Monday, June 9, 2014

Tidak ada tuhan selain Allah



اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ o الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ  oملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ  o اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُo
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ o  صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْ عَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَo
Slogan ‘Love for all Hatred for none’ yakni ‘ Cinta kepada semua Tidak benci kepada siapapun’ dengan khas sering kita kemukakan di muka orang lain. Slogan ini dikemukakan untuk menjauhkan salah faham bahwa Jema’at Ahmadiyya dan para anggotanya mempunyai rasa permusuhan dan kebencian terhadap orang lain. Atau menganggap diri lebih baik dari orang lain.
Atau kita juga menggunakan slogan ini untuk menjelaskan kepada dunia bahwa Islam mengajarkan kecintaan, kasih sayang, perlakuan baik dan menghargai perasaan orang lain. Oleh sebab itu tidak benar Islam dikatakan sebagai Agama yang kejam dan biadab. Atau kita mengumandangkan slogan ini untuk membuktikan bahwa kita ingin hidup bersama dengan rasa cinta dan kasih sayang dan merobohkan dinding kebencian. Kita melakukan suatu khidmat kemanusiaan, kita menablighkan atau menyebarkan Islam, karena kita menaruh rasa cinta terhadap setiap orang dan kita menghapuskan benih-benih kebencian serta ingin menanamkan pohon kecintaan dan kasih sayang. Sebab, itulah yang diajarkan oleh Junjunan kita Muhammad Rasulullah saw kepada kita. Kita telah mengetahui bahwa Hadhrat Rasulullah saw bangun setiap malam untuk beribadah kepada Allah Ta’ala di waktu dinihari yang sunyi-senyap dengan penuh rasa sympathy dan kecintaan terhadap dunia. Beliau berdo’a menangis sambil merintih selama sujud di hadapan Allah Ta’ala sehingga Allah Ta’ala telah mencatat keadaan beliau demikian di dalam Kitab Suci Al Qur’an untuk menjadi bukti bagi mereka yang tidak memiliki suatu dendam kesumat atau kebencian di dalam hati mereka sampai hari Kiamat. Hal itu dicatat di dalam Kitab Suci Al Qur’an agar di masa mendatang orang-orang yang hendak mengkritik harus merenungkan hal itu dan agar orang-orang Muslim berusaha untuk mengikuti contoh tauladan beliau saw yang sangat berberkat itu. Allah Ta’ala berfirman  Yakni: Apakah karena kesedihan yang sangat mencekam engkau akan membinasakan  diri engkau sendiri, jika mereka tidak mau beriman? Apakah yang mereka tidak mau beriman itu yang menyebabkan Hadhrat Rasulullah saw merasa sedih? Yaitu, mereka dicegah jangan menyekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu, dan jangan menjadikan manusia sebagai anak Tuhan. Syirik atau menyekutukan Allah Ta’ala adalah dosa yang tidak dapat diampuni oleh Allah Ta’ala. Jadi, itu adalah sympathy dan kecintaan Hadhrat Rasulullah saw terhadap setiap manusia. Untuk membawa orang-orang musyrik kearah jalan yang lurus dimana usaha dilakukan dengan giat disana do’a juga harus diusahakan untuk mereka. Jika setiap orang Ahmady ingin memahami makna sejati dari ‘love for all hatred for none’ kita harus belajar caranya dari Junjunan dan Muhsin insaniyat kita, Muhammad Rasulullah saw dan hal itu dapat kita laksanakan apabila kita mempunyai pengertian sejati tentang Tauhid Ilahi. Kemudian kita melihat sebuah contoh lain ghairah sympathy beliau, apabila orang-orang sudah melampaui batas dalam kezaliman dan kekejaman terhadap beliau, maka beliau bukan berdo’a untuk kehancuran mereka, melainkan sambil mengangkat kedua belah tengan beliau berdo’a: Ya Allah berilah hidayah kepada kaum-ku, sebab mereka tidak tahu apa yang sedang saya katakan adalah demi faedah mereka. Apabila kabilah lain melakukan kejahatan kepada beliau dan beliau diminta untuk berdo’a buruk bagi mereka, maka beliau berdo’a untuk kebaikan mereka bukan untuk kehancuran mereka. Misalnya beliau berdo’a untuk suatu Kabilah bernama Dos sambil mengangkat kedua belah tangan beliau berdo’a: Hai Allah ! Berilah hidayah kepada Kabilah Dos! Maka kecintaan dan kasih sayang serta sympathy