Thursday, July 26, 2012

Keikhlasan dan Keitaatan Para Sahabah r.a. Kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘Hadhrat Imam Mahdi a.s. menulis di suatu tempat: ‘Aku sangat bersyukur kepada Allah Taala yang telah memberiku satu Jamaat yang terdiri dari orang-orang yang abai terhadap kepentingan dirinya sendiri (selfless) dan mukhlisin; yakni, yang setiap saat bersedia mentaati segala apa yang aku perintahkan.’ Di lain tempat beliau a.s. menulis: ‘Keikhlasan dan keitaatan tiada tara para sahabah Hadhrat Rasulullah Saw
sedemikian rupanya sehingga bukan hanya bersedia menanggung segala derita, melainkan juga tak ragu sedikitpun untuk mengorbankan jiwa raga, yang akhirnya membuahkan keberhasilan yang luar biasa.’ Hadhrat Imam Mahdi a.s. menulis di dalam kitab ‘Haqiqatul-Wahyi’ yang juga tercantum di dalam kitab ‘Barahin Ahmadiyah’, bahwa Allah Taala telah mengkabar-gaibkan kepadaku: ‘Al khaiytu alaika muhabbatam-minni wa laitusna alahaini, yakni, Aku akan tanamkan kecintaan-Ku kepada engkau di dalam qalbu manusia.’ Wahyu tersebut diterima ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. tak dikenal orang. Namun, kemudian betapa Allah Swt sungguh-sungguh mendatangkan ribuan demi ribuan orang yang menjadi pengikut beliau yang ikhlas dan setia. Yakni, sebagian dari mereka ada yang hingga mengorbankan jiwa raganya. Sebagian lagi bersedia menanggung resiko kesulitan harta benda. Ada pula yang terusir dari kampung halaman atau rumahnya sendiri. Namun kesemua sahabah radiallahu anhum tersebut tetap teguh dan setia terhadap Hadhrat Imam Mahdi a.s. di atas segalanya.
Salah seorang sahabah yang bernama (1) Syed Mir Nasir Shah sahib menulis sebagai berikut: ‘Adalah hasratku yang terbesar, bahwa pada Hari Qiyyamat nanti, aku akan tetap termasuk di dalam Jama’ah yang berberkat ini atas ridha Hudhur Aqdas, sebagaimana keberadaanku sekarang ini. Allah Taala Maha Mengetahui, bahwa kecintaanku, yakni orang yang dhoif ini kepada tuan adalah sedemikian rupanya hingga aku bersedia mengorbankan jiwa raga, dan harta bendaku demi tuan semata. Aku mengkhidmatkan diriku dengan ribuan kali kehidupan. Yakni, semoga semua sanak saudaraku dan juga orang tuaku, pun berkorban demi tuan. Semoga Allah Taala meng-akhiri kehidupanku dalam kecintaan dan keitaatan kepada tuan. Amin !’ Selanjutnya saya sampaikan berbagai riwayat lain para sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s., yang menggambarkan keistimewaan mereka dalam hal keikhlasan, pengkhidmatan dan keitaatan. Pada setiap riwayat tersebut mengandung hikmah tarbiyat yang besar dan menarik bagi kita, yakni: Betapa para sahabah radiallahu anhum tersebut itaat dengan sempurna. Berbagai riwayat ini menjadi suri tauladan bagi kita semua, dan juga dapat meningkatkan ketaqwaan.
(2) Hadhrat Fazl Illahi sahib r.a., Kepala Kator Pos, meriwayatkan: ‘Suatu hari [aku melapor] bahwa aku mendapat promosi kenaikan jabatan, namun sekaligus mutasi ke suatu tempat lain. Hadhrat Imam Mahdi a.s. menasehatiku: ‘Fazli sahib, banyak orang yang membelanjakan hingga ribuan [Rupees] untuk ‘datang [dan bermukim] di Qadian. Akan tetapi tuan sendiri berencana akan meninggalkannya. Jaizlah tuan tetap tinggal di sini, dan aku akan membantu sedapatnya.. Maka aku [Fazl] memutuskan untuk tetap tinggal di Qadian.
