Thursday, July 19, 2012

Keteguhan Iman dan Taqwa Para Sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُ هُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)

Pada hari ini, saya akan menyampaikan kembali beberapa riwayat singkat para sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang pertama-tama adalah mengenai keteguhan iman mereka, sebagai berikut :
(1) Mian Abdullah Khan sahib r.a. menulis: ‘Meskipun aku telah Bai’at kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., namun belum pernah bermulaqat secara langsung dengan beliau. Di tahun sedang berkecamuknya wabah penyakit pes di Hindustan ada seorang karibku yang bertanya: Apakah kamu percaya bahwa Hadhrat Isa [ibnu Maryam] a.s. masih hidup di atas langit ?’ Aku jawab: ‘Berdasarkan ilmu pengetahuan dan akal sehat, aku tak percaya.’ Lalu ia pun menyampaikan, bahwa: Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad [Qadiani] telah mendakwakan diri, bahwa beliaulah Al Masih dan Al Mahdi yang Dijanjikan. Sedangkan Al Masih Israili telah wafat.’ Maka aku pun segera mengirimkan surat pernyataan Bai’at kepada beliau a.s., kemudian berangkat hijrah ke Afrika. Waktu itu ayahku tidak menentang. Tetapi setelah aku bermukim di Afrika, beliau mengirim surat kepadaku: ‘Bila engkau tak membatalkan keimananmu kepada Hadhrat Imam Mahdi, hak warismu akan dicoret.’ Waktu itu aku sudah bekerja sebagai Kepala Stasiun Kereta Api. Maka aku tak pedulikan surat tersebut selama 10 (sepuluh) hari. Lalu aku perlihatkan kepada istriku, yang meskipun tak berpendidikan tinggi, ia menjawab: ‘Allah Taala telah memberikan rizki kepada kita, jika ayah tuan tak mau menerima kebenaran Hadhrat Imam Mahdi a.s., terserah saja. Tetapi mengapa pula harus meminta kita untuk membatalkan keimanan kepada beliau a.s. ? Kalau memang mau membatalkan hak waris tuan, silakan saja.’, begitulah surat balasan yang kami kirim.
Kemudian ayahku mengirimkan surat yang kedua, yang mengatakan: Engkau adalah satu-satunya anak lelaki-ku. Aku mengirim surat yang pertama itu sebenarnya atas desakan beberapa orang kerabat.’ Aku membalasnya dengan nada seperti suratku yang pertama; yang ayahku ku pun membalasnya lagi dengan hal yang sama.. Maka ketika aku pulang cuti, aku bahas masalah ini bersama ayahku. Ia mengatakan: Aku sudah mengetahui tentang Mirza sahib sejak sewaktu beliau menjadi pegawai [pengadilan] negeri di Sialkot dan berusia sekitar 20 atau 22 tahun, sebaya denganku; dan sudah terlihat sekali kemukhlisannya. Suatu hari aku melihat ada seseorang yang datang menjumpai ‘Mirza sahib’, kemudian ia berkata kepadaku: ‘Aku yakin orang inilah Imam Mahdi Yang Dijanjikan.’ Maka aku menyela ayahku itu: ‘Kalau begitu itu merupakan suatu Tanda Ilahi. Namun ayahku berkata: ‘Meskipun Mirza sahib benar, aku tak hendak menerimanya.’ Maka aku pun ber-Istighfar sambil berlalu dari hadapan ayahku itu.
(2) Hadhrat Sheikh Abdul Rasyid sahib r.a.. menulis: ‘Tak lama setelah aku Bai’at, orang tuaku mengusirku dari rumah. Seorang kerabat yang datang ke rumah menyarankan ayahku agar kami menjumpai seorang Maulwi sehingga permasalahannya dapat difahami. Aku yang sedang bersemangat tabligh menyetujuinya. Pada pertemuan tersebut, baru awal pertama, sang Maulwi mengatakan: Mengapa engkau membawa serta orang kafir ini ?’ Maka aku pun marah, tetapi aku tahan demi untuk pembahasan yang lebih baik. Kerabat kami tersebut berkata: Jika tuan Maulwi tak sanggup menjelaskan perkara aqidah ini kepada seorang pemuda, manalah mungkin dapat menerangkannya lagi kepada para pengikut ‘Mirzai’ lainnya ? Kemudian Maulwi tersebut mengutip sebuah Hadith, lalu berusaha menafsirkan menurut pendapatnya sendiri. Maka aku pun menyela, bahwa perkataan Hadith tersebut memerlukan penafsiran yang shahih. Lalu mulai bertanya tentang pengertian Hadith tersebut, yang membuatnya kebingungan.