beliau bukan hanya terhadap ummat beliau sendiri. Kecintaan dan sympathy beliau semata-mata untuk menegakkan Tauhid Ilahi supaya dunia selamat dari kebinasaan. Pada zaman sekarang juga telah tersebar beribu macam syirik. Bukan hanya syirik melainkan sebagian besar dari penduduk dunia telah mengingkari adanya wujud Tuhan. Maka untuk menegakkan Kerajaan Allah Ta’ala dan untuk menegakkan Tauhid Ilahi di atas dunia kita harus menggunakan cara yang telah diajarkan oleh Hadhrat Rasulullah saw kepada kita. Kita jangan merasa puas hanya dengan meneriakkan slogan yang disukai oleh dunia hingga kita mendapat pujian di berbagai tempat di seluruh dunia. Kita harus ingat betul bahwa slogan ini sebuah sarana untuk mencapai maksud yang sangat besar dan luas untuk maksud mana manusia telah diciptakan. Tugas sympathy kemanusiaan kita, promosi dan praktik serta amal kecintaan, menghapuskan kebencian dan membenci kebencian juga untuk meraih kecintaan Allah Ta’ala dan untuk menegakkan Tauhid-Nya. Jika kita merasa benci, bukan benci kepada seseorang, melainkan membenci amal perbuatan syaitani-nya. Kita menaruh sympathy terhadap orang-nya yang mengikuti perbuatan syaitani itu. Disebabkan perasaan sympathy itu kita dituntut untuk menyelamatkan mereka dari praktik perbuatan syaitani itu, agar mereka selamat dari Azab Allah Ta’ala. Kecintaan dan sympathy kita terhadap orang-orang duniawi bukan untuk meraih keuntungan duniawi, kita hanya berusaha menghapuskan kebencian mereka, bukan untuk mendapatkan sesuatu dari mereka, melainkan demi meraih kecintaan Allah Ta’ala dan untuk menegakkan Tauhid Ilahi dan untuk menanamkan Tauhid di dalam kalbu lebih dari sebelumnya. Maka untuk lebih disukai oleh orang lain kita jangan hanya meneriakkan slogan belaka, melainkan meneriakkan slogan itu demi meraih maksud dan tujuan kita juga. Di zaman ini kita sangat beruntung Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. telah memilih kita untuk meraih kecintaan Allah Ta’ala dan untuk menaruh sympathy terhadap sesama manusia. Dan untuk meraih itu semua beliau a.s. telah mengajar kita. Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. bersabda:” Agama mempunyai dua bagian yang sempurna. Pertama, cinta kepada Tuhan dan kedua, mencintai manusia demikian rupa, hingga musibah orang lain dianggap sebagai musibah diri sendiri dan berdo’a juga untuk-nya.” Selanjutnya beliau a.s. bersabda: “  Sungguh tidak baik menyakiti orang lain hanya di sebabkan perbedaan agama.” Di dalam sebuah Majlis Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Bukanlah keimanan saya melakukan suatu kekerasan melampaui batas sekalipun terhadap musuh. Saya berkata dengan sesungguhnya bahwa janganlah kalian menganggap seseorang musuh pribadi kalian. Dan sama-sekali tinggalkanlah kebiasaan dendam kesumat seperti itu.” Di sini yang beliau katakan; Jangan melakukan suatu kekerasan melampaui batas sekalipun terhadap musuh, mengisyarahkan, jika idak merasa benci terhadap siapapun, maka bagaimana bisa terjadi permusuhan ? Jawabannya telah beliau a.s. berikan; Janganlah kalian menganggap seseorang musuh pribadi kalian. Orang yang menjadi musuh kalian karena alasan agama, yang mereka sendiri menjadi musuh, usahakanlah untuk memperbaiki mereka, sebab di dalam hati kalian sedikitpun tidak ada rasa permusuhan. Janganlah membiasakan diri membenci atau dendam kesumat terhadap orang lain.
Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. bersabda:” Bersikap lemah lembut terhadap sesama manusia dan menaruh sympathy terhadap mereka merupakan ibadah yang sangat besar sekali. Dan hal itu sebuah sarana yang sangat luar biasa ampuhnya untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala. Beliau a.s. bersabda:”Allah swt berfirman, bahwa kalian harus berlaku sympathy terhadap sesama manusia tanpa menghiraukan agama atau golongan. Berilah makan kepada orang lapar, merdekakanlah para ghulam atau sahaya, tolong-lah orang yang dililit hutang, bantu ringankanlah orang yang memikul banyak beban dan penuhilah hak sympathy terhadap sesama manusia.”