(3) Hadhrat Mufti Fazlur Rahman sahib r.a. meriwayatkan: ‘Pada suatu rangkaian Sidang Pengadilan di District Gurdaspur, Hadhrat Imam Mahdi a.s. senantiasa meminta sado-ku sebagai sarana angkutannya, dengan tanpa mengangkut penumpang lainnya. Suatu hari, anakku jatuh sakit terserang penyakit typhus. Hadhrat Imam Mahdi a.s. sering menengokinya. Sehari sebelum jadwal Sidang Pengadilan berikutnya, istriku memintaku agar menyurat kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. untuk memohon doa [untuk kesembuhan anak kami]. Beliau a.s. menjawab: ‘Aku akan mendoakan. Akan tetapi, jika ternyata sudah menjadi suratan taqdir Ilahi yang khas, tentulah tak dapat ditangguhkan lagi.’ Jawaban tersebut membuat kami sangat berduka demi menyadari, bahwa Hadhrat Imam Mahdi a.s. tak sekedar menuliskannya demikian. Keesokan harinya ketika harus bersidang kembali di Gurdaspur, Hadhrat Imam Mahdi a.s. ‘datang ke rumahku, namun kemudian memerintahkan agar aku tetap tinggal di rumah. Itulah satu-satunya saat aku tak dapat menyertai Hadhrat Imam Mahdi a.s. selama hari-hari Persidangan beliau di Gurdaspur, yang aku sangat sesali ‘
(4) Hadhrat Hafiz Abdul Zaki sahib r.a. meriwayatkan: ‘Aku mendengar penuturan Mir Muhammad Ismail sahib r.a., sebagai berikut: ‘Ketika aku masih menjadi mahasiswa kedokteran di Lahore Medical College, Hadhrat Imam Mahdi a.s. menasehatiku agar jangan tinggal sendirian ketika menyewa kamar. Maka aku pun mentaati nasehat beliau a.s. tersebut sebagai kaidah, di manapun jika aku harus menyewa rumah, di sepanjang hidupku.
(5) Hadhrat Malik Shadi Khan sahib r.a. meriwayatkan: ‘Sebelum Bai’at, aku biasa memakai sebuah anting di telinga. Suatu kali aku berkunjung ke Qadian. Hadhrat Imam Mahdi a.s. menasehati: ‘Orang Muslim tidak memakai anting. Elok jika tuan melepaskannya. Maka aku pun segera mencopotnya sebagaimana perintah beliau a.s. Hadhrat Imam Mahdi a.s. berkomentar: ‘Nah, kini tuan tampak sebagai seorang Muslim yang benar. Kemudian, aku pun Bai’at.
(6) Ummi Bashir Ahmad Bhatti r.ha meriwayatkan: ‘Suatu hari Hadhrat [Ummul Mu’minin] Amaan Jan r.ha [istri Hadhrat Imam Mahdi a.s.] memasak nasi plao [kebuli] lalu dibagikan ke seluruh ahli bait beliau a.s. dengan perintah: Semua anggota keluarga hendaknya ikut memakannya sebagai tabaruk. Ketika itu suamiku sedang berdinas ke luar kota, yakni di Jammu (Kashmir). Maka aku pun segera memposkan sebagian daripadanya dengan amplop khusus, agar ia pun dapat menikmati tabaruk tersebut.
(7) Hadhrat Abdul Ghaffar sahib r.a. meriwayatkan: ‘Ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. berkunjung ke Lahore untuk yang terakhir kalinya, beliau memanggil ayahku untuk ‘datang. Khawaja Kamaludin [yang kemudian menyempal ke Lahore] mempertanyakan ayahku: ‘Mengapa engkau ada di sini ?!’ Maka ayahku pun memperlihatkan surat Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang memintanya untuk segera datang. Kemudian ayahku mencukur rambut dan menata janggut beliau a.s. Lalu, ayahku menyampaikan insiden tersebut kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Beliau menjawab: ‘Akulah yang memerintahkan tuan untuk ‘datang. Jangan pedulikan perkataan orang lainnya.’
(8) Hadhrat Sheikh Zainul Abidin sahib r.a. meriwayatkan: ‘Ketika Hafiz Hamid Ali baru ‘datang di Qadian, beliau masih suka menghisap tembakau Hukah di rumah madat. Ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. mengetahui hal ini, beliau memberi Hamid Ali sahib sejumlah uang disertai pesan agar lakukanlah sendiri, jangan lagi pergi dan bergaul dengan orang-orang di tempat itu ! Enam bulan kemudian, Hadhrat Imam Mahdi a.s. memerintahkan Hamid Ali sahib untuk berhenti merokok. Dan ia pun mentaatinya seketika.’ [Hadhur Aqdas menegaskan]: ‘Harap diingat: Riwayat ini bukan berarti membolehkan merokok ! Karena Hadhrat Imam Mahdi a.s. suatu kali bersabda: ‘Seandainya tembakau [sigaret[ sudah ada di zaman Hadhrat Rasulullah Saw, niscaya beliau pun akan melarangnya !’
