اَشْهَدُ اَنْ
لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَمَّا بَعْدُ
فَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ
للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
o الرَّحْمنِ
الرَّحِيْمِ oملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ o اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ
نَسْتَعِيْنُo
اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
o صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْ عَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَo
Slogan ‘Love
for all Hatred for none’ yakni ‘ Cinta kepada semua Tidak benci kepada
siapapun’ dengan khas sering kita kemukakan di muka orang lain. Slogan ini
dikemukakan untuk menjauhkan salah faham bahwa Jema’at Ahmadiyya dan para
anggotanya mempunyai rasa permusuhan dan kebencian terhadap orang lain. Atau
menganggap diri lebih baik dari orang lain.
Atau kita juga menggunakan slogan ini untuk menjelaskan kepada dunia bahwa Islam mengajarkan kecintaan, kasih sayang, perlakuan baik dan menghargai perasaan orang lain. Oleh sebab itu tidak benar Islam dikatakan sebagai Agama yang kejam dan biadab. Atau kita mengumandangkan slogan ini untuk membuktikan bahwa kita ingin hidup bersama dengan rasa cinta dan kasih sayang dan merobohkan dinding kebencian. Kita melakukan suatu khidmat kemanusiaan, kita menablighkan atau menyebarkan Islam, karena kita menaruh rasa cinta terhadap setiap orang dan kita menghapuskan benih-benih kebencian serta ingin menanamkan pohon kecintaan dan kasih sayang. Sebab, itulah yang diajarkan oleh Junjunan kita Muhammad Rasulullah saw kepada kita. Kita telah mengetahui bahwa Hadhrat Rasulullah saw bangun setiap malam untuk beribadah kepada Allah Ta’ala di waktu dinihari yang sunyi-senyap dengan penuh rasa sympathy dan kecintaan terhadap dunia. Beliau berdo’a menangis sambil merintih selama sujud di hadapan Allah Ta’ala sehingga Allah Ta’ala telah mencatat keadaan beliau demikian di dalam Kitab Suci Al Qur’an untuk menjadi bukti bagi mereka yang tidak memiliki suatu dendam kesumat atau kebencian di dalam hati mereka sampai hari Kiamat. Hal itu dicatat di dalam Kitab Suci Al Qur’an agar di masa mendatang orang-orang yang hendak mengkritik harus merenungkan hal itu dan agar orang-orang Muslim berusaha untuk mengikuti contoh tauladan beliau saw yang sangat berberkat itu. Allah Ta’ala berfirman
Yakni:
Apakah karena kesedihan yang sangat mencekam engkau akan membinasakan diri engkau sendiri, jika mereka tidak mau
beriman? Apakah yang mereka tidak mau beriman itu yang menyebabkan Hadhrat
Rasulullah saw merasa sedih? Yaitu, mereka dicegah jangan menyekutukan Allah
Ta’ala dengan sesuatu, dan jangan menjadikan manusia sebagai anak Tuhan. Syirik
atau menyekutukan Allah Ta’ala adalah dosa yang tidak dapat diampuni oleh Allah
Ta’ala. Jadi, itu adalah sympathy dan kecintaan Hadhrat Rasulullah saw terhadap
setiap manusia. Untuk membawa orang-orang musyrik kearah jalan yang lurus
dimana usaha dilakukan dengan giat disana do’a juga harus diusahakan untuk
mereka. Jika setiap orang Ahmady ingin memahami makna sejati dari ‘love for all
hatred for none’ kita harus belajar caranya dari Junjunan dan Muhsin insaniyat
kita, Muhammad Rasulullah saw dan hal itu dapat kita laksanakan apabila kita
mempunyai pengertian sejati tentang Tauhid Ilahi. Kemudian kita melihat sebuah
contoh lain ghairah sympathy beliau, apabila orang-orang sudah melampaui batas
dalam kezaliman dan kekejaman terhadap beliau, maka beliau bukan berdo’a untuk
kehancuran mereka, melainkan sambil mengangkat kedua belah tengan beliau
berdo’a: Ya Allah berilah hidayah kepada kaum-ku, sebab mereka tidak tahu apa
yang sedang saya katakan adalah demi faedah mereka. Apabila kabilah lain melakukan
kejahatan kepada beliau dan beliau diminta untuk berdo’a buruk bagi mereka, maka
beliau berdo’a untuk kebaikan mereka bukan untuk kehancuran mereka. Misalnya
beliau berdo’a untuk suatu Kabilah bernama Dos sambil mengangkat kedua belah
tangan beliau berdo’a: Hai Allah ! Berilah hidayah kepada Kabilah Dos! Maka
kecintaan dan kasih sayang serta sympathy beliau bukan hanya terhadap ummat
beliau sendiri. Kecintaan dan sympathy beliau semata-mata untuk menegakkan
Tauhid Ilahi supaya dunia selamat dari kebinasaan.