Selanjutnya pada suatu ketika Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Saya samasekali tidak suka kepada perkataan orang-orang yang berlaku sympathy terbatas hanya kepada kaumnya sendiri. Saya berulang kali memberi nasihat kepada kalian; Janganlah sekali-kali kalian membatasi ruang lingkup sympathy kalian.Berlakulah kalian sympathy terhadap semua makhluk Allah Ta’ala, seolah-olah kalian saudara sedarah dengan mereka, seperti seorang ibu berlaku kasih terhadap anak-anaknya. Orang yang berbuat amal baik seperti prilaku seorang ibu terhadap anaknya, tidak akan pernah berlaku ria atau pamer. Dia tidak mungkin berbuat kebaikan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Jadi, itulah mutu sympathy dan kasih sayang terhadap orang lain. Hal itu dilakukan demikian karena demi memenuhi perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala telah menyerukan hal itu kepada kita di dalam Al Qur’an.” Maka, betapa indahnya ajaran Islam ini tentang sympathy terhadap sesama makhluk. Apakah dengan meninggalkan Tuhan Pemberi ajaran ini  dan meninggalkan Utusan-Nya di zaman ini yang telah datang sebagai sahaya Hadhrat Rasulullah saw, kita dapat memperoleh standar ajaran seperti ini dari tempat lain? Tidak mungkin akan diperoleh. Jadi, slogan kita ‘love for all hatred for none’ bukanlah tujuan akhir kita, melainkan salah satu sarana untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala. Hal ini harus selalu kita ingat dan harus berusaha untuk menyempurnakan-nya.
Beberapa waktu yang lalu saya merasa bahwa untuk khidmat insaniyat, badan social yang diberi nama Humanity First, para petugasnya dan juga para penyelenggaranya mungkin menganggap jika pengkhidmatan itu terpisah dari urusan Agama, maka mungkin dunia akan lebih menghargai kita. Saya telah berkata kepada para pengurus di tingkat pusat bahwa, sesungguhnya kedudukan penting mereka itu disebabkan adanya kaitan dengan Agama dan nama Jema’at juga disebut-sebut di dalam pengkhidmatan mereka. Bahkan jika di suatu tempat ketika melakukan pengkhidmatan itu harus menyebutkan nama Jema’at juga, tidak ada halangannya. Apa yang  harus kita perhatikan sekali adalah bahwa khidmat kemanusiaan ini dilakukan semata-mata demi meraih keridhaan Allah Ta’ala. Karena ada perintah Allah Ta’ala untuk memenuhi hak-hak sesama manusia, maka sesuai dengan itu kita melakukan khidmat kemanusiaan ini. Dan demi meraih keridhaan Allah Ta’ala, hubungan kita dengan-Nya dan ibadah kepada-Nya juga harus kita pelihara. Tanpa itu semua khidmat insaniyat kita sedikitpun tidak mengandung faedah. Para pengurus di sini tentu faham, namun saya ingin memberi tahu kepada para petugas dan para penyelenggara Humanity First di beberapa Negara lain, yang kebanyakan orang-orang Ahmady, kecuali beberapa orang saja, bahwa pengkhidmatan saudara-saudara akan mendapat berkat apabila saudara-saudara lakukan sambil memperkuat hubungan dengan Allah Ta’ala, dan berusaha untuk melakukan pengkhidmatan itu demi mencari keridhaan Allah Ta’ala dan memanjatkan do’a bersama dahulu sebelum memulai pekerjaan. Tanpa do’a pekerjaan kita berupa apapun tidak akan mendapat berkat, sekalipun telah direncanakan dengan akal dan pikiran yang sehat. Sebelumnya, memang saya telah bermaksud untuk menerangkan hal tersebut dan sekarang sudah saya lakukan, sebab saya pikir hal itu perkara penting sekali untuk disampaikan kepada saudara-saudara.
Sekarang kembali lagi kepada pokok pembicaraan mengenai ‘love for all hatred for none’ yang sebelumnya sedang dibahas, saya ingin menjelaskan bahwa, memang fungsi khidmat khalq dan sympathy khalq, mengembang luaskan kecintaan serta menghapuskan permusuhan, merupakan sebuah kebaikan yang sangat besar sekali. Akan tetapi hanya saja slogan ini jangan dianggap sebagai tujuan dari kehidupan kita. Kita jangan mengira bahwa dengan mengikuti slogan ini kita telah mencapai tujuan kita. Sebagaimana sebelumnya juga saya sudah berulangkali memberi tahu bahwa slogan ini sebagian dari usaha untuk mencapai maksud itu. Sebuah langkah untuk mencapai puncak maksud dan tujuan itu Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Rasulullah saw. Dan Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. yang bertindak sebagai sahaya beliau saw untuk meraih maksud dan tujuan itu di zaman ini. Dan tujuan itu adalah untuk menciptakan pemahaman yang tepat tentang Tauhid Ilahi  dan untuk berusaha dan mengamalkan semua hukum-hukum Allah Ta’ala. Dan membuat suri tauladan Hadhrat Rasulullah saw menjadi tujuan hidup setiap orang dan berusaha keras untuk meraihnya. Sebab, itulah sebagai sarana untuk meraih akhlaq luhur dan berbagai macam kebaikan.