Adapun bunyi Hadith yang diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim tersebut adalah sebagai berikut: ‘Kaifa antum ina najzala ibnu Maryama fiikum wa imaamukum minkum’, yakni, Hadhrat Rasulullah bersabda: ‘Bagaimanakah keadaanmu jika Isa ibnu Maryam turun di antara kamu, dan menjadi imam kamu, dari antara kamu ?’ [Hudhur Aqdas Atba menjelaskan]: Adapun di dalam Hadith lainnya disebutkan: Karena dikatakan wa imaamukum minkum, maka beliau a.s. itu akan membawakan Imamat atau Kepemimpinan [Khilafah Islamiyah bagi umat. Rasyid sahib melanjutkan: Maka aku katakan kepadanya: ‘Penafsiran Pak Maulwi tidak benar’, kataku, sambil mengutip beberapa ayat Al Quran Karim dan Hadith lainnya untuk menguatkan pendapatku. Sang Maulwi yang semakin kebingungan dan menjadi berang berkata kepada ayah temanku: ‘Bukankah aku sudah katakan, bahwa anak muda ini tak akan mendengar perkataanku ? Maka beliau pun melaporkannya kepada ayahku, bahwa: Pak Maulwi tak dapat menaklukkan Rasyid sahib. Melainkan, ia sendiri meskipun masih muda justru sangat memahami kebenaran pendapatnya.’ [Hudhur Aqdas Atba menjelaskan: Dengan karunia Allah Taala, ilmu kaum Maulwi tak dapat mengalahkan seorang anak muda Ahmadi. Ditambah lagi dengan sikap keras kepala sang Maulwi tersebut.
(3) Saqib Zairvi sahib menulis: Suatu hari aku mendengar seorang ulama besar Ataullah Shah Bukhari mengatakan: Bahkan meskipun seandainya Allah Taala mengatakan kepadaku bahwa Mirza sahib benar, aku tak akan mempercayainya. Kemudian, mengisahkan tentang pengalaman Hadhrat Abdul Hassan sahib, tuan Ali Muhammad sahib menulis: Para penentang senantiasa berusaha untuk menganiaya beliau dengan sekasar-kasarnya, namun beliau tetap bersabar dan tak mengendurkan semangat untuk bertabligh.
(4) Hadhrat Hafiz Ghulam Rasul Wazirabadi r.a. menulis: Suatu kali aku tiba di Qadian dalam keadaan cemas dan memelas disebabkan berbagai aksi penentangan [terhadap diriku], sehingga Hadhrat Imam Mahdi a.s. menanyaiku: Mengapa tuan terlihat seperti orang yang sedang sangat memerlukan sesuatu ? Dari segi cara bicata dan penekanannya, tampak sekali Hudhur Aqdas a.s. seolah menawarkan bantuan keuangan, yang sebenarnya, yang aku butuhkan adalah ketenteraman batin dan pikiran. Yakni, aku datang ke Qadian dengan niat ingin meneguhkan qalbuku melalui daya quwwat qudsiyah Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Jadi, menurut hematku, janganlah mendatangi seorang Utusan Ilahi untuk meminta sesuatu bantuan ekonomi. Melainkan, justru untuk mempersembahkan sesuatu pengorbanan kepada beliau. Dan Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah banyak mendoakanku untuk itu.