Pada zaman sekarang juga telah tersebar beribu macam syirik. Bukan hanya syirik
melainkan sebagian besar dari penduduk dunia telah mengingkari adanya wujud
Tuhan. Maka untuk menegakkan Kerajaan Allah Ta’ala dan untuk menegakkan Tauhid
Ilahi di atas dunia kita harus menggunakan cara yang telah diajarkan oleh
Hadhrat Rasulullah saw kepada kita. Kita jangan merasa puas hanya dengan
meneriakkan slogan yang disukai oleh dunia hingga kita mendapat pujian di
berbagai tempat di seluruh dunia. Kita harus ingat betul bahwa slogan ini
sebuah sarana untuk mencapai maksud yang sangat besar dan luas untuk maksud
mana manusia telah diciptakan. Tugas sympathy kemanusiaan kita, promosi dan
praktik serta amal kecintaan, menghapuskan kebencian dan membenci kebencian
juga untuk meraih kecintaan Allah Ta’ala dan untuk menegakkan Tauhid-Nya. Jika
kita merasa benci, bukan benci kepada seseorang, melainkan membenci amal
perbuatan syaitani-nya. Kita menaruh sympathy terhadap orang-nya yang mengikuti
perbuatan syaitani itu. Disebabkan perasaan sympathy itu kita dituntut untuk
menyelamatkan mereka dari praktik perbuatan syaitani itu, agar mereka selamat
dari Azab Allah Ta’ala. Kecintaan dan sympathy kita terhadap orang-orang
duniawi bukan untuk meraih keuntungan duniawi, kita hanya berusaha menghapuskan
kebencian mereka, bukan untuk mendapatkan sesuatu dari mereka, melainkan demi
meraih kecintaan Allah Ta’ala dan untuk menegakkan Tauhid Ilahi dan untuk
menanamkan Tauhid di dalam kalbu lebih dari sebelumnya. Maka untuk lebih
disukai oleh orang lain kita jangan hanya meneriakkan slogan belaka, melainkan
meneriakkan slogan itu demi meraih maksud dan tujuan kita juga. Di zaman ini
kita sangat beruntung Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. telah memilih kita untuk
meraih kecintaan Allah Ta’ala dan untuk menaruh sympathy terhadap sesama
manusia. Dan untuk meraih itu semua beliau a.s. telah mengajar kita. Hadhrat
Masih, Mahdi Mau’ud a.s. bersabda:” Agama mempunyai dua bagian yang sempurna. Pertama,
cinta kepada Tuhan dan kedua, mencintai manusia demikian rupa, hingga musibah
orang lain dianggap sebagai musibah diri sendiri dan berdo’a juga untuk-nya.”
Selanjutnya beliau a.s. bersabda: “
Sungguh tidak baik menyakiti orang lain hanya di sebabkan perbedaan
agama.” Di dalam sebuah Majlis Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Bukanlah
keimanan saya melakukan suatu kekerasan melampaui batas sekalipun terhadap
musuh. Saya berkata dengan sesungguhnya bahwa janganlah kalian menganggap
seseorang musuh pribadi kalian. Dan sama-sekali tinggalkanlah kebiasaan dendam
kesumat seperti itu.” Di sini yang beliau katakan; Jangan melakukan suatu
kekerasan melampaui batas sekalipun terhadap musuh, mengisyarahkan, jika idak
merasa benci terhadap siapapun, maka bagaimana bisa terjadi permusuhan ?
Jawabannya telah beliau a.s. berikan; Janganlah kalian menganggap seseorang
musuh pribadi kalian. Orang yang menjadi musuh kalian karena alasan agama, yang
mereka sendiri menjadi musuh, usahakanlah untuk memperbaiki mereka, sebab di
dalam hati kalian sedikitpun tidak ada rasa permusuhan. Janganlah membiasakan
diri membenci atau dendam kesumat terhadap orang lain.
Atau kita juga menggunakan slogan ini untuk menjelaskan kepada dunia bahwa Islam mengajarkan kecintaan, kasih sayang, perlakuan baik dan menghargai perasaan orang lain. Oleh sebab itu tidak benar Islam dikatakan sebagai Agama yang kejam dan biadab. Atau kita mengumandangkan slogan ini untuk membuktikan bahwa kita ingin hidup bersama dengan rasa cinta dan kasih sayang dan merobohkan dinding kebencian. Kita melakukan suatu khidmat kemanusiaan, kita menablighkan atau menyebarkan Islam, karena kita menaruh rasa cinta terhadap setiap orang dan kita menghapuskan benih-benih kebencian serta ingin menanamkan pohon kecintaan dan kasih sayang. Sebab, itulah yang diajarkan oleh Junjunan kita Muhammad Rasulullah saw kepada kita. Kita telah mengetahui bahwa Hadhrat Rasulullah saw bangun setiap malam untuk beribadah kepada Allah Ta’ala di waktu dinihari yang sunyi-senyap dengan penuh rasa sympathy dan kecintaan terhadap dunia. Beliau berdo’a menangis sambil merintih selama sujud di hadapan Allah Ta’ala sehingga Allah Ta’ala telah mencatat keadaan beliau demikian di dalam Kitab Suci Al Qur’an untuk menjadi bukti bagi mereka yang tidak memiliki suatu dendam kesumat atau kebencian di dalam hati mereka sampai hari Kiamat. Hal itu dicatat di dalam Kitab Suci Al Qur’an agar di masa mendatang orang-orang yang hendak mengkritik harus merenungkan hal itu dan agar orang-orang Muslim berusaha untuk mengikuti contoh tauladan beliau saw yang sangat berberkat itu. Allah Ta’ala berfirman


Hadhrat Masih,
Mahdi Mau’ud a.s. bersabda:” Bersikap lemah lembut terhadap sesama manusia dan
menaruh sympathy terhadap mereka merupakan ibadah yang sangat besar sekali. Dan
hal itu sebuah sarana yang sangat luar biasa ampuhnya untuk meraih keridhaan
Allah Ta’ala. Beliau a.s. bersabda:”Allah swt berfirman, bahwa kalian harus
berlaku sympathy terhadap sesama manusia tanpa menghiraukan agama atau
golongan. Berilah makan kepada orang lapar, merdekakanlah para ghulam atau
sahaya, tolong-lah orang yang dililit hutang, bantu ringankanlah orang yang
memikul banyak beban dan penuhilah hak sympathy terhadap sesama manusia.”