Di zaman Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. juga ketika artikel tentang itu disiarkan di dalam surat kabar Al Fadzle, beberapa orang ulama Jema’at terkemuka menyampaikan pendapat mereka masing-masing, apa atau bagaimana seharusnya bunyi motto atau target Jema’at kita? Menanggapi hal itu Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. telah memberi motto atau target yang membuat kekuatan kepada agama, memberi kekuatan iman dan hakukullah serta hakukul ibad juga dipenuhi. Salah seorang diantara dua orang ulama Jema’at terkemuka berkata: Target kita harus  Yakni berlomba-lombalah di dalam kebaikan (Al Baqarah:149). Ulama kedua berkata: Motto atau target kita harus : ‘Mandahulukan urusan Agama di atas semua urusan peribadi’. Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. setuju bahwa target atau motto harus ada bagi Jema’at. Semua organisasi di dunia setidak-tidaknya mempunyai suatu slogan atau target. Jika mereka serius dan mempertahankan kejujuran dalam usaha mencapai target itu, tentu mereka berusaha untuk meraih maksud dan tujuan mereka itu agar mereka dapat membedakan identitas mereka dari yang lain. Di dunia dilancarkan slogan-slogan untuk memiliki motto tentang peningkatan moral juga. Slogan dilancarkan untuk memiliki motto tentang kemajuan pendidikan. Dan di suatu tempat jika hak asasi manusia dilanggar, di sana  organisasi politik membuat motto mereka tentang kemerdekaan dan melakukan suatu usaha untuk itu sambil meneriakkan slogan. Jika di satu tempat timbul suatu suasana khas maka dibuatnya di sana suatu motto.
Alhasil, maksud dibuatnya motto atau target adalah untuk menegakkan hal itu di atas dunia dan di hadapan Jema’at sendiri juga setiap waktu keutuhannya tetap terpelihara. Di dunia juga orang-orang mengenalnya dan dihadapan kita sendiri juga tetap terpelihara. Di atas dunia terdapat beribu-ribu macam sumber kebaikan, jika salah satu diantaranya dipilih atau disukai orang, maka zahirlah bahwa itu adalah motto atau target yang baik. Akan tetapi maksudnya bukanlah berarti bahwa semua kabaikan lainnya tidak diperlukan. Melainkan target atau motto itu dibuat berdasarkan pandangan kepada keperluan dan kemudahannya dari satu sumber kebaikan yang tersedia. Alhasil, suatu motto yang baik siapapun yang membuatnya, adalah suatu kebaikan baginya. Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. menjelaskan bahwa banyak diantara motto yang mempunyai kaitan satu dengan yang lain. Misalnya: ‘Patuh ta’at kepada Allah Ta’ala’ dan motto ‘majulah dalam kebaikan’ adalah saling bergantung satu sama lain. Sebab tanpa ta’at kepada Allah Ta’ala tidak mungkin manusia dapat meraih suatu kebaikan. Dan demikian juga orang yang tidak baik tidak bisa menjadi orang patuh-ta’at kepada Allah Ta’ala. Misalnya motto ini ‘akan mendahulukan agama dari pada urusan dunia’ dan ‘akan berlomba di dalam amal kebaikan’ kedua-duanya serupa. Kedua-duanya berkaitan satu sama lain. Semuanya adalah kebaikan belaka dan kita harus berusaha menerapkannya. Namun sejauh mana yang berkaitan dengan motto, kadang-kadang manusia dengan berpegang teguh kepada motto itu sangat membatasi diri di dalam melakukan suatu kebaikan, atau menganggap motto itu sudah mencakup segala-galanya. Seperti dikalangan anak-anak muda kita atau dikalangan orang-orang lain juga, mereka lupa kepada keadaan iman mereka sendiri namun untuk memperlihatkan kepada dunia sangat gemar sekali meneriakkan slogan ‘love for all hatred for none’. Memang slogan ini sangat baik sekali untuk memperkenalkan ajaran Islam kepada dunia, akan tetapi maksud dan tujuan kita bukan hanya semata-mata demikian. Maksud dan tujuan kita sangat besar dan luas sekali. Begitu juga dalam melakukan sympathy terhadap sesama makhluk, bukan hanya sekedar melakukan khidmat sympathy terhadap makhluk, namun jika hati hampa dari zikir kepada Allah Ta’ala, maka pengkhidmatan itu sendiri tidak akan membawa faedah apa-pun.
Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda:” Ketika saya membaca article (tentang usulan motto) maka saya teringat kepada sebuah kissah seorang Yahudi. Ketika ia sedang bercakap-cakap dengan Hadhrat Umar r.a. berkata; ‘ Kami sangat iri hati terhadap orang-orang Muslim. Hadhrat Umar r.a. bertanya kepadanya; ‘Apa alasannya iri-hati itu? Yahudi itu menjawab; “Islam mempunyai suatu kelebihan khusus, tidak ada satu perkara dunia-pun yang tidak terdapat di dalam ajaran Islam, dan tidak terdapat di dalam Al Qur’anul Karim. Perkara pribadi sampai kepada perkara Internasional semua terdapat di dalamnya beserta semua solusinya. Itulah perkara-perkara yang membuat kami hasad atau iri hati.” Jika setiap orang menaruh perhatian terhadap hal itu, maka akan nampak jelas bahwa Islam tidak dapat membenarkan memilih sesuatu untuk dijadikan motto. Maka tidak ragu lagi bahwa  Yakni; Berlomba-lombalah di dalam kebaikan. (Al Baqarah:149), adalah sebuah motto yang sangat baik dan indah sekali. Begitu juga ‘akan mendahulukan agama diatas urusan dunia’ juga sangat indah sekali. Al Qur’an juga memberi isyarah kearah itu. Sebagaimana firman-Nya:   Yakni: Orang bodoh mendahulukan duniawi di atas urusan Agama. Padahal akhirat, yakni natijah dari kehidupan agama lebih mulia dari pada kehidupan duniawi dan ia kekal. (Al ‘Ala:17-18) Surat ini selalu dibaca pada waktu salat Jum’ah. Selain dari itu tidak terhitung banyaknya ajaran lainnya terdapat di dalam Kitab Suci Al Qur’an. Maka ajaran manakah di dalam Al Qur’an yang tidak bisa dijadikan motto atau yang tidak dapat dijadikan target. Apabila seseorang menaruh perhataian kepadanya dan merenungkannya maka hatinya akan tertarik kepadanya.
Setelah pendahuluan ini Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda: Dapat diketahui dari AL Qur’anul Karim bahwa zaman kebangkitan Hadhrat Rasulullah saw merupakan zaman penyempurnaan  tuntutan ayat Alquranul Karim berikut ini: ’ Yakni, Kerusakan telah merajalela di daratan dan di lautan  (Ar Rum:42).  Tidak ada suatu keburukan atau kejahatan yang tidak terdapat di zaman itu. Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. adalah ظل bayangan atau refleksi dari Hadhrat Rasulullah saw. Oleh sebab itu zaman Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. juga adalah ظل dari zaman Hadhrat Rasulullah saw. Di Zaman sekarang juga kita dapat menyaksikan setiap jenis keburukan sudah sampai puncak ketinggiannya. Oleh sebab itu zaman sekarang memerlukan Agama juga, semua jenis akhlaq juga sangat diperlukan, setiap kebaikan dunia dan kemajuannya juga diperlukan. Dimana iman manusia sudah terbang disana akhlaq fadhillah juga sudah hilang lenyap. Dan kemajuan dunia secara hakiki juga sudah hilang lenyap. Sebab pada zaman ini yang manusia katakan kemajuan ia hanyalah merupakan sebuah pertunjukan nafsani, baik di tingkat local maupun di tingkat Internasional. Sebab, kemajuan sekarang hanyalah dicapai demi faedah pribadi masing-masing, tidak dapat dikatakan sebagai kemajuan dunia, sebab hanya sebagian dari dunia yang sedang merasakan faedahnya dan bagian dunia lainnya dijadikan hamba-hamba atau budak-budak mereka, baik ia dijadikan hamba politik atau hamba masyarakat ekonomi. Dalam bentuk apapun sebagian dari dunia menjadi hamba sahaya, bagaimanapun tidak ada kemajuan bagi mereka, bahkan bagian dunia yang sedang mendapat kemajuan juga, merupakan bagian dari faedah-faedah mereka, merupakan nafsaniyat belaka yang telah mereka namakan kemajuan itu. Jadi, pada waktu seperti itu mengatakan: ayat ini atau ayat itu dari Al Qur’an harus dijadikan motto dan yang lainnya harus ditinggalkan, adalah tidak benar. Melainkan setiap ayat suci Al Qur’an adalah motto atau target kita semua. Jadi, sesungguhnya