(5) Hadhrat Babu Abdul Rahman sahib r.a. menulis: Semua sanak saudaraku, teman dan tetangga sangat senang atas sikap rendah hati dan tawadhu-ku. Namun, setelah mereka mendengar kabar bahwa aku sudah Bai’at, mereka semua itu, terkecuali kerabat keluarga yang juga sudah Bai’at, menjadi para penentangku yang sengit. [Hudhur Aqdas Atba mengomentari]: Inilah yang sesungguhnya terjadi di dalam sunnah para Nabiyullah dan para pengikut beliau. Yakni, suatu hari dulu, saya berkunjung ke suatu tempat dekat di kota Faisalabad. Kaum ghair-Ahmadi di situ mengatakan kepada saya, bahwa tuan Sheikh Muhammad Ahmad Mazher [Ahmadi] adalah seorang pengacara hukum yang sangat muttaqi, jujur dan murni, karena selalu memilih perkara yang haq untuk dibela. Tapi sayang ada kekurangannya, ialah dia itu orang Qadiani !
Babu sahib melanjutkan: Sanak saudaraku itu memboikotku, dan menganjurkan orang lain untuk berbuat yang sama. Sehingga tukang susu pun menghentikan kirimannya. Kemudian difatwakan pula, bahwa barangsiapa yang lewat dibawah atap rumah seorang Ahmadi, akan menjadi kafir. Namun ironisnya, kaum Maulwi yang tugasnya menasehati masyarakat itu, justru makan di rumahku. Maka setelah Bai’at itu, aku pun mendirikan Salat-ku secara terpisah, yang juga ditentang para tetangga karena aku tak lagi pergi ke Masjid mereka. Melainkan Salat berjamaah di sebuah rumah. Namun, pemilik rumah yang aku sewa itu pun mengusirku. Aku pindah menyewa rumah lain, dan melaksanakan Salat berjamaah kami di situ. Kemudian kami berhasil membeli sebuah bangunan untuk dijadikan Masjid. Lalu datang pula Dr. Basharat sahib pindah ke daerah kami yang sangat memperkuat posisi Jama’at. Orang Ahmadi yang penyabar dan mukhlis ini menjadi Imam Salat kami secara terang-terangan. Beliau yang suka bertabligh ini bahkan suka mengutarakan hasratnya untuk menggantungkan tulisan dengan huruf besar-besar di dada, bahwa: ‘Hadhrat Isa a.s. telah wafat !’
(6) Hadhrat Sheikh Ataullah sahib r.a. menulis: ‘Aku menerima surat balasan Bai’at-ku dari Qadian via pos yang dilengkapi dengan beberapa literature, termasuk surat kabar Al Hakam yang aku reproduksi dan sebar-luaskan, sehingga menjadi populer. Namun juga menimbulkan tentangan sengit. Seringkali ada demo yang memaksa agar kaum Ahmadi ‘bertobat’. Sehingga membuat beberapa orang yang lemah iman dan tak tahan menghadapi perlakuan aniaya tersebut tergelincir dan menghilang. Sehingga tinggal aku dan dua orang Ahmadi lainnya yang tetap teguh, yang salah seorang dari antaranya, berkat karunia Allah Taala sudah memperoleh pencerahan rohani secara langsung dari Hadhrat Imam Mahdi a.s. sewaktu beliau berada di Qadian. Namun diriku sendiri dengan karunia Allah memperoleh pencerahan rohani dari Yang Ghaib, sehingga tak ada satupun dari berbagai aksi penentangan tersebut dapat mempengaruhi diriku. Pada kenyataannya, semakin besar mereka pihak penentang mencoba menaku-nakutiku, semakin teguh pula imanku.’