Selanjutnya pada
suatu ketika Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:” Saya samasekali tidak suka
kepada perkataan orang-orang yang berlaku sympathy terbatas hanya kepada
kaumnya sendiri. Saya berulang kali memberi nasihat kepada kalian; Janganlah
sekali-kali kalian membatasi ruang lingkup sympathy kalian.Berlakulah kalian
sympathy terhadap semua makhluk Allah Ta’ala, seolah-olah kalian saudara
sedarah dengan mereka, seperti seorang ibu berlaku kasih terhadap anak-anaknya.
Orang yang berbuat amal baik seperti prilaku seorang ibu terhadap anaknya,
tidak akan pernah berlaku ria atau pamer. Dia tidak mungkin berbuat
kebaikan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Jadi, itulah mutu sympathy
dan kasih sayang terhadap orang lain. Hal itu dilakukan demikian karena demi
memenuhi perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala telah menyerukan hal
itu kepada kita di dalam Al Qur’an.” Maka, betapa indahnya ajaran Islam ini
tentang sympathy terhadap sesama makhluk. Apakah dengan meninggalkan Tuhan Pemberi
ajaran ini dan meninggalkan Utusan-Nya
di zaman ini yang telah datang sebagai sahaya Hadhrat Rasulullah saw, kita
dapat memperoleh standar ajaran seperti ini dari tempat lain? Tidak mungkin
akan diperoleh. Jadi, slogan kita ‘love for all hatred for none’ bukanlah
tujuan akhir kita, melainkan salah satu sarana untuk meraih keridhaan Allah
Ta’ala. Hal ini harus selalu kita ingat dan harus berusaha untuk
menyempurnakan-nya.
Beberapa waktu
yang lalu saya merasa bahwa untuk khidmat insaniyat, badan social yang diberi
nama Humanity First, para petugasnya dan juga para penyelenggaranya mungkin
menganggap jika pengkhidmatan itu terpisah dari urusan Agama, maka mungkin
dunia akan lebih menghargai kita. Saya telah berkata kepada para pengurus di
tingkat pusat bahwa, sesungguhnya kedudukan penting mereka itu disebabkan
adanya kaitan dengan Agama dan nama Jema’at juga disebut-sebut di dalam
pengkhidmatan mereka. Bahkan jika di suatu tempat ketika melakukan
pengkhidmatan itu harus menyebutkan nama Jema’at juga, tidak ada halangannya.
Apa yang harus kita perhatikan sekali
adalah bahwa khidmat kemanusiaan ini dilakukan semata-mata demi meraih
keridhaan Allah Ta’ala. Karena ada perintah Allah Ta’ala untuk memenuhi hak-hak
sesama manusia, maka sesuai dengan itu kita melakukan khidmat kemanusiaan ini.
Dan demi meraih keridhaan Allah Ta’ala, hubungan kita dengan-Nya dan ibadah
kepada-Nya juga harus kita pelihara. Tanpa itu semua khidmat insaniyat kita
sedikitpun tidak mengandung faedah. Para pengurus di sini tentu faham, namun
saya ingin memberi tahu kepada para petugas dan para penyelenggara Humanity
First di beberapa Negara lain, yang kebanyakan orang-orang Ahmady, kecuali
beberapa orang saja, bahwa pengkhidmatan saudara-saudara akan mendapat berkat
apabila saudara-saudara lakukan sambil memperkuat hubungan dengan Allah Ta’ala,
dan berusaha untuk melakukan pengkhidmatan itu demi mencari keridhaan Allah Ta’ala
dan memanjatkan do’a bersama dahulu sebelum memulai pekerjaan. Tanpa do’a
pekerjaan kita berupa apapun tidak akan mendapat berkat, sekalipun telah
direncanakan dengan akal dan pikiran yang sehat. Sebelumnya, memang saya telah
bermaksud untuk menerangkan hal tersebut dan sekarang sudah saya lakukan, sebab
saya pikir hal itu perkara penting sekali untuk disampaikan kepada
saudara-saudara.
