Wednesday, July 25, 2012

Jalan Menuju Taman- Firdaus Al-Jannah

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُ هُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Swt yang telah memberi taufiq kepada Jamaat Canada untuk dapat menyelenggarakan Jalsah Salanah ini. Jalsah adalah suatu sarana untuk memperoleh berbagai macam keberkatan di dalam kehidupan kaum Muslimin Ahmadi. Ini dikarenakan faedah penyelenggaraannya yang semata-mata berkumpul untuk maksud dan tujuan agama, sehingga secara perorangan pun dimudahkan untuk berdzikrullah, dan berada di tengah-tengah jamaah yang biasa berdzikrullah dan memperoleh qurb kedekatan Ilahi. Kesemua latar belakang itulah yang sesungguhnya menjadi sumber keberkatan Allah Swt. Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw pun telah mensabdakan, bahwa orang yang menghadiri suatu Majlis yang diselenggarakan semata-mata demi untuk memperoleh qurb kedekatan Ilahi, akan menjadi pewaris berbagai keridhaan Allah Taala dan akan membawa mereka ke arah taman firdaus Al Jannah-Nya. Hadhrat Rasulullah Saw bersabda: ‘Berjuanglah keras dalam menapaki jalan menuju taman firdaus Al Jannah Ilahi.’ Ketika para Sahabah r.a. memohon penjelasan lebih lanjut, Hadhrat Rasulullah Saw bersabda: ‘Ialah dengan cara menyelenggarakan berbagai Majlis yang bertujuan untuk mengingat Allah Taala. Itulah taman firdaus Al Jannah.’
Adapun tujuan Jalsah inipun pada kenyataannya adalah untuk berdzikrullah; untuk berjuang keras dalam usaha memperoleh peningkatan Kecintaan Ilahi dengan cara memusatkan perhatian kepada Salat dan Doa-doa, serta tarbiyat diri sendiri mengenai kiat untuk memperoleh qurb kedekatan Ilahi lebih lanjut. Maka kita pun hendaknya memperhatikan pula kewajiban haququl-ibad, yang tiada lain adalah juga demi untuk memperoleh keridhaan Allah. Sehingga, pemusatan pikiran kepada Salat, haququllah dan haququl-ibad, serta ibadah lainnya, mengarahkan kita ke jalan taman firdaus Al Jannah-Nya. Sesungguhnya, dalam memenuhi berbagai kewajiban haququl-ibad ini mengandung dua aspek. Pertama: Mereka yang memenuhi kewajibannya memperoleh ganjaran pahala. Kedua: Mereka yang dipenuhi hak-haknya akan menyadari berbagai karunia Ilahi berkat pertemuan rohani ini yang menyebabkan hak-hak mereka pun terpenuhi. Inilah yang hendaknya menjadi citra utama Majlis akbar yang diberkati ini yang di dalamnya penuh dengan puji syukur kepada Allah, ukhuwah silih asih dan berlomba-lomba dalam beribadah serta kebaikan beramal shalih. Maka sungguh berbahagialah mereka di antara kita yang datang ke Jalsah dengan ruh dan niat baik ini serta mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka pun pada hakekatnya membukakan pintu gerbang taman firdaus Al Jannah-nya sendiri, namun bukan hanya untuk dirinya sajai, melainkan juga memudahkan orang lain untuk menapaki jalan surga Al Jannah tersebut. Satu amal shalih dapat mengarahkan kepada berbagai amalan shalihan lainnya, sehingga semakin menambah lagi berbagai ganjaran pahala Allah Taala bagi orang yang memulai amal shalihnya. Ini dikarenakan Tuhan kita adalah Allah Ar-Rahim yang memberikan ganjaran pahala beratus kali, atau bahkan ribuan kali lipat. Oleh karena itulah setiap orang hendaknya berjuang keras untuk mendapatkan Kecintaan Allah Ar Rahim.