(7) Hadhrat Mian Abdul Majid Khan sahib r.a. menulis: Suatu hari pihak penentang mengadakan demo besar yang menyerukan untuk melawanku. Pendek kata banyak siasat yang mereka tebarkan. Ancaman pemboikotan dan fitnah ditimbulkan di kalangan kaum awam bahwa aku adalah murtad. Maka pada suatu malam aku pergi ke ladang. Sambil menghadap ke Qiblat aku berdoa menangis-nangis dan hati yang pedih, serta memusatkan pikiran agar Hadhrat Imam Mahdi a.s. datang menolongku. Allah Taala mendengar jeritan qalbu hamba-Nya. [Hudhur Aqdas Atba menjelaskan]: Dalam hal ini Mian sahib sedikitpun tidak melakukan perbuatan syirik. Melainkan, pikirannya terpusat kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., namun beliau berdoa kepada Allah Taala agar menyelamatkan dirinya dari kaum yang aniaya. Jadi, sesungguhnya beliau itu menyeru Allah Taala. Mian sahib melanjutkan: Kemudian aku pun jatuh tertidur, lalu mendapat mimpi: Melihat para penentang sudah mengepung rumahku sambil berteriak-teriak akan menghabisi diriku ! Tetapi tiba-tiba datang Hadhrat Imam Mahdi a.s., lalu memegang tanganku seraya menghadapkan wajah beliau ke arah langit, beliau a.s. bersabda: ‘Terbanglah engkau ke langit !’ Dengan iradah quwwat qudsiyah beliau a.s.. aku pun dapat terbang ke atas langit, dengan disaksikan oleh para penentang yang keheranan. Ketika aku terbangun, aku merasakan suka cita yang amat sangat, dan menjadi haqul-yaqin bahwa Hadhrat Imam Mahdi a.s. adalah benar seorang Utusan Ilahi. Keesokan paginya, benar saja, para penentang itu datang mengepung rumahku. Namun aku katakan kepada mereka: ‘Sesuai dengan iradah-Nya, Allah Taala telah memberiku keteguhan. Yakni mekipun seandainya kalian mencincang tubuh jasmaniku, qalbuku tak akan berbalik dari kebenaran Hadhrat Imam Mahdi a.s. !’ Malam harinya aku bermimpi lagi: Melihat sepasukan polisi mengepung rumahku sambil mengatakan, bahwa: Sekarang pemerintah yang memaksamu. Jika kamu tidak ‘bertobat’ akan dihabisi. Aku menjadi sangat ketakutan.
Namun sekali lagi Hadhrat Imam Mahdi a.s. muncul kembali. Lalu memegangi kedua tanganku dengan tangan beliau yang berberkat, kemudian bersabda sambil mengarahkan wajah aqdas beliau ke arah langit sebagaimana pada malam sebelumnya: ‘Terbanglah engkau ke atas langit ! Maka aku pun terbang ke langit. Kedua mimpiku tersebut sungguh telah meneguhkan imanku. Pada waktu aku menuliskan pengalaman [mimpi-mimpiku] ini, aku belum pernah bertemu secara langsung dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s., yang ketika aku sampaikan kepada beliau, beliau a.s. membalas suratku: ‘Datanglah segera ke Qadian.’
(8) Hadhrat Amir Khan sahib r.a. menulis: Setelah Bai’at di Qadian, aku kembali ke desaku. Seorang tokoh desa yang sangat takabbur menjadi penentangku dan sangat melampaui batas dalam mencacimaki. Tetapi aku menghadapinya dengan sabar dan tawaqal. Saat itu tengah terjadi wabah penyakit pes yang meluas di Hindustan. Satu persatu, keluarga dan anak istrinya tewas diterjang oleh wabah tersebut. Sehingga ia yang tinggal seorang diri harus mengungsi ke rumah ex-mantu perempuannya di lain desa. Makan di rumah seorang mantu perempuan adalah jauh lebih buruk dibandingkan maut baginya. Tokoh berusia sekitar 60 tahun ini pun tak banyak berharta pula. Suatu pagi ketika aku sedang tilawat Qur’an ba’da Salat Fajr di Masjid, ia mendatangi diriku, lalu berkata sambil mengarahkan wajahnya ke arah Qiblat: ‘Lihatlah nasibku kini. Aku tak membenci Mirza sahib lagi !’ [Hudhur Aqdas Atba bersabda]: Itulah beberapa riwayat singkat yang menggambarkan ketawaqalan para sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Jama’at yang Allah Taala telah karuniakan kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. ini pun tetap istimewa ketaqwaan mereka. Saya banyak menerima surat maupun bertemu secara langsung dengan kaum pria maupun wanita yang menyampaikan berbagai pengalaman mereka yang serupa seperti itu. Yakni, daya quwwat qudsiyah yang Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah berhasil tanamkan kepada para sahabah beliau, masih terus berlanjut kemunculannya hingga kini.