Sekarang
kembali lagi kepada pokok pembicaraan mengenai ‘love for all hatred for none’
yang sebelumnya sedang dibahas, saya ingin menjelaskan bahwa, memang fungsi khidmat
khalq dan sympathy khalq, mengembang luaskan kecintaan serta
menghapuskan permusuhan, merupakan sebuah kebaikan yang sangat besar sekali.
Akan tetapi hanya saja slogan ini jangan dianggap sebagai tujuan dari kehidupan
kita. Kita jangan mengira bahwa dengan mengikuti slogan ini kita telah mencapai
tujuan kita. Sebagaimana sebelumnya juga saya sudah berulangkali memberi tahu
bahwa slogan ini sebagian dari usaha untuk mencapai maksud itu. Sebuah langkah
untuk mencapai puncak maksud dan tujuan itu Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat
Rasulullah saw. Dan Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud
a.s. yang bertindak sebagai sahaya beliau saw untuk meraih maksud dan tujuan itu
di zaman ini. Dan tujuan itu adalah untuk menciptakan pemahaman yang tepat
tentang Tauhid Ilahi dan untuk berusaha
dan mengamalkan semua hukum-hukum Allah Ta’ala. Dan membuat suri tauladan
Hadhrat Rasulullah saw menjadi tujuan hidup setiap orang dan berusaha keras
untuk meraihnya. Sebab, itulah sebagai sarana untuk meraih akhlaq luhur dan
berbagai macam kebaikan.
Di zaman
Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. juga ketika artikel tentang itu disiarkan di dalam surat kabar Al Fadzle,
beberapa orang ulama Jema’at terkemuka menyampaikan pendapat mereka
masing-masing, apa atau bagaimana seharusnya bunyi motto atau target Jema’at
kita? Menanggapi hal itu Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. telah memberi motto atau
target yang membuat kekuatan kepada agama, memberi kekuatan iman dan hakukullah
serta hakukul ibad juga dipenuhi. Salah seorang diantara dua orang ulama
Jema’at terkemuka berkata: Target kita harus 
Yakni
berlomba-lombalah di dalam kebaikan (Al Baqarah:149).
Ulama kedua berkata: Motto atau target kita harus : ‘Mandahulukan urusan
Agama di atas semua urusan peribadi’. Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. setuju
bahwa target atau motto harus ada bagi Jema’at. Semua organisasi di dunia
setidak-tidaknya mempunyai suatu slogan atau target. Jika mereka serius dan
mempertahankan kejujuran dalam usaha mencapai target itu, tentu mereka berusaha
untuk meraih maksud dan tujuan mereka itu agar mereka dapat membedakan
identitas mereka dari yang lain. Di dunia dilancarkan slogan-slogan untuk
memiliki motto tentang peningkatan moral juga. Slogan dilancarkan untuk
memiliki motto tentang kemajuan pendidikan. Dan di suatu tempat jika hak asasi
manusia dilanggar, di sana
organisasi politik membuat motto mereka
tentang kemerdekaan dan melakukan suatu usaha untuk itu sambil meneriakkan
slogan. Jika di satu tempat timbul suatu suasana khas maka dibuatnya di sana suatu motto.


Alhasil, maksud
dibuatnya motto atau target adalah untuk menegakkan hal itu di atas dunia dan
di hadapan Jema’at sendiri juga setiap waktu keutuhannya tetap terpelihara. Di
dunia juga orang-orang mengenalnya dan dihadapan kita sendiri juga tetap
terpelihara. Di atas dunia terdapat beribu-ribu macam sumber kebaikan, jika
salah satu diantaranya dipilih atau disukai orang, maka zahirlah bahwa itu
adalah motto atau target yang baik. Akan tetapi maksudnya bukanlah berarti
bahwa semua kabaikan lainnya tidak diperlukan. Melainkan target atau motto itu
dibuat berdasarkan pandangan kepada keperluan dan kemudahannya dari satu sumber
kebaikan yang tersedia. Alhasil, suatu motto yang baik siapapun yang
membuatnya, adalah suatu kebaikan baginya. Hadhrat Muslih Mau’ud r.a.
menjelaskan bahwa banyak diantara motto yang mempunyai kaitan satu dengan yang
lain. Misalnya: ‘Patuh ta’at kepada Allah Ta’ala’ dan motto ‘majulah dalam
kebaikan’ adalah saling bergantung satu sama lain. Sebab tanpa ta’at kepada
Allah Ta’ala tidak mungkin manusia dapat meraih suatu kebaikan. Dan demikian
juga orang yang tidak baik tidak bisa menjadi orang patuh-ta’at kepada Allah
Ta’ala. Misalnya motto ini ‘akan mendahulukan agama dari pada urusan dunia’ dan
‘akan berlomba di dalam amal kebaikan’ kedua-duanya serupa. Kedua-duanya
berkaitan satu sama lain. Semuanya adalah kebaikan belaka dan kita harus
berusaha menerapkannya. Namun sejauh mana yang berkaitan dengan motto,
kadang-kadang manusia dengan berpegang teguh kepada motto itu sangat membatasi
diri di dalam melakukan suatu kebaikan, atau menganggap motto itu sudah
mencakup segala-galanya. Seperti dikalangan anak-anak muda kita atau dikalangan
orang-orang lain juga, mereka lupa kepada keadaan iman mereka sendiri namun
untuk memperlihatkan kepada dunia sangat gemar sekali meneriakkan slogan ‘love
for all hatred for none’. Memang slogan ini sangat baik sekali untuk
memperkenalkan ajaran Islam kepada dunia, akan tetapi maksud dan tujuan kita
bukan hanya semata-mata demikian. Maksud dan tujuan kita sangat besar dan luas
sekali. Begitu juga dalam melakukan sympathy terhadap sesama makhluk, bukan
hanya sekedar melakukan khidmat sympathy terhadap makhluk, namun jika hati
hampa dari zikir kepada Allah Ta’ala, maka pengkhidmatan itu sendiri tidak akan
membawa faedah apa-pun.
Hadhrat Muslih
Mau’ud r.a. bersabda:” Ketika saya membaca article (tentang usulan motto) maka
saya teringat kepada sebuah kissah seorang Yahudi. Ketika ia sedang
bercakap-cakap dengan Hadhrat Umar r.a. berkata; ‘ Kami sangat iri hati
terhadap orang-orang Muslim. Hadhrat Umar r.a. bertanya kepadanya; ‘Apa
alasannya iri-hati itu? Yahudi itu menjawab; “Islam mempunyai suatu kelebihan
khusus, tidak ada satu perkara dunia-pun yang tidak terdapat di dalam ajaran
Islam, dan tidak terdapat di dalam Al Qur’anul Karim. Perkara pribadi sampai
kepada perkara Internasional semua terdapat di dalamnya beserta semua
solusinya. Itulah perkara-perkara yang membuat kami hasad atau iri hati.” Jika
setiap orang menaruh perhatian terhadap hal itu, maka akan nampak jelas bahwa
Islam tidak dapat membenarkan memilih sesuatu untuk dijadikan motto. Maka tidak
ragu lagi bahwa 
Yakni;
Berlomba-lombalah di dalam kebaikan. (Al Baqarah:149),
adalah sebuah motto yang sangat baik dan indah sekali. Begitu juga ‘akan
mendahulukan agama diatas urusan dunia’ juga sangat indah sekali. Al Qur’an
juga memberi isyarah kearah itu. Sebagaimana firman-Nya:
Yakni:
Orang bodoh mendahulukan duniawi di atas urusan Agama. Padahal akhirat, yakni
natijah dari kehidupan agama lebih mulia dari pada kehidupan duniawi dan ia kekal.
(Al ‘Ala :17-18)
Surat ini
selalu dibaca pada waktu salat Jum’ah. Selain dari itu tidak terhitung
banyaknya ajaran lainnya terdapat di dalam Kitab Suci Al Qur’an. Maka ajaran
manakah di dalam Al Qur’an yang tidak bisa dijadikan motto atau yang tidak
dapat dijadikan target. Apabila seseorang menaruh perhataian kepadanya dan
merenungkannya maka hatinya akan tertarik kepadanya.




Setelah
pendahuluan ini Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda: Dapat diketahui dari AL
Qur’anul Karim bahwa zaman kebangkitan Hadhrat Rasulullah saw merupakan zaman
penyempurnaan tuntutan ayat Alquranul
Karim berikut ini:
’ Yakni, Kerusakan telah merajalela di
daratan dan di lautan (Ar Rum:42). Tidak ada suatu keburukan atau kejahatan yang
tidak terdapat di zaman itu. Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. adalah ظل bayangan atau refleksi
dari Hadhrat Rasulullah saw. Oleh sebab itu zaman Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud
a.s. juga adalah ظل dari
zaman Hadhrat Rasulullah saw. Di Zaman sekarang juga kita dapat menyaksikan
setiap jenis keburukan sudah sampai puncak ketinggiannya. Oleh sebab itu zaman
sekarang memerlukan Agama juga, semua jenis akhlaq juga sangat diperlukan,
setiap kebaikan dunia dan kemajuannya juga diperlukan. Dimana iman manusia
sudah terbang disana akhlaq fadhillah juga sudah hilang lenyap. Dan kemajuan
dunia secara hakiki juga sudah hilang lenyap. Sebab pada zaman ini yang manusia
katakan kemajuan ia hanyalah merupakan sebuah pertunjukan nafsani, baik di
tingkat local maupun di tingkat Internasional. Sebab, kemajuan sekarang
hanyalah dicapai demi faedah pribadi masing-masing, tidak dapat dikatakan sebagai
kemajuan dunia, sebab hanya sebagian dari dunia yang sedang merasakan faedahnya
dan bagian dunia lainnya dijadikan hamba-hamba atau budak-budak mereka, baik ia
dijadikan hamba politik atau hamba masyarakat ekonomi. Dalam bentuk apapun
sebagian dari dunia menjadi hamba sahaya, bagaimanapun tidak ada kemajuan bagi
mereka, bahkan bagian dunia yang sedang mendapat kemajuan juga, merupakan
bagian dari faedah-faedah mereka, merupakan nafsaniyat belaka yang telah mereka
namakan kemajuan itu. Jadi, pada waktu seperti itu mengatakan: ayat ini atau
ayat itu dari Al Qur’an harus dijadikan motto dan yang lainnya harus
ditinggalkan, adalah tidak benar. Melainkan setiap ayat suci Al Qur’an adalah
motto atau target kita semua. Jadi, sesungguhnya motto kita adalah seluruh
Kitab Suci Al Qur’an. Akan tetapi jika diperlukan motto lain, Hadhrat Muslih
Mau’ud r.a. bersabda:” Maka Allah Ta’ala telah menetapkannya melalui Hadhrat
Rasulullah saw dan ia adalah: محمد رسول اللہ لا الہ الا اللہ Yakni; Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah. Kalimah toyyibah ini adalah intisari dari seluruh
Kitab Suci AL Qur’an. Dan hakikatnya juga adalah semua ajaran dan semua maksud
dan tujuan yang tinggi berkaitan erat dengan Tauhid Ilahi. Begitu juga hubungan
sesama manusia dan hubungan manusia dengan Allah Ta’ala termasuk dalam Tauhid.
