam lubuk hati-nya. Dan tidak pula Tauhid Sejati dapat
masuk kedalam lubuk hatinya. Bahkan tidak pula percaya sepenuhnya tentang
adanya Wujud Tuhan. Tauhid Suci dan Sempurna ini hanya dapat diraih melalui
perantaraan Hadhrat Rasulullah saw.
(Haqiqat-ul-Wahi, Ruhani Khaza’in, Jld. 22, Hal. 120-121, Essence of
Islam, Jld. I, Hal. 40-41)
Mengenai keimanan yang sejati terhadap Tuhan,
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Di dalam wujud Tuhan kita terdapat
keajaiban-keajaiban yang tak terhingga banyaknya. Akan tetapi hanya merekalah
yang menjadi kepunyaan Dia berkat ketulusan serta kesetiaan mereka, dapat
melihat keajaiban-keajaiban itu. Dia tidak menampakkan keajaiban-keajaiban itu kepada
orang yang tidak mempercayai kekuasaan-Nya dan tidak setia kepada-Nya dengan
hati yang sesuguhnya. Sungguh malang orang yang hingga
kini tidak mengetahui bahwasanya ia mempunyai satu Tuhan Yang berkuasa atas
tiap sesuatu! Surga kita adalah Tuhan kita. Pada Zat-Nya terletak segala
kelezatan yang selezat-lezatnya; sebab, kami melihatnya dan segala
keindah-permaian terdapat pada Wujud-Nya. Harta ini patut dimiliki walaupun
harus dengan mempertaruhkan jiwa dahulu. Ratna mutu manikam ini patut dibeli
sekalipun harus meniadakan segala wujud kita. Wahai, orang-orang yang mahrum!
Bergegaslah lari menuju sumber mata air ini agar dilepaskan-Nya dahagamu.
Inilah sumber mata air kehidupan yang bakal menyelamatkan kamu. Apakah gerangan
yang harus kuperbuat dan bagaimanakah harus kusampaikan berita ini kepada
setiap kalbu manusia? Dengan genderang bagaimana coraknya harus kucanangkan di
lorong-lorong supaya orang-orang dapat mendengar bahwa Tuhan itu ada? Dengan obat apakah harus kusembuhkan
telinga-telinga orang supaya terbuka untuk mendengarnya? (Ajaranku Hal. 28-29)
Semoga Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita
semua, dalam mengikuti Hadhrat Imam Zaman, pencinta sejati Hadhrat Rasulullah
saw untuk menyampaikan amanat Tuhan Yang Hidup kepada dunia dan semoga kita
mampu membuat mereka yakin terhadap Tuhan Yang Hidup, Yang sampai sekarang masih
mendengar dan menunjukkan Tanda-tanda-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya.
Dan semoga kita juga memperoleh taufiq untuk selalu menjalin hubungan erat
dengan Tuhan Yang Hidup dan mengamalkan ajaran-ajaran-Nya, menunaikan hak
ibadah kepada-Nya. Dan semoga kita memperoleh taufiq dari Allah Ta’ala untuk
memahami betul-betul sifat-sifat-Nya agar kita dan semua anak keturunan dari
anak keturunan kita juga selalu menjadi pewaris ni’mat-ni’mat-Nya. Dan semoga
kita semua selalu mendapat perlindungan dan keselamatan dari pada-Nya. Amin !!!
Alihbahasa Hasan Basri