(9) Hadhrat Malik Ghulam Hussein Mohajir sahib r.a. meriwayatkan: ‘Suatu kali seorang Saudagar Besar ‘datang dan menginap di Qadian. Hadhrat Imam Mahdi a.s. memerintahkan aku untuk mengawasi dua orang pengkhidmat yang mengurus segala keperluan Saudagar tersebut, sekaligus juga ikut mengkhidmatinya. Dan aku bertugas untuk menyediakan air sejuk segar bagi tamu yang menginap selama satu bulan penuh itu. Namun, bahkan Hadhrat Imam Mahdi a.s. pun seringkali mengkhidmati Saudagar tamu tersebut secara langsung. Setelah ia pulang, Hadhrat Imam Mahdi a.s. memberiku dan dua orang pengkhidmat itu sejumlah uang saku.’ [Hudhur Aqdas menjelaskan]: Semua orang pada waktu itu mengkhidmati tamu, yang merupakan bagian dari tarbiyat kita. Namun, riwayat ini memperlihatkan kepada kita, selain bersifat fardhu, hal inipun menunjukkan adanya sikap rahimiyyat [dari Hadhrat Imam Mahdi a.s.].
(10) Hadhrat Maulwi AzizudDin sahib r.a. meriwayatkan: ‘Suatu kali Hadhrat Mufti [Muhammad] Sadiq sahib [mubaligh pertama ke USA] mohon permisi berangkat kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Namun, beliau a.s. menahannya satu hari lagi. Keeskokan harinya, Mufti sahib melapor lagi kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., bahwa beliau harus segera bekerja. Beliau a.s. berkata: ‘Tak usah khawatir mengenai hal waktu.’ Lalu, Mufti sahib pun berangkat menuju Stasiun Batala yang keretanya dijadwalkan tiba pada jam 2 siang, namun beliau baru sampai pada jam 4 sore. Akan tetapi ternyata kereta api tersebut ‘datang terlambat selama 2 jam. Maka beliau pun dengan mudah menaikinya.
(11) Hadhrat Abdul Aziz sahib r.a. meriwayatkan penuturan Mian Chiragh Din sahib sebagai berikut: ‘Suatu kali aku berziarah ke Qadian. Kemudian, aku mohon permisi kepulanganku pada hari Minggu, sebab aku harus bekerja pada hari Seninnya. Hadhrat Imam Mahdi a.s. menjawab: ‘Jangan hari Minggu. Tuan pulang hari Senin saja.’ Adalah jam 3 siang aku baru ‘datang ke Kantorku di hari Senin itu. Ketika aku duduk di mejaku, seorang karyawan ‘datang sambil membawa berkas-berkas yang dia katakan’ baru ‘datang siang itu. Kemudian atasanku ‘datang sambil menyerahkan berkas, dan berkata: Ini adalah konsep jawaban atas memo yang kamu telah kirimkan pada jam 11 pagi tadi. Aku terperanjat. Ternyata semua orang di kantor mengira aku sudah ‘datang dan bekerja sejak pagi hari.