Penyelenggaraan Jalsah Salanah yang dimulai oleh Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah memberi peluang kepada kita untuk mencapai tujuan tersebut, ialah dengan menjelajahi taman firdaus Al-Jannah-Nya ini. Sungguh beruntunglah mereka yang memperoleh ganjaran pahala dan keberkatan Allah Taala dengan cara memahami maksud haqiqi dari Majlis akbar ini. Maka setiap peserta Jalsah, baik pria maupun wanita, tua maupun muda, hendaknya berjuang keras untuk mendapatkan tujuan akhir ini. Hadhrat Imam Mahdi a.s. merasa pedih manakala memikirkan nasib para anggota Jamaah beliau, sehingga sering mendoakan mereka sedemikian rupa dengan kata-kata seperti ini: ‘Aku berdoa sedemikian rupa seolah hingga sampai nafasku yang terakhir, semoga Allah Swt mensucikan qalbu segenap anggota Jamaat, dan semoga pula Dia mengulurkan Tangan Rahimiyyat-Nya, sehingga qalbu mereka pun condong kepada-Nya. Menghilangkan segala kedegilan dan keburukan dari dalam qalbu mereka. Lalu mengisinya dengan kecintaan dan kesucian-Nya.
Aku sangat yaqin bahwa doa-doaku ini akan dikabulkan. Sebab Dia itu tak akan pernah menyia-nyiakan doa-doaku.’ Namun aku pun berdoa: Jika seandainya ada orang di dalam Jamaat ini tak mempunyai niat untuk memperoleh qurb kedekatan Ilahi, maka terputuslah ia. Lalu, sebagai gantinya, datanglah orang-orang yang berjiwa shalih dan berqalbu lunak, serta condong kepada Ilahi Rabbi.’ Itulah ungkapan kata-kata doa yang mencerminkan kondisi qalbu Hadhrat Imam Mahdi a.s., yang hendaknya menimbulkan sikap empathy di dalam qalbu para pengikut beliau yang sejati dalam bentuk banyak ber-Istighfar dan Taubat, serta bersujud di hadapan Allah Taala memohon maghfirah dan rahimiyyat-Nya. Juga menyadarkan untuk memenuhi kewajiban haququl-ibad mereka. Oleh karena itu, di dalam hari-hari [ber-Jalah] ini setiap diri kita hendaknya banyak ber-Taubat, ber-Istighfar, berdzikrullah dan berShalawat. Semoga Allah Swt senantiasa menjaga keimanan kita, yakni meningkatkannya serta memberi taufik kemajuan dalam ketaqwaan. Semoga Istighfar kita suci murni dan sejati. Semoga Salat dan doa-doa kita mukhlisin dan makbul. Semoga maksud dan tujuan pemenuhan kewajiban haququl-ibad kita sungguh-sungguh demi untuk memperoleh keridhaan Allah Swt.
Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Sebelum sujud-sujud kita sungguh-sungguh dipenuhi dengan keikhlasan yang sempurna, maka doa-doa permohonan kita pun tak akan mendatangkan hasil. Sebagaimana dinyatakan [di dalam Al Quran Karim]: ‘….. yakni, ‘Sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, dagingnya tidak pula darahnya, akan tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan darimu…..’ (QS. Al Hajj / 22 : 38); Maka sujud secara ragawi pun tidak akan mendatangkan kemakbulan sebelum qalbu sujud dan dipenuhi dengan ketaqwaan. Adapun maksud qalbu yang lunak adalah itaat sepenuhnya kepada berbagai perintah Ilahi. Sedangkan qalbu yang tunduk adalah berserah diri kepada Kehendak Ilahi; dan qalbu yang sujud adalah menafi’kan keinginan diri sendiri demi untuk mendapatkan keridhaan Ilahi. Inilah dambaan Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang ingin menyaksikan kaum pengikut beliau istiqamah di jalan ketaqwaan, yang untuk itu, beliau pun berdoa sedemikian rupa dan mendalam.