Semoga Allah Taala senantiasa meningkatkan maqom ruhaniah para sahabah yang telah menerima kebenaran Hadhrat Imam Mahdi a.s. tersebut, dan juga mengaruniai ketawaqalan kepada keluarga anak keturunan mereka, dan juga para Mubayin Baru yang sekarang maupun di masa-masa yang akan datang.
Selanjutnya saya sampaikan lagi beberapa riwayat singkat para sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang memperlihatkan mukjizat Ilahi dalam melindungi diri mereka.
(1) Hadhrat Barkat Ali sahib r.a. menulis: Pada waktu terjadi gempa bumi tanggal 4 April 1905, tubuhku terkubur di bawah reruntuhan bangunan rumahku, dan baru berhasil diselamatkan setelah digali dengan susah payah. Beberapa hari sebelum terjadinya gempa bumi tersebut, Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah menubuatkan dan menyebar-luaskan brosur maklumatnya. Kebetulan waktu itu aku sedang berada di Qadian, maka aku bawa serta setumpuk brosur peringatan agung tersebut lalu aku bagikan kepada masyarakat. Waktu itu aku bekerja sebagai klerk [pegawai administrasi] sehingga ada waktu untuk sering-sering mengunjungi salah seorang sahabah lainnya yang bernama Mirza Rahim Beg. Semua orang Ahmadi di daerahku selamat meskipun 90% dari penduduknya tewas oleh gempa bumi dahsyat tersebut. Sehingga menjadi suatu tanda Ilahi yang qath’i. Keselamatan keluargaku dan juga keluarga kaum Ahmadi lainnya memiliki kekhasannya masing-masing. Beberapa hari setelah peristiwa tersebut aku mengunjungi Hadhrat Imam Mahdi a.s. di Qadian. Aku lihat beliau a.s. sedang berbaringan di dalam tenda di bawah keteduhan pohon mangga. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bertanya: ‘Bagaimana tuan dapat selamat dari bawah tumpukan puing-puing bangunan rumah tuan ?’ Aku menjawab: ‘Sebuah tempat tidur besar telah membantu menyelamatkanku, yakni dengan menyangga beban berat reruntuhan tembok besar itu dan lain sebagainya. Lalu Hadhrat Imam Mahdi a.s. menanyakan kaum Ahmadi lainnya bagaimana mereka dapat menyelamatkan diri, meskipun beliau a.s. telah jelas mengatakan di dalam brosur tersebut, bahwa tak akan ada satu pun orang Ahmadi yang tewas oleh gempa bumi besar itu. Aku menjadi haqul-yaqin, bahwa Allah Taala telah mengkabar-gaibkannya kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., bahwa peristiwa ini pasti akan terjadi. Dan aku menjadi orang pertama yang melaporkan penzahirannya kepada beliau. Maka berberkatlah mereka yang mau mengambil pelajaran dari Tanda-tanda Ilahi dan menerima kebenaran seorang Utusan-Nya.
(2) Hadhrat Chaudhry Abdul Hakim sahib r.a. menulis: ‘Mulanya aku bertemu dengan seorang Ahmadi yang bernama Maulwi Badaruddin sahib yang juga adalah Kepala sebuah Sekolah Dasar. Maulwi sahib memberiku surat kabar Al Hakam untuk dibaca, yang masih aku ingat di halaman mukanya mencantumkan sub-topik utama ‘Wahyu Penyegaran’; dan juga ‘Pendakwaan Berberkat Seorang Imam Zaman’. Setelah membacanya, diriku pun terpikat, dan sangat berhasrat untuk menjumpai Hadhrat Imam Mahdi a.s. secara langsung. Meskipun dihalang-halangi oleh kerabat dan handai tauIan, aku pun baiat menerima kebenaran Ahmadiyah. Lalu, Maulwi Badaruddin menyarankan aku untuk berziarah ke Qadian. Maka aku beserta seorang Maulwi dari kaum Ahli Hadith berangkat ke sana. Aku mendapat izin cuti dari tempat kerjaku, tetapi dana transportasinya tak cukup untuk membeli karcis k.a. terusan tuntas hingga ke Qadian. Maka kami pun membeli karcis sejauh jarak yang sesuai dengan uang yang tersedia. Di tengah perjalanan, Pak Kondektur muncul memeriksa karcis penumpang satu persatu. Maka tiada pilihan lain bagi kami selain banyak-banyak berdoa: Ya Allah, kami ini bermusafar semata-mata untuk menemui Al Masih dan Al Mahdi Engkau yang haqiqi. Oleh karena itu, tolonglah kami.’ Allah Taala mendengar doa-doa kami, ketika Pak Kondektur memeriksa karcis kami, ia hanya memandangi wajah kami, lalu mengembalikannya tanpa banyak bicara. Ini semata-ma mukjizat Ilahi yang menyelamatkan diri kami dari kehinaan, sekaligus menunjukkan kebenaran Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang semakin qath’i kepada kami. Sesampainya di Stasiun K.A Batala, kami pun melanjutkan safar ke Qadian dengan berjalan kaki.
(3) Hadhrat Allah Ditta sahib r.a. yang adalah seorang Kepala Sekolah menulis: Semata-mata karunia Allah Taala yang khas, Dia berkenan menyelamatkan diriku dari ribuan kali situasi yang sudah dijelang ajal.
(4) Hadhrat Master Wadaway Khan sahib r.a. yang adalah seorang guru, menulis: Suatu hari ketika aku pulang, istriku menyambut di luar rumah dengan penuh rasa cemas: ‘Ada beberapa ekor tikus mati di dalam rumah !, katanya. Maka aku berusaha menenangkannya agar jangan khawatir, sebab Jama’ah ini akan diselamatkan. Lalu aku pun membuang bangkai tikus tersebut dan membersihkan seluruh ruangan. Namun, pada hari kedua setelah itu, ada lagi tikus yang mati. Maka aku tenangkan kembali istriku, sambil membersihkan seisi rumah. Tetapi pada hari keempatnya, malam itu istriku berkata, bahwa tubuhnya banyak berkeringat (tanda gejala terkena serangan penyakit pes). Maka aku tenangkan dirinya, bahwa besok pagi aku akan segera menyurat kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. untuk memohon doa beliau. Keesokan pagi harinya aku tulis surat itu dan segera pula memposkannya. Namun, boleh jadi surat tersebut belum sampai di Qadian, istriku mengatakan: Sudah tak berkeringat lagi. Kesehatannya sudah membaik. Tetapi, selang beberapa hari kemudian, anak lelaki balita kami yang baru berusia setahun mengalami bengkak-bengkak (gejala lain dari terserang penyakit pes). Maka aku pun segera menyurat kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. memohon doa beliau, sambil terus menerus menenangkan seluruh keluarga. Tak seberapa lama, bengkak-bengkak anakku menghilang dengan sendirinya. Padahal, ketika itu wabah penyakit pes sedang mengganas. Ratusan orang dilaporkan tewas setiap harinya.’
[Hudhur Aqdas Atba mengklarifikasikan]: Hendaknya difahami, bahwa Hadhrat Imam Mahdi a.s. sebetulnya telah mengeluarkan beberapa perintah yang jelas sehubungan dengan akan berkecamuknya wabah penyakit pes tersebut. Namun, sangat boleh jadi seruan tersebut tidak sampai kepada tuan Master sahib ini. Sebab, para sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s. senantiasa segera mentaati berbagai perintah beliau. Yakni, meskipun peristiwa tersebut memperlihatkan keteguhan iman Master sahib, tetapi perintah Hadhrat Imam Mahdi a.s. tersebut adalah sebagai berikut: ‘Dengan ini kami perintahkan kepada para ikhwan kami di Lahore agar dapat menerbitkan poster-poster peringatan, bahwa: Bila di suatu rumah atau tetangganya kedapatan ada seekor tikus yang mati, harap kosongkan segera. Mengungsilah ke luar kota. Adalah perintah Ilahi, bahwa berbagai persiapan pencegahan fisik duniawi pun hendaknya jangan sampai diabaikan. Dilarang tinggal di rumah yang jorok, gelap, sempit dan pengap. Baik jika sedang terjadi wabah maupun tidak. Hindarilah setiap bentuk kekotoran. Pakaian harus bersih. Tempat tinggal harus bersih dan rapih. Tubuh harus tetap dijaga kebersihannya. Ini adalah berbagai hal penting disamping memperbanyak doa-doa dan beristighfar.’