(12) Hadhrat Mir Mehdi Hussein sahib r.a. meriwayatkan: ‘Suatu kali Hadhrat Imam Mahdi a.s. memintaku agar mengambil bahan bakar di suatu tempat untuk keperluan Langar Khanah pada petang hari. Karena aku tak mengetahui persis tempat tersebut, maka aku pun segera duduk dan berdoa di loteng Masjid Mubarak: Memohon petunjuk Allah Swt. Tak lama kemudian aku mendengar suara gaib, bahwa bahan bakar tersebutlah yang akan ‘datang ke tempatku. Maka aku pun tetap duduk di situ, melanjutkan doa-doaku. Tapi kemudian aku tersentak menyadari, bahwa aku terlalu serius menanggapi suara gaib tersebut. Seorang wanita pembantu yang melihatku masih berada di Masjid ba’da Zhuhur mendekatiku. Maka aku jelaskan, bahwa aku sedang menunggu penzahiran kabar gaib yang aku terima, bahwa bahan bakar tersebut yang akan ‘datang ke sini. Ia berkata: Kalau begitu aku akan menyampaikan hal ini kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Maka aku pun meraa tak enak hati: Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah begitu banyak menerima wahyu Ilahi untuk segala hal. Sedangkan aku hanya duduk-duduk saja mengandalkan satu suara gaib. Oleh karena itu, aku pun bergegas untuk mengambil bahan bakar tersebut. Namun, sekali lagi aku tertegun: Allah Taala telah menegaskan, bahwa bahan bakar tersebutlah yang akan ‘datang kepadaku ! Maka aku pun kembali ke loteng Masjid dan sibuk berdoa. Taka lama kemudian aku mendengar suara seseorang memanggilku dan memberitahukan, bahwa bahan bakar sudah ‘datang. Segeralah turun dan beli. Maka aku pun dapat membelinya dengan harga yang sesuai dengan penawaranku.
(13) Hadhrat Ghulam Rasul Rajiki sahib r.a. meriwayatkan: ‘Suatu kali ada seorang karib yang memintaku untuk ‘datang ke Kapurthala untuk memberikan paket Darsul Quran dan beberapa kegiatan Tabligh. Tetapi aku menolak, sebab aku ingin tinggal di Qadian saja. Ia berdalih: Bagaimana kalau aku mohon izin kepada Hudhur Aqdas a.s. dan beliau mengabulkannya, apakah tuan mau berangkat. Aku jawab: ‘Tentu saja.’ Maka permohonan izin secara tertulis pun dikirimkan kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., yang beliau jawab secara lisan: ‘Silakan, Rajiki sahib boleh pergi. Maka aku pun berwaqaf arzi di Kapurthala itu selama lebih kurang enam bulan yang diisi dengan paket Darsul Quran dan kegiatan Tabligh. Itulah saat pertama kalinya aku bersafar untuk syiar Islam di bawah bimbingan Hadhrat Imam Mahdi a.s..
(14) Hadhrat Khairuddin sahib r.a. meriwayatkan: ‘Aku sedang berada di Gurdaspur ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. sedang mengurus salah satu Sidang Pengadilan di situ. Suatu petang, Hadhrat Imam Mahdi a.s. berkata: ‘Salah seorang saksi [dari pihak kita] yang harus tampil pada persidangan besok pagi belum kelihatan. Siapakah di antara tuan-tuan yang mengetahui beliau dan bisa menjemputnya ? Maka aku pun merespon seruan beliau a.s.: ‘Aku, ya Hudhur ! Hadhrat Imam Mahdi a.s. memintaku untuk segera berangkat untuk menjemput beliau pada jam 9 pagi besoknya. Maka aku pun bersafar malam itu juga agar segera tiba di tempat tujuan. Lalu pagi-pagi sekali aku mendatangi rumah Maulwi sahib sebagaimana yang dimaksud oleh Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Aku jelaskan situasinya kepada beliau. Beliau menyambut dengan ceria, kemudian menilawatkan ayat Al Quran Karim ini: ‘Hai orang-orang yang yang beriman ! Sambutlah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila ia menyeru kamu, supaya ia menghidupkan kamu..…’ (Q.S. 8 / Al Anfal : 25). Segera itu pula aku kembali ke Gurdaspur bersama Maulwi sahib.