Dan Tauhid tidak dapat zahir tanpa pertolongan Hadhrat Rasulullah saw. Dan
itulah sebabnya kalimah لا الہ الا اللہ diikuti dengan kalimah محمد
رسول اللہBahwa mencari ma’bud hakiki atau jika ingin
menemukan Allah Ta’ala maka dapat diperoleh dengan melalui Hadhrat Muhammad
Rasulullah saw. Seolah-olah beliau adalah sarana utama, hanya dengan
pertolongan beliau manusia dapat menemukan Tuhan. Dan apabila diperlukan
pertolongan dari Hadhrat Muhammad Rasulullah saw maka manusia dapat melihat
subject atau masalah لا
الہ الا اللہ yang terdapat di mana-mana dari Surah Al Fatihah sampai kepada Surah An Nas. Sungguh,
wujud mubarak (berberkat) Hadhrat Muhammad Rasulullah saw yang telah menegakkan
Tauhid Ilahi hakiki itu di atas dunia. Sebelum kedatangan beliau ke dunia,
kebanyakan manusia menjadikan Hadhrat Ezra sebagai anak Tuhan dan kebanyakan
manusia lainnya menjadikan Hadhrat Isa a.s. sebagai anak Tuhan, bahkan banyak
lagi orang yang menyembah Malaikat. Pada
waktu seperti itu Hadhrat Muhhamad saw lah yang telah menghapuskan setiap jenis
keburukan dan beliaulah yang telah dibangkitkan oleh Allah Ta’ala untuk menegakkan
Tauhid Ilahi di atas dunia. Dan dengan karunia Allah Ta’ala melalui Hadhrat
Muhammad saw lah Tauhid Ilahi telah berdiri tegak di atas dunia. Dan inilah
motto لا
الہ الا اللہ yang kita ucapkan dengan suara tinggi di waktu
menyerukan Azan dan di waktu seseorang masuk Islam dia disuruh mengucapkan لا الہ الا اللہ sebab itulah nama Islam hakiki. Jika
seseorang menjadi lemah iman maka ia sudah kehilangan pengertian kalimah لا الہ الا اللہ ini. Sebab
jika kalimah لا
الہ الا اللہ selalu terpampang dihadapan matanya
maka manusia akan terhindar dari kelemahan iman. Dan hanya di mulut mengucapkan
لا الہ
الا اللہ,
bukan itu yang dimaksud, seperti kebanyakan orang, sambil
menggeleng-gelengkan kepala, selalu
mengulang-ulangnya. Sekalipun di waktu berkata dusta orang akan berkata لا الہ الا اللہ juga. Padahal dengan mengucapkan kalimah لا الہ الا اللہ keagungan Allah
Ta’ala, sifat-sifat Kegagahan-Nya serta rasa takut terhadap-Nya tertanam di
dalam hati. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa hakikat لا الہ الا اللہ menjadi sangat jelas melalui Hadhrat Rasulullah saw. Selama manusia
tidak tenggelam dalam mencintai Hadhrat Rasulullah saw tidak akan dapat memahami
Tauhid Ilahi secara sempurna, dan tidak pula akan dapat memahami secara rinci
manifestasinya, yaitu Kitab Suci Al Qura’an. Orang-orang yang tenggelam di
dalam kecintaan terhadap Hadhrat Rasulullah saw, namun mereka tidak dapat memahami
Tauhid Ilahi, sekalipun berakal, mereka terlibat di dalam syirik. Lupakan orang-orang
Non Muslim, bahkan orang-orang Muslim sendiri juga banyak yang menjadikan para
Fakir dan Pier sebagai tuhan sembahan mereka. Sedangkan para Ahmady mereka tuduh
sebagai orang telah keluar dari Islam karena dianggap telah melakukan
penghinaan terhadap Hadhrat Rasulullah saw, na’uzu billah! Akan tetapi
hakikatnya mereka sendiri-lah yang tidak mampu mengenal martabah Hadhrat
Rasulullah saw dan natijahnya mereka sendiri telah jauh dari Tauhid Ilahi.