Semoga Allah Taala memberi taufiq kepada kita untuk mencapai status ini. Semoga pula kesibukan urusan duniawi kita tidak menjadi penghalang jalan inqillab haqiqi kita yang justru adalah tujuan utama kedatangan Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Untuk memperoleh keridhaan Allah Swt dan menjadi pewaris doa-doa Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang berberkat, setiap orang Ahmadi hendaknya memperbaharui janji Baiat mereka dengan ghairah semangat yang baru dan berusaha dengan segala cara untuk meningkatkan derajat ketaqwaan mereka. Alquran Karim telah berulangkali memerintahkan di berbagai tempat agar kaum mukminin menjalani keluhuran hidup Taqwa.
Taqwa adalah setiap orang Ahmadi yang haqiqi hendaknya berusaha keras untuk menjauhi segala macam perbuatan dosa dan tak berakhlak. Oleh karena itulah Allah Taala menyatakan: ‘Salat yang didirikan dengan tertib dan dawam niscaya dapat menghindarkan diri dari fahsya segala keburukan. Yakni, Salat yang haqiqi adalah yang dapat menimbulkan sikap takut kepada Allah di dalam qalbu ahli ibadahnya, Namun, rasa takutnya itu justru lebih disebabkan rasa cintanya kepada Allah, karena Mukmin haqiqi senantiasa menyikapi dirinya kepada Allah Taala semata-mata untuk memperoleh keridhaan-Nya.yang tiada lain adalah haqiqat tujuan diciptakan dirinya oleh Allah, sebagaimana dinyatakan: yakni, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Maka berbagai tujuan hidup rekaan diri sendiri adalah sangat rapuh disebabkan menafi’kan tujuan hidup yang haqiqi sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Allah Taala tersebut. Yakni, perburuan dan nafsu duniawi timbul di dalam diri mereka tujuan hidupnya ditentukan sendiri, Padahal tujuan hidup yang haqiqi sebagaimana dinyatakan di dalam Al Quran tersebut adalah mengenali dan mengkhidmatkan diri serta beribadah kepada Allah Swt. Sebab manusia tak dapat menentukan kelahiran maupun kematian dirinya, melainkan Allah Taala. Maka begitu pulalah Allah Taala yang menentukan tujuan hidup manusia sebagaimana dinyatakan di dalam Alquran tersebut Maka inilah standar kehidupan yang setiap orang Ahmadi hendaknya berjuang keras untuk dapat mencapainya.
Sekarang ini berbagai negara Barat telah menemukan berbagai macam cara untuk memenuhi berbagai macam kesenangan duniawi yang tiada lain hanya mengarahkan kepada kehampaan yang bersifat laghwi dan tak berakhlak yang kini tampak di seluruh dunia. Berbagai macam sarana dan prasarana laghwiyat tersebut mengatas-namakan hiburan dan kesenangan. Itulah golongan orang-orang yang tidak mau memahami, tidak mau melihat dan tidak memiliki qalbu untuk menyaksikan kebenaran tujuan hidup yang haqiqi, sebagaimana yang telah ditetapkan Allah Swt. Tak mempedulikan berbagai perintah Ilahi, melainkan hanya mengikuti naluri nafs-ammarahnya sendiri sehibgga lebih buruk dibandingkan hewani, jangankan lagi manusiawi. Mereka menjadi tersesat disebabkan hanya mengikuti nafsu duniawi.
Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Mereka itulah yang melupakan Allah Taala dan berbagai perintah-Nya, lalu berusaha mencari dan menetapkan tujuan hidup mereka sendiri, yang akhirnya tiada lain adalah neraka Jahannam.’ Rahimiyyat Allah Taala adalah rahmatan lil-alamin. Namun kebanyakan manusia tidak mendapatkan berkat daripadanya disebabkan tenggelam di dalam kesibukan duniawi sedemikian rupa sehingga membinasakan ruhani mereka. Padahal, akhir kehidupan yang rucah adalah jika manusia tak mengikuti berbagai perintah Allah, tak menyembah-Nya sebagaimana yang seharusnya. Sibuk dalam berbagai aktivitas hidup yang hampa dan laghwi. Video pornografi mudah didapatkan di mana-mana dengan cuma-cuma,, sehingga manusia pun berubah menjadi hewan disebabkan menontonnya. Kadangkala saya suka menerima keluhan, bahwa ada kalangan remaja atau dewasa muda Ahmadi yang ikut-ikutan menonton tayangan tersebut atau semacamnya, yang akhirnya merusak keutuhan keluarga dan perceraian. Maka dengan ini saya mengingatkan seluruh anggota Jamaat agar takutlah kepada Allah Taala yang telah tegas menyatakan, bahwa bagi mereka yang telah tersesat neraka Jahannam-lah ganjarannya.