(15) Hadhrat Khalifa Nuruddin sahib r.a. meriwayatkan: ‘Aku adalah warga masyarakat Jammu, Kashmir. Pada suatu hari, aku melihat sepasang manula suami istri sedang duduk-duduk di dekat bangunan maqam yang besar. Mereka berkata, bahwa: ‘Ini adalah maqam seorang Nabiyullah’. Aku terheran-heran dan menanyainya lebih lanjut. Mereka menjelaskan, bahwa ‘Nabiyullah ini bersafar ke Kashmir dari suatu tempat (Palestina) yang jauh.’ Maka kemudian aku ceritakan hal ini kepada Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin [yang pada waktu itu masih bermukim di Kashmir]. Selang beberapa lama kemudian Maulana Hakim Nuruddin sahib mengundurkan diri dari pekerjaan beliau [sebagai dokter Kerajaan] di Kashmir, agar dapat berhijrah ke Qadian. Pada suatu majlis irfan bersama Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang juga dihadiri oleh Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a., Hudhur Aqdas bersabda: ‘Aku berfirasat, tafsir ayat Al Quran Karim ini:
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَىٰ رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ
‘…dan Kami melindungi keduanya dan membantunya tiba di suatu tempat yang tinggi, layak dihuni, dan sumber mata air yang mengalir.’ (Q.S. 23 / Al Mu’minun : 51), adalah merujuk kepada suatu tempat seperti di Kashmir. Maka Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. pun menyampaikan peristiwa temuanku sebagaimana yang aku kisahkan kepada beliau r.a.. Hadhrat Imam Mahdi a.s. memanggilku, lalu meminta aku agar membuat riset lebih dalam tentang perkara [maqam Hadhrat Isa a.s.] itu.. Maka aku pun segera melakukan riset mendalam tentang hal itu hingga mengelilingi seluruh wilayah Kashmir; dan aku berhasil mendapatkan 560 tanda-tangan dari para alim ulama dan pemuka agama di situ mengenai keotentikan maqam [Hadhrat Isa a.s.] tersebut. Hadhrat Imam Mahdi a.s. sangat bergembira atas hasil risetku tersebut. (16) Hadhrat Syed Taj Hussein Bukhari r.a. meriwayatkan: ‘Ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. berkunjung ke Sialkot, aku dan kakekku bermulaqat kepada beliau a.s., kemudian Bai’at. Lalu, Hadhrat Imam Mahdi a.s. memintaku agar berziarah ke Qadian, dan belajar ilmu agama di sana. Maka aku pun mentaati perintah beliau a.s. itu..
(17) Hadhrat Mian Sonay Khan sahib r.a. meriwayatkan: ‘Aku banyak mendapat mimpi tentang kebenaran pendakwaan Hadhrat Imam Mahdi a.s., namun aku belum juga Bai’at. Pada suatu malam aku bermimpi didatangi oleh seorang wujud suci, dan bertanya: ‘Mengapa tuan tak juga Bai’at ? Maka keesokan paginya aku pun berangkat ke Qadian. Ketika aku memperkenalkan diri kepada Hadhrat Imam Mahdi, [anehnya] beliau a.s. segera mengenaliku dengan berkata: ‘Ya, tuan inikah Sonay Khan yang telah banyak mendapat mimpi itu ?! Maka aku pun menginap di Qadian selama tiga hari, kemudian Bai’at. Hadhrat Imam Mahdi a.s. menasehatiku tiga hal: Pertama, Senantiasa ingat akan kebenaran pendakwaanku; Kedua, Senantiasa dirikan Salat Lima Waktu; Ketiga, Jangan berdusta.’
(18) Hadhrat Fazl Illahi sahib r.a. meriwayatkan: ‘Suatu kali, Hadhrat Imam Mahdi a.s. dan Hadhrat [Ummul Mu’minin] Amaan Jan r.ha. ber-[olah raga] jalan kaki mengunjungi desa-ku. Ketika pulang kembali, Hadhrat Amaan Jan r.ha. meminta air minum. Ibuku memberi sewadah air untuk diberikan kepada Hadhrat Amaan Jan r.ha. Aku menyaksikan, beliau baru meminumnya setelah Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Minumlah setelah engkau duduk.’ Maka Hadhrat Amaan Jan r.ha. pun duduk, dan meminum air tersebut.’
(19) Hadhrat Nizamud Din sahib r.a. meriwayatkan: ‘Adalah hal yang rutin bagi semua tamu [yang ingin bermulaqat dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s.] agar berkumpul di suatu ruangan khusus yang bernama ‘Ghol Kamer’. Lalu pesan pun dikirimkan kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., bahwa: ‘Semua orang telah berkumpul.’ Maka beliau a.s. pun akan ‘datang. Namun, suatu kali Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang hadir lebih awal, yang kemudian mendapati bahwa Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin belum datang. Maka Hadhrat Imam Mahdi a.s. memohon bantuan aku untuk memanggil Maulwi sahib agar datang. Ketika aku tiba di kamar beliau, beliau r.a. segera bertanya: ‘Apakah Hudhur Aqdas a.s. telah ‘datang ? Ketika aku jelaskan, Maulwi sahib pun seketika itu pula berdiri lalu berlari ke arah ‘Ghol Kamer’. Hadhrat Hakim Nuruddin sahib r.a. selalu duduk dekat Hadhrat Imam Mahdi a.s., namun dengan kepala senantiasa merunduk, dan baru berbicara setelah diperintahkan langsung oleh Hadhrat Imam Mahdi a.s..’