Di Zaman ini
pemahaman sejati tentang Tauhid Ilahi telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada
Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. Dan semua itu diperoleh karena beliau telah
mengurbankan diri beliau secara sempurna dan seutuhnya kepada Hadhrat
Rasulullah saw. Orang yang telah dicap kafir oleh dunia, beliau itulah pemangku
Tauhid Ilahi yang sejati. Berkat beliau telah mengurbankan diri seutuhnya
kepada Hadhrat Rasulullah saw, beliau telah mengetahui dengan pasti bahwa Nabi
Isa a.s. sudah wafat secara alami dan perbuatan syirik-lah menganggap beliau
masih hidup di atas langit. Sebelum ini beribu-ribu ulama dan para faqih (ahli
hukum Islam) menisbahkan sifat-sifat Allah Ta’ala kepada Nabi Isa a.s.
Misalnya, beliau masih hidup di atas langit, menghidupkan orang yang sudah
mati, beliau mengetahui ilmu ghaib, dan sebagainya. Namun berkat beriman kepada
Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. kita semua, bahkan anak-anak Ahmady-pun menolak
akidah seperti itu. Masih banyak lagi hal-hal lain yang berkat Hadhrat Masih
Mau’ud mengurbankan diri seutuhnya kepada Hadhrat Rasulullah saw dan berkat
meraih nur dari beliau, telah menjelaskan kepada kita dan telah menjauhkan
syirik dari kita.
Hadhrat Masih,
Mahdi Mau’ud a.s. sendiri yang telah menunjukkan manifestasi kalimah لا الہ الا اللہ kepada ummat manusia di zaman ini. Dan kalimah itulah yang menjadi
intisari Agama Islam, yang harus dijiwai oleh setiap orang yang beriman
sepenuhnya kepada Tauhid Ilahi. Yang lainnya merupakan tafsirannya bagi
berbagai tingkatan manusia, dan selalu berubah dalam bentuk yang berbeda-beda.
Seperti Hadhrat Rasulullah saw memberi tahu kepada salah seorang sahabah bahwa
kebaikan paling besar adalah mengkhidmati kedua ibu-bapak, kepada sahabah lain
diberitahu, jihad adalah kebaikan yang paling besar, dan kepada sahabah lain
lagi dikatakan Salat Tahajjud adalah kebaikan yang paling besar. Maka untuk
menghapuskan kelemahan dasar setiap orang beliau mengingatkan mereka dengan
cara demikian. Akan tetapi bukanlah berarti tidak perlu mengamalkan kebaikan
lainnya lagi.
Maka, harus
di-ingat betul bahwa semua hukum-hukum Al Qur’an sangat indah dan sangat
berfaedah di tempatnya masing-masing. Akan tetapi kalimah لا الہ الا اللہ dominant diatas segala-galanya. Dan
itulah motto sejati yang setiap waktu harus kita tanamkan di dalam benak kita
semua. Kita harus merenungkan setiap waktu hakikat Tauhid Ilahi dan untuk
menegakkannya di atas dunia. Tauhid Ilahi tidak hanya berarti bahwa manusia
jangan menyembah patung atau berhala. Atau jangan percaya kepada seseorang
manusia hidup seperti Tuhan yang Hidup. Atau jangan menyekutukan Tuhan dengan
siapapun. Melainkan setiap pekerjaan dunia sangat berkaitan erat dengan Tauhid
Ilahi. Hadhrat Rasulullah saw diwaktu akan tidur dan di waktu mengambil air
wudhu juga beliau senantiasa mengucapkan Tauhid Ilahi. Apabila seseorang
menaruh kepercayaan penuh dan bertumpu sepenuhnya kepada sesuatu sarana dunia,
maka ia telah terlibat kedalam pekerjaan syirik dan menyatakan diri sebagai
orang muwahid (percaya kepada Tuhan Yang Esa) menjadi batal. Sebab untuk
menjadi muwahid sejati manusia harus berpegang teguh dan bertumpu hanya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Arti Tauhid yang utama adalah dalam setiap
pekerjaan, baik deeni (agami) maupun duniawi, pandangan manusia harus
terpusat hanya kepada Tuhan. Tidak diragukan lagi bahwa semua kalimat-kalimat
indah adalah motto baik-baik. Namun untuk menjadi seorang muwahid yang
sempurna sangat perlu sekali bahwa setiap benda raib dari pandangannya dan
selain Tuhan tidak ada benda lain yang berarti bagi-nya.
Jadi, motto
sejati hanyalah محمد
رسول اللہ لا الہ الا اللہ yang telah menghimpun
semua kebaikan di dalamnya. Dan ia juga memberi solusi terhadap setiap problema
dalam memahami Tauhid Ilahi. Untuk menjauhkan semua kesulitan harus ada suatu
contoh atau tauladan. Dan Hadhrat Rasulullah saw sendiri adalah uswah
hasanah. Untuk itu Hadhrat Aisyah r.a. menyebutnya hanya dengan satu
kalimat saja: Kaana khulquhul Qur’an. Kalimah ini menunjukkan tingginya
martabah Tauhid Ilahi. Dan menciptakan standar tinggi pengamalan ajaran-ajaran
Al Qur’anul Karim, dan tafsir rinci mengenai hukum-hukum-nya juga termasuk di
dalamnya. Maka orang yang telah memahami Hadhrat Rasulullah saw, dia faham juga
Allah Ta’ala. Dan orang yang telah memahami Allah Ta’ala maka ia faham
semuanya, sebab syiriklah yang menjadi dasar semua keburukan, kelengahan dan
kelalaian serta perbuatan dosa.
Setelah manusia
berdiri tegak di atas Tauhid Ilahi, maka akhlaq luhur, ilmu, irfan, kebudayaan,
politik dan kemampuan di dalam perkara lainnya semua tercakup di dalamnya.
Sebab nur Allah Ta’ala sebuah antidote (obat penawar) bagi pengobatan semua
jenis penyakit. Jadi motto kita, Allah Ta’ala sendiri yang telah membuatnya,
yaitu لا
الہ الا اللہ
tiada tuhan selain Allah. Sedangkan yang lainnya
merupakan tafsirannya yang dapat digunakan untuk nasihat.
Karena di zaman
ini telah zahir Dajjal dengan seluruh daya kekuatannya, yang tujuannya adalah ‘mendahulukan
dunia dari pada urusan agama’. Oleh sebab itu kewajiban kita adalah meneriakkan
slogan ‘mendahulukan agama dari pada urusan dunia’ sebagai jawabannya. Itulah
sebabnya Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. telah mencantumkan perkataan slogan
itu di dalam syarat-syarat bai’at. Yang maksudnya hanyalah bahwa kita akan
menerapkan ajaran agama pada diri kita dan akan menunjukkan wajah Islam yang
indah dalam menjawab tuduhan-tuduhan para penentang. Dan kita lakukan itu demi
menjadi para penegak kalimah محمد رسول اللہ لا الہ الا اللہ Pada zaman ini
kita telah melakukan bai’at kepada Hadhrat Masih, Mahdi Mau’ud a.s. untuk
tujuan itu semua. Allah Ta’ala telah berfirman kepada Hadhrat Masih, Mahdi
Mau’ud a.s. melalui ilham berikut ini: 
Khuzut tauhida attauhida ya abnaa alfaris
Yakni; Hai abnae Faris pegang teguhlah Tauhid! Yang dimaksud dengan Abnae Faris
bukan hanya sejumlah keluarga beliau saja, melainkan seluruh Jema’at secara
ruhani masuk kedalamnya. Dan perintah ini untuk seluruh Jema’at. Dan sudah menjadi
kebiasaan bahwa di waktu menghadapi kesulitan manusia berpegang sekuatnya kepada
sesuatu benda yang khas. Beliau bersabda:
Di waktu menghadapi kesulitan peganglah teguh kepada Tauhid. Semua perkara
lainnya termasuk di dalamnya. Maka, merupakan kewajiban semua anggota Jema’at, mereka
harus menempatkan motto لا الہ الا اللہdi dalam benak mereka setiap waktu. Pada zaman ini syirik dan
atheisme sedang menyebar dengan pesatnya, kita tidak dapat memelihara kehidupan
kita dengan baik di dunia ini maupun di Akhirat hanya dengan mencukupkan diri
kepada satu motto. Dan kita juga tidak dapat meninggalkan ibadah dan
Salat-salat kita karena menganggap kita sedang melakukan khidmat kemanusiaan.
Barang siapa yang berbuat demikian dia tidak ada hubungannya dengan Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. Maka kita harus selalu menempatkan tujuan dan motto kita di
hadapan mata kita agar mudah-mudahan kita semua menjadi para peraih
ni’mat-ni’mat duniawi dan ruhani. Semoga Allah Ta’ala memberi taufiq kepada
kita semua untuk memahami betul hakikat itu semua. Amin !


Setelah salat
Jum’ah akan dilaksanakan salat jenazah ghaib untuk Saudara Sadeeq Akbar Rahman
Sahib, putera Faizur Rahman Sahib. Beliau meninggal dunia setelah menderita
penyakit cancer yang cukup lama, pada tanggal 7 Mei 2014 pada umur 40
tahun. Sekalipun beliau bukan anggota
pengurus Jema’at namun beliau sangat rajin berkhidmat kepada Jema’at. Beliau
mempunyai hubungan yang sangat kuat dan erat dengan Khilafat dan mempunyai
keyakinan kuat terhadap Allah Ta’ala dan do’a. Beliau sangat sabar menghadapi
penyakit yang cukup lama. Semoga Allah Ta’ala menutupinya dengan cadar
maghfirah-Nya dan meninggikan derajatnya. Dan semoga Allah swt memberi
kesabaran dan ketabahan kepada ibu dan janda beliau. Beliau meninggalkan
seorang anak masih kecil. Semoga Allah Ta’ala menjadi Penolong dan Pelindung
mereka semua. Amin !
Alihbahasa
Hasan Basri