Hadhrat Imam Mahdi a.s. pun telah menyatakan: ‘Jika engkau ingin tetap berada di dalam Jamaat-ku, hindarilah berbagai macam perbuatan yang merusak dan hanya mengumbar nafsu diri sendiri. Jika tidak, menjauhlah dari Jamaat ini.’ Pada kenyataannya, orang-orang semacam itu memang sudah jauh dari Jamaat, dan sudah tak menghadiri lagi Jalsah Salanah. Maka jika mereka hadir, atau mendengar seruan ini, segeralah perbaiki diri sendiri. Atau, berpisahlah dari Jamaat ini, sebelum [Pengurus] Jamaat memberikan sesuatu tindakan. Saya nasehatkan pula kepada kaum muda Jamaat yang suka berdalih tidak mengetahui peraturan Jamaat atau tak dapat membedakan mana yang haq mana yang batil, agar jangan berhubungan dengan orang-orang yang suka mengumbar nafs-hedonisme dan merusak akhlak; yang jika sekali dimulai akan mengakibatkan kecanduan.
Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Allah Taala berfirman, bahwa [fattaquunar-rallati wa quduuhannasu wal hijarat….] kebanyakan manusia tercipta menjadi bahan bakar neraka Jahannam. Maksudnya, akibat [perbuatan] tangan mereka sendirilah yang mencipatakannya.’ Yakni, mereka telah dihimbau agar memasuki taman firdaus Al Jannah-Nya dengan qalbu yang suci dan murni. Akan tetapi mereka tak menghiraukannya. Mereka pikir mereka adalah cerdik cedekia yang sudah berusaha menentukan jalan hidup mereka sendiri yang menuju ke taman firdaus mereka, namun kenyataannya tiada lain adalah Jahannam. Maka bagi mereka itu kehidupan dunia ini adalah siksaan api neraka, dan begitupula di akhirat nanti.
Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Janganlah menyangka bahwa kenikmatan hidup duniawi dan sesuatu hubungan koneksitas dapat menjadi sumber ketenteraman qalbumu. Sama sekali tidak. Sebab, kenyamanan dan ketenteraman qalbu tidak datang dari hal-hal yang bersifat duniawi dan materi, melainkan hanya jika sudah berhasil berhablum-minallah ke dalam Rahimiyyat-Nya. Dahaga nafsu duniawi tak akan pernah dapat dipuaskan, melainkan meningkat terus. Dan mereka yang memburunya, kebinasaanlah yang akhirnya didapatkan. Api kehidupan mereka itu tak ubahnya seperti api Jahannam yang tak akan membiarkan mereka jeda barang sejenak, sebaliknya semakin bertambah menggelegak hingga memperdayai diri mereka sendiri. Oleh karena itu wahai karibku, ikutilah berbagai perintah Ilahi ini.
Api yang membakar hati lalu membawa ke dalam kegelapan adalah seumpama telah menjadi seonggok batu yang membara, yang apinya adalah nafsu materi duniawi. Sebaliknya, mukmin haqiqi adalah harus memiiliki niat kuat untuk memperoleh keridhaan Ilahi dalam setiap amal perbuatan mereka. Hancurkanlah berbagai macam berhala di dalam qalbu yang menggoda ke arah nafsu duniawi. Hanya dengan cara itulah seorang Muslim dapat menjadi Mukmin yang haqiqi. Di hari-hari ber-Jalsah Salanah ini Allah Taala telah memberi kita peluang besar untuk meng-inqillab diri sendiri. Pusatkanlah pikiran pada kondisi diri sendiri. Berusahalah untuk meningkatkan diri. Hilangkanlah berbagai kedhoifan, baik yang kabir maupun yang saghir. Sebab, adakalanya perbuatan buruk yang dianggap sepele dapat membawa orang kepada perbuatan buruk yang lebih besar. Sibuklah berdzikr Ilahi, dapatkanlah qurb kedekatan Ilahi dengan banyak ber-Istighfar dan Shalawat. Sucikan qalbu dari berbagai berhala yang latief. Dan senantiasalah bersyukur kepada Allah, sehingga menimbulkan kecintaan kepada-Nya di dalam qalbu. Berusahalah menjadikan berbagai karunia kehidupan duniawi di Negara ini sebagai sumber untuk memperoleh karunia rahmat Ilahi.
Allah Taala berfirman: Ketaqwaanmulah yang menjadi sumber kemuliaanmu, bukan harta benda maupun status duniawi. Allah Taala berfirman, yang terbaik di antaramu adalah ia yang paling bertaqwa. Berbagai perseteruan di kalangan anggota Jamaat dapat dihilangkan bila kita mempraktekan berbagai perintah Ilahi ini.
Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Pencegahan terbaik dari suatu keburukan adalah melindungi diri sendiri dari perbuatan buruk tersebut. Allah Taala akan memberi ganjaran pahala atas setiap amal shalih sekecil zarah bila dikerjakan semata-mata untuk mencari keridhaan-Nya. Kemuliaan seseorang bukanlah berdasarkan harta benda duniawinya, melainkan ketaqwaannya. Jangan pernah memandang rendah sesama saudaramu yang kurang beruntung. Jangan pernah menganggap diri lebih mulia dikarenakan harta maupun kasta. Sebab menurut Allah Taala, yang lebih mulia adalah mereka yang lebih Mutaqqi. Najat keselamatan tidak tergantung kepada kebangsaan maupun kekayaannya, melainkan amal perbuatan yang disaksikan Allah Swt.
Di suatu tempat lain, Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah memperingatkan dengan kata-kata yang tegas, bahwa dalam pandangan Allah Taala, orang yang mulia adalah mereka yang muttaqi. Allah Taala hanya akan menyelamatkan mereka yang bertaqwa. Ini adalah kondisi yang latief. Orang yang bertaqwa tak akan bersatu dengan orang yang rucah. Allah Swt akan menyelamatkan orang yang bertaqwa dan membinasakan mereka yang degil. Hanya Allah yang mengetahui sesiapa yang bertaqwa, oleh karena itu takutlah akan hal ini. Sungguh beruntunglah mereka yang bertaqwa, dan betapa malangnya mereka yang terkutuk.’
Berbagai sabda Hadhrat Imam Mahdi a.s. ini sudah cukup untuk menghidupkan kembali ruhani seorang Ahmadi. Satu-satunya kiat untuk melindungi diri sendiri dari keburukan adalah senantiasa memastikan selarasnya ucapan dengan perbuatan. Sehingga akan dikategorikan sebagai orang-orang yang telah memperoleh najat keselamatan. Dan Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah memberikan 3 (tiga) kiat untuk mendapatkan najat keselamatan itu.
Pertama: Lakukan amal shalih dan muttaqi. Kedua, Setiap langkah yang dilakukan hendaknya mengarah kepada ketaqwaan, dengan mengikuti contoh suri tauladan Hadhrat Rasulullah Saw yang segala amal perbuatannya tiada lain adalah ajaran Al Quran. Maksudnya, kembalilah kepada praktek ajaran Alquran Karim.
Kedua, per-eloklah berbagai amalan shalihan dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kehendak Allah Swt dan itaat kepada Hadhrat Rasulullah Saw. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Taqdir bagi Jamaat ini tiada lain adalah falah keberhasilan. Maka sungguh beruntunglah mereka yang telah dapat memahami konsep mendasar ini. Sudah barang tentu kebanyakan anggota Jamaat telah menapaki berbagai jalan ketaqwaan ini, dan terlihat pula dari sikap mereka terhadap sesama anggota yang lain. Namun, masih tetap ada berbagai celah untuk peningkatan diri.