motto kita adalah seluruh Kitab Suci Al Qur’an. Akan tetapi jika diperlukan motto lain, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda:” Maka Allah Ta’ala telah menetapkannya melalui Hadhrat Rasulullah saw dan ia adalah: محمد رسول اللہ لا الہ الا اللہ Yakni; Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Kalimah toyyibah ini adalah intisari dari seluruh Kitab Suci AL Qur’an. Dan hakikatnya juga adalah semua ajaran dan semua maksud dan tujuan yang tinggi berkaitan erat dengan Tauhid Ilahi. Begitu juga hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan Allah Ta’ala termasuk dalam Tauhid. Dan Tauhid tidak dapat zahir tanpa pertolongan Hadhrat Rasulullah saw. Dan itulah sebabnya kalimah لا الہ الا اللہ  diikuti dengan  kalimah  محمد رسول اللہBahwa mencari ma’bud hakiki atau jika ingin menemukan Allah Ta’ala maka dapat diperoleh dengan melalui Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. Seolah-olah beliau adalah sarana utama, hanya dengan pertolongan beliau manusia dapat menemukan Tuhan. Dan apabila diperlukan pertolongan dari Hadhrat Muhammad Rasulullah saw maka manusia dapat melihat subject atau masalah لا الہ الا اللہ yang terdapat di mana-mana dari Surah Al Fatihah sampai kepada Surah An Nas. Sungguh, wujud mubarak (berberkat) Hadhrat Muhammad Rasulullah saw yang telah menegakkan Tauhid Ilahi hakiki itu di atas dunia. Sebelum kedatangan beliau ke dunia, kebanyakan manusia menjadikan Hadhrat Ezra sebagai anak Tuhan dan kebanyakan manusia lainnya menjadikan Hadhrat Isa a.s. sebagai anak Tuhan, bahkan banyak lagi orang yang menyembah Malaikat. Pada waktu seperti itu Hadhrat Muhhamad saw lah yang telah menghapuskan setiap jenis keburukan dan beliaulah yang telah dibangkitkan oleh Allah Ta’ala untuk menegakkan Tauhid Ilahi di atas dunia. Dan dengan karunia Allah Ta’ala melalui Hadhrat Muhammad saw lah Tauhid Ilahi telah berdiri tegak di atas dunia. Dan inilah motto لا الہ الا اللہ  yang kita ucapkan dengan suara tinggi di waktu menyerukan Azan dan di waktu seseorang masuk Islam dia disuruh mengucapkan لا الہ الا اللہ sebab itulah nama Islam hakiki. Jika seseorang menjadi lemah iman maka ia sudah kehilangan pengertian kalimah لا الہ الا اللہ ini. Sebab jika kalimah لا الہ الا اللہ selalu terpampang dihadapan matanya maka manusia akan terhindar dari kelemahan iman. Dan hanya di mulut mengucapkan لا الہ الا اللہ, bukan itu yang dimaksud, seperti kebanyakan orang, sambil menggeleng-gelengkan kepala,  selalu mengulang-ulangnya. Sekalipun di waktu berkata dusta orang akan berkata لا الہ الا اللہ juga. Padahal dengan mengucapkan kalimah لا الہ الا اللہ keagungan Allah Ta’ala, sifat-sifat Kegagahan-Nya serta rasa takut terhadap-Nya tertanam di dalam hati. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa hakikat لا الہ الا اللہ menjadi sangat jelas melalui Hadhrat Rasulullah saw. Selama manusia tidak tenggelam dalam mencintai Hadhrat Rasulullah saw tidak akan dapat memahami Tauhid Ilahi secara sempurna, dan tidak pula akan dapat memahami secara rinci manifestasinya, yaitu Kitab Suci Al Qura’an. Orang-orang yang tenggelam di dalam kecintaan terhadap Hadhrat Rasulullah saw, namun mereka tidak dapat memahami Tauhid Ilahi, sekalipun berakal, mereka terlibat di dalam syirik. Lupakan orang-orang Non Muslim, bahkan orang-orang Muslim sendiri juga banyak yang menjadikan para Fakir dan Pier sebagai tuhan sembahan mereka. Sedangkan para Ahmady mereka tuduh sebagai orang telah keluar dari Islam karena dianggap telah melakukan penghinaan terhadap Hadhrat Rasulullah saw, na’uzu billah! Akan tetapi hakikatnya mereka sendiri-lah yang tidak mampu mengenal martabah Hadhrat Rasulullah saw dan natijahnya mereka sendiri telah jauh dari Tauhid Ilahi.