Wabah penyakit pes serupa ini pun pernah berkecamuk di zaman Hadhrat Umar r.a.. Yakni, lasykar Muslimin telah berangkat menuju suatu wilayah yang ternyata sedang dilanda wabah penyakit pes yang ganas. Ketika berita itu sampai ke tangan Hadhrat Amirul Mu’minin di Madinah, beliau r.a. segera memerintahkan agar pasukan segera meninggalkan daerah tersebut. Menyingkirlah ke ketinggian sebuah bukit. Sehingga, seluruh anggota lasykar Muslimin itu pun selamat. Namun, ada seseorang yang berkeberatan. Ia berkata: ‘Mengapa tuan harus lari dari suatu taqdir Ilahi ?’ Hadhrat Khalifah menjawab: ‘Ya, aku berlari dari satu taqdir ke tadir Ilahi lainnya. Jadi, apakah aku berada di luar suatu Kehendak Ilahi ?’
[Hudhur Aqdas Atba mengingatkan]: Jadi, hal ini adalah perintah umum harian. Yakni, janganlah hendaknya menyusahkan diri sendiri secara sengaja. Hadhrat Imam Mahdi a.s. pun bersabda: ‘Allah Taala telah menjanjikan dua hal kepadaku.
Pertama, adalah: ‘Inni ukha fiddu kulla man fiddar’, yakni, barangsiapa yang berada di dalam lingkungan dinding tembok baitmu akan diselamatkan dari serangan wabah. Janji Kedua, adalah terkait dengan keberadaan Jama’at ini. Yakni, akan ada ketenteraman di dalamnya bagi mereka yang menerima dan tidak menukar keimanannya dengan sesuatu kemunkaran. Hanya mereka itulah yang memperoleh nur hidayah-Nya. Yakni, janji Ilahi kepada Jamaat ini akan menyelamatkan mereka yang sungguh-sungguh melaksanakan berbagai perintah Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Mereka yang menghilangkan kekotoran, kekhilafan dan kedhoifan dirinya. Serta tak terpengaruh oleh kecenderungan keburukan egoisme dirinya. Banyak orang yang Bai’at, tetapi tidak merubah perbuatan [buruk] mereka. Jadi, dua janji Ilahi tersebut merupakan nur hidayah yang dapat melindungi diri dari berbagai kesulitan dan juga berbagai penyakit, yang oleh karena itu perlu senantiasa memeriksa keadaan iman diri sendiri.
(5) Hadhrat Maulwi Sufi Ata Muhammad r.a. menulis: Sungguh sulit bagiku untuk dapat mendatangi dan menyaksikan Hadhrat Imam Mahdi a.s. [secara langsung] karena tak mendapat izin cuti dari tempat kerjaku. Suatu hari aku membaca di dalam sebuah surat kabar bahwa Hadhrat Imam Mahdi a.s. akan datang ke Jhelum. Kebetulan keesokan harinya adalah hari Minggu, maka aku putuskan untuk segera berangkat ke Jhelum. [Sabtu petang itu] aku berangkat berjalan kaki menyusuri jalan setapak perbukitan menuju ke stasiun kereta api yang berjarak sekira 3 miles (atau k.l. 5 kilometer). Jalan pintas setapak tersebut sulit untuk dilalui, bahkan di siang hari sekalipun. Namun aku yakin terhadap pertolongan Allah Taala, oleh karena itulah aku memulai safarku sejak petang hari. Kemudian aku menapakinya dalam kegelapan. Tetapi tiba-tiba ada cahaya lentera di depanku yang membuat safarku menjadi lebih mudah. Seperti ada seseorang lainnya yang juga hendak pergi ke tujuan yang sama. Ketika sampai di stasiun, kereta api itu sudah bersiap-siap akan berangkat. Maka kemudian akupun berhasil mencapai Jhelum dan bermulaqat dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s..