Semoga Allah Swt memberi taufik kepada setiap diri kita untuk memahami dan mempraktekan kata-kata mutiara nasehat bertuah ini pada kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menjadi pewaris berbagai karunia dan rahmat yang telah dijanjikan Allah Swt bagi orang-orang muttaqi, yang tiada lain hanya mengarah kepada kebaikan. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Jauhilah segala perbuatan laghwiyat, tak berakhlak, hasad, fahsya, munkar, takabbur, mudharat dan keburukan lainnya. Sebab, ingatlah, bahwa hanya mereka yang shalih yang akan memperoleh falah keberhasilan.’ Rona suasana rohaniah yang tercipta selama Jalsah Salanah memberi peluang khas bagi kita untuk memastikan diri, bahwa kita telah melangkah ke arah penyelamatan diri dari berbagai macam perbuatan tak berakhlak dan buruk. Sekaligus kesempatan untuk berperan-serta dalam berbagai amal yang muttaqi yang mengarah kepada keridhaan dan karunia Allah Swt.
Berbagai usaha bersama maupun secara Jamaati di jalan Allah Taala, selain perorangan, juga dapat lebih meningkatkan keridhaan Ilahi. Maka kita pun niscaya dapat menjadi saksi penggenapan berbagai janji Ilahi kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.,, yakni kemenangan yang hanya diberikan kepada seorang rasul Allah.. Maka jika kita ingin memperoleh bagian dari kemenangan tersebut, setiap orang Ahmadi harus berjuang keras untuk meningkatkan kondisi rohaninya. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Hendaklah diingat, orang-orang yang muttaqi telah mendapat kabar tentang ganjaran pahala mereka di dunia ini juga.
Pada masa-masa awalnya, mereka harus menghadapi berbagai macam prahara yang datang silih berganti. Namun akhir dari segala kesusahan dan tantangan ini tiada lain adalah keberhasilan dan kemenangan. Beliau a.s. pun telah mengkabar-gaibkan mengenai kemajuan Jamaat ini dengan ungkapan kata-kata sebagai berikut: ‘Aku menerima kabar suka mengenai keberhasilan Jamaat ini, sehingga ketakutan dan kecemasanku pun sirna, tergantikan oleh keteguhan imanku. Bahkan aku telah dapat mencium harum semerbak kemenangan akhir yang akan dikaruniakan kepada Jamaat ini.’ Jadi, kemajuan dan kemenangan ini memang telah ditaqdirkan bagi Jamaat. Maka kita hendaknya meningkatkan standar ketaqwaan kita, sehingga kita pun dapat menjadi saksi akan berbagai keberhasilan tersebut.
Setiap diri orang Ahmadi hendaknya dapat memperoleh sesuatu faedah selama hari-hari ber- Jalsah Salanah ini, dan juga bulan suci Ramadan yang segera menjelang, dan meningkatkan kondisi mereka dengan berbagai usaha yang dapat dilakukan. Semoga Allah Taala memberi taufik kepada setiap diri kita untuk melaksanakannya dan meraup keberkatan dari perhelatan yang mulia ini. Semoga kita dapat menjadi pewaris doa-doa Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang ditujukan bagi para peserta Jalsah Salanah. Aamiin !
Simaklah berbagai Pidato Jalsah dengan baik. Jumlah peserta harus tetap banyak dalam setiap acara dan melaksanakan semua perintah yang diberikan di dalam acara tarbiyat maupun siraman rohani yang disajikan selama Jalsah Salanah. Seluruh peserta hendaknya dapat bekerja-sama dengan Panitia, dan para pengkhidmat pun hendaknya dapat melaksanakan tugas mereka dengan penuh tanggung jawab. Seluruh peserta maupun pengkhidmat hendaknya juga waspada terhadap lingkungan yang berada di sekitar mereka.
Semoga Allah Swt memberi taufik kepada anda sekalian untuk melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah Swt senantiasa mendampingi anda sekalian dalam pertemuan akbar Jalsah Salanah ini. Aamiin ! . oo0O0oo