Di Zaman ini pemahaman sejati tentang Tauhid Ilahi telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. Dan semua itu diperoleh karena beliau telah mengurbankan diri beliau secara sempurna dan seutuhnya kepada Hadhrat Rasulullah saw. Orang yang telah dicap kafir oleh dunia, beliau itulah pemangku Tauhid Ilahi yang sejati. Berkat beliau telah mengurbankan diri seutuhnya kepada Hadhrat Rasulullah saw, beliau telah mengetahui dengan pasti bahwa Nabi Isa a.s. sudah wafat secara alami dan perbuatan syirik-lah menganggap beliau masih hidup di atas langit. Sebelum ini beribu-ribu ulama dan para faqih (ahli hukum Islam) menisbahkan sifat-sifat Allah Ta’ala kepada Nabi Isa a.s. Misalnya, beliau masih hidup di atas langit, menghidupkan orang yang sudah mati, beliau mengetahui ilmu ghaib, dan sebagainya. Namun berkat beriman kepada Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. kita semua, bahkan anak-anak Ahmady-pun menolak akidah seperti itu. Masih banyak lagi hal-hal lain yang berkat Hadhrat Masih Mau’ud mengurbankan diri seutuhnya kepada Hadhrat Rasulullah saw dan berkat meraih nur dari beliau, telah menjelaskan kepada kita dan telah menjauhkan syirik dari kita.
Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. sendiri yang telah menunjukkan manifestasi kalimah لا الہ الا اللہ kepada ummat manusia di zaman ini. Dan kalimah itulah yang menjadi intisari Agama Islam, yang harus dijiwai oleh setiap orang yang beriman sepenuhnya kepada Tauhid Ilahi. Yang lainnya merupakan tafsirannya bagi berbagai tingkatan manusia, dan selalu berubah dalam bentuk yang berbeda-beda. Seperti Hadhrat Rasulullah saw memberi tahu kepada salah seorang sahabah bahwa kebaikan paling besar adalah mengkhidmati kedua ibu-bapak, kepada sahabah lain diberitahu, jihad adalah kebaikan yang paling besar, dan kepada sahabah lain lagi dikatakan Salat Tahajjud adalah kebaikan yang paling besar. Maka untuk menghapuskan kelemahan dasar setiap orang beliau mengingatkan mereka dengan cara demikian. Akan tetapi bukanlah berarti tidak perlu mengamalkan kebaikan lainnya lagi.
Maka, harus di-ingat betul bahwa semua hukum-hukum Al Qur’an sangat indah dan sangat berfaedah di tempatnya masing-masing. Akan tetapi kalimah لا الہ الا اللہ dominant diatas segala-galanya. Dan itulah motto sejati yang setiap waktu harus kita tanamkan di dalam benak kita semua. Kita harus merenungkan setiap waktu hakikat Tauhid Ilahi dan untuk menegakkannya di atas dunia. Tauhid Ilahi tidak hanya berarti bahwa manusia jangan menyembah patung atau berhala. Atau jangan percaya kepada seseorang manusia hidup seperti Tuhan yang Hidup. Atau jangan menyekutukan Tuhan dengan siapapun. Melainkan setiap pekerjaan dunia sangat berkaitan erat dengan Tauhid Ilahi. Hadhrat Rasulullah saw diwaktu akan tidur dan di waktu mengambil air wudhu juga beliau senantiasa mengucapkan Tauhid Ilahi. Apabila seseorang menaruh kepercayaan penuh dan bertumpu sepenuhnya kepada sesuatu sarana dunia, maka ia telah terlibat kedalam pekerjaan syirik dan menyatakan diri sebagai orang muwahid (percaya kepada Tuhan Yang Esa) menjadi batal. Sebab untuk menjadi muwahid sejati manusia harus berpegang teguh dan bertumpu hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Arti Tauhid yang utama adalah dalam setiap pekerjaan, baik deeni (agami) maupun duniawi, pandangan manusia harus terpusat hanya kepada Tuhan. Tidak diragukan lagi bahwa semua kalimat-kalimat indah adalah motto baik-baik. Namun untuk menjadi seorang muwahid yang sempurna sangat perlu sekali bahwa setiap benda raib dari pandangannya dan selain Tuhan tidak ada benda lain yang berarti bagi-nya.
Jadi, motto sejati hanyalah محمد رسول اللہ لا الہ الا اللہ yang telah menghimpun semua kebaikan di dalamnya. Dan ia juga memberi solusi terhadap setiap problema dalam memahami Tauhid Ilahi. Untuk menjauhkan semua kesulitan harus ada suatu contoh atau tauladan. Dan Hadhrat Rasulullah saw sendiri adalah uswah hasanah. Untuk itu Hadhrat Aisyah r.a. menyebutnya hanya dengan satu kalimat saja: Kaana khulquhul Qur’an. Kalimah ini menunjukkan tingginya martabah Tauhid Ilahi. Dan menciptakan standar tinggi pengamalan ajaran-ajaran Al Qur’anul Karim, dan tafsir rinci mengenai hukum-hukum-nya juga termasuk di dalamnya. Maka orang yang telah memahami Hadhrat Rasulullah saw, dia faham juga Allah Ta’ala. Dan orang yang telah memahami Allah Ta’ala maka ia faham semuanya, sebab syiriklah yang menjadi dasar semua keburukan, kelengahan dan kelalaian serta perbuatan dosa.
Setelah manusia berdiri tegak di atas Tauhid Ilahi, maka akhlaq luhur, ilmu, irfan, kebudayaan, politik dan kemampuan di dalam perkara lainnya semua tercakup di dalamnya. Sebab nur Allah Ta’ala sebuah antidote (obat penawar) bagi pengobatan semua jenis penyakit. Jadi motto kita, Allah Ta’ala sendiri yang telah membuatnya, yaitu لا الہ الا اللہ tiada tuhan selain Allah. Sedangkan yang lainnya merupakan tafsirannya yang dapat digunakan untuk nasihat.
Karena di zaman ini telah zahir Dajjal dengan seluruh daya kekuatannya, yang tujuannya adalah ‘mendahulukan dunia dari pada urusan agama’. Oleh sebab itu kewajiban kita adalah meneriakkan slogan ‘mendahulukan agama dari pada urusan dunia’ sebagai jawabannya. Itulah sebabnya Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. telah mencantumkan perkataan slogan itu di dalam syarat-syarat bai’at. Yang maksudnya hanyalah bahwa kita akan menerapkan ajaran agama pada diri kita dan akan menunjukkan wajah Islam yang indah dalam menjawab tuduhan-tuduhan para penentang. Dan kita lakukan itu demi menjadi para penegak kalimah محمد رسول اللہ لا الہ الا اللہ Pada zaman ini kita telah melakukan bai’at kepada Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. untuk tujuan itu semua. Allah Ta’ala telah berfirman kepada Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. melalui ilham berikut ini: Khuzut tauhida attauhida ya abnaa alfaris Yakni; Hai abnae Faris pegang teguhlah Tauhid! Yang dimaksud dengan Abnae Faris bukan hanya sejumlah keluarga beliau saja, melainkan seluruh Jema’at secara ruhani masuk kedalamnya. Dan perintah ini untuk seluruh Jema’at. Dan sudah menjadi kebiasaan bahwa di waktu menghadapi kesulitan manusia berpegang sekuatnya kepada sesuatu benda yang khas. Beliau bersabda:  Di waktu menghadapi kesulitan peganglah teguh kepada Tauhid. Semua perkara lainnya termasuk di dalamnya. Maka, merupakan kewajiban semua anggota Jema’at, mereka harus menempatkan motto  لا الہ الا اللہdi dalam benak mereka setiap waktu. Pada zaman ini syirik dan atheisme sedang menyebar dengan pesatnya, kita tidak dapat memelihara kehidupan kita dengan baik di dunia ini maupun di Akhirat hanya dengan mencukupkan diri kepada satu motto. Dan kita juga tidak dapat meninggalkan ibadah dan Salat-salat kita karena menganggap kita sedang melakukan khidmat kemanusiaan. Barang siapa yang berbuat demikian dia tidak ada hubungannya dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Maka kita harus selalu menempatkan tujuan dan motto kita di hadapan mata kita agar mudah-mudahan kita semua menjadi para peraih ni’mat-ni’mat duniawi dan ruhani. Semoga Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita semua untuk memahami betul hakikat itu semua. Amin !
Setelah salat Jum’ah akan dilaksanakan salat jenazah ghaib untuk Saudara Sadeeq Akbar Rahman Sahib, putera Faizur Rahman Sahib. Beliau meninggal dunia setelah menderita penyakit cancer yang cukup lama, pada tanggal 7 Mei 2014 pada umur 40 tahun.  Sekalipun beliau bukan anggota pengurus Jema’at namun beliau sangat rajin berkhidmat kepada Jema’at. Beliau mempunyai hubungan yang sangat kuat dan erat dengan Khilafat dan mempunyai keyakinan kuat terhadap Allah Ta’ala dan do’a. Beliau sangat sabar menghadapi penyakit yang cukup lama. Semoga Allah Ta’ala menutupinya dengan cadar maghfirah-Nya dan meninggikan derajatnya. Dan semoga Allah swt memberi kesabaran dan ketabahan kepada ibu dan janda beliau. Beliau meninggalkan seorang anak masih kecil. Semoga Allah Ta’ala menjadi Penolong dan Pelindung mereka semua. Amin !

Alihbahasa Hasan Basri