(6) Hadhrat Ghulam Rasul Rajiki r.a. menulis: Ketika masih pemuda, aku mendapat mimpi bahwa diriku tergilas oleh seekor gajah. Keesokan paginya temanku mengajak pergi bersama suatu rombongan untuk melihat derasnya Sungai Bayas, dengan menunggang gajah. Maka aku pun teringat akan mimpiku mengenai gajah-gajah yang menakutkan itu. Oleh karena itu aku tolak. Namun beberapa orang temanku yang lain terus menerus membujukku. Maka terpaksalah aku pun berangkat juga. Rombongan kami menunggang 3 atau 4 ekor gajah. Sesampainya di sungai tersebut, seorang anggota rombongan mulai melompat dari atas jembatan ke dalam sungai yang sedang mengalir deras. Ia masuk ke dekat tunggul di seputar tiang jembatan, lalu muncul di tepian lainnya. Karena aku pun adalah seorang perenang ulung, aku katakan kepada mereka: Cobalah kamu muncul di tunggul yang satunya lagi itu, jangan cuma yang dekat sini. Ia menjawab: Arusnya sedang bergolak deras, sulit untuk merenanginya hingga ke dekat tunggul yang jauh itu. Cobalah kamu lakukan kalau berani’, katanya, demi menyadari bahwa aku pun jago renang. Maka aku melompat ke sungai itu dari atas jembatan, kemudian muncul lagi dari bawah tunggul itu, [lalu naik lagi ke atas]. Kemudian aku melompat lagi untuk yang kedua-kalinya tetapi dari titik lompat lebih jauh. Namun, secara tak sengaja tubuhku langsung masuk ke dalam kisaran air, dan terjebak di dalamnya. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri tapi tak berhasil. Tubuhku terasa tersedot ke bawah oleh arus yang sangat deras itu. Tampak mustahil untuk menjauh daripadanya. Tenagaku sudah habis, sudah merasa maut akan menjemput dalam beberapa menit. Samar-samar aku lihat teman-temanku itu hanya menonton saja, malah bersorak-sorai atas kondisiku yang sudah kritis. Tidak berusaha melempar sesuatu benda yang dapat aku pegang untuk menyelamatkan diri. Padahal situasinya semakin kritis. Aku sudah merasakan ajal segera menjemput dalam beberapa detik. Namun seketika itu juga keadaan berubah drastis. Aku teringat keberadaanku di daerah tersebut adalah atas perintah berberkat Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Arus kisaran air itu serasa berbalik naik ke atas. Seperti ada tangan gaib yang mendorongku ke atas, melempar menjauh dari kisaran itu. Lalu. tanganku terasa menggapai patahan cabang pohon yang banyak tumbuh di sepanjang tepian sungai tersebut. Semata dengan karunia Allah Taala, aku berhasil menepi ke tepian sungai.
Aku teringat akan mimpiku yang menjadi kenyataan, yakni, tergilas seekor gajah dapat berarti akan menghadapi sesuatu musibah. Namun aku pun menyadari, bahwa diriku selamat dari cengkraman maut derasnya kisaran air sungai tersebut berkat Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang memerintahkan aku agar berada di daerah tersebut. Jika tidak, situasi yang ku-alami itu tentulah sudah menghabisi diriku.’
[Hudhur Aqdas Atba menambahkan]: Jadi, berbagai riwayat peristiwa tersebut menunjukkan keteguhan iman para sahabah kepada Allah dan juga keyaqinan mereka terhadap kebenaran Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Jika tidak, tentulah orang-orang berpandangan duniawi akan menganggap terselamatkan dari kisaran maut air sungai deras tersebut sebagai kebetulan saja. Maka kita semua pun hendaknya dapat menanamkan keteguhan iman seperti itu di dalam diri masing-masing. Semoga Allah Taala memberi taufiq untuk itu. Aamiin !
oo0O0oo