(20) Hadhrat Hafiz Jamal Ahmad sahib r.a. meriwayatkan: ‘Aku mendengar dari Maulwi Ghulam Muhammad: ‘Ada seseorang ‘datang ke rumah Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. di waktu hampir tengah malam dari rumah Hadhrat Imam Mahdi a.s., untuk mencari-cari susu. Hadhrat Maulana Nuruddin r.a. menjawab: ‘Maaf di rumahku sekarang ini tak ‘ada susu. Silakanlah tuan cari sendiri di sekitar sini hingga dapat. Sebab, aku tak mau ada orang sudah datang ke rumah Hadhrat Imam Mahdi a.s. karena membutuhkan sesuatu, tetapi pulang dengan tangan hampa.’ Maka orang itu pun berkeliling, dan akhirnya menemukan sebuah rumah yang ada kerbaunya. Anehnya, susunya pun dapat diperah di tengah malam itu. Maka Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. pun sangat senang mendengar kabar tersebut.’
(21) Beliau [Hadhrat Hafiz Jamal Ahmad sahib r.a.] meriwayatkan lagi: ‘Hadhrat Maulana Nuruddin r.a. dimohon oleh seorang ikhwan untuk ‘datang ke Batala untuk mengobati salah seorang anggota keluarganya. Di sana, tak lama kemudian beliau menerima pesan dari Hadhrat Imam Mahdi a.s. agar kembali pada petang hari. Kebetulan hujan deras menimpa daerah Batala sehingga terjadi banjir. Maka Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. pun harus menggulung celana beliau setinggi lutut dan berjuang keras agar dapat pulang kembali ke Qadian pada petang itu juga. Hadhrat Imam Mahdi a.s. berkata: ‘Aku sama sekali tak menginginkan tuan mengalami kesusahan seperti itu.
(22) Hadhrat Maulwi Mian Abdul Aziz sahib r.a. meriwayatkan: ‘Pada suatu siang yang menyengat di Musim Panas, dan Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. sedang berpraktek di Klinik beliau, datanglah seorang pembantu Hadhrat [Ummul Mu’minin] Amaan Jan r.ha. dengan pesan: Mohon agar Maulana sahib r.a. dapat melakukan tindakan ‘phlebotomy’ [pengambilan sample darah dari urat nadi]. Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. mengirim pesan jawaban: ‘Maaf, dalam kondisi Begum sahibah seperti sekarang ini, tindakan ‘phlebotomy’ sangat dilarang.’ Namun beliau r.ha. mengutus kembali pembantu tersebut dengan permohonan yang sama. Tetapi menerima jawaban yang juga sama seperti sebelumnya. Kemudian datanglah Mian Mahmud kecil ke Klinik Maulwi sahib, yang segera beliau sambut, lalu didudukkan di pangkuan beliau; lalu ditanya: ‘Ada keperluan apa tuan ‘datang ke sini ?’ Beliau menjawab: ‘Abu [Hadhrat Imam Mahdi a.s.] meyuruhku untuk ‘datang kepada Maulqi sahib, agar sudilah kiranya melakukan ‘phlebotomy’. Maka seketika itu juga Maulana Hakim Nuruddin r.a. berangkat ke rumah beliau untuk melaksanakan perintah. Ketika pulang kembali, ada seorang ikhwan yang bertanya: ‘Bukankah sebelumnya tuan mengatakan bahwa tindakan phlebotomy pada saat sekarang ini terlarang ?’ Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. menjawab: ‘Kondisinya sekarang bukan lagi suatu kaidah tindakan untuk pengobatan, melainkan keitaatan.’
(23) Hadhrat Mian Sharafat Ahmad sahib r.a. meriwayatkan: ‘Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. senantiasa menganjurkan para tamu yang ‘datang ke Qadian dan ingin menemui beliau agar bermulaqat terlebih dahulu dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Dan ayahku selalu melaksanakan kaidah beliau tersebut.
(24) Hadhrat Muhammad Zafrullah Khan sahib r.a. meriwayatkan: ‘Disamping sibuk mengurus praktek di Klinik, Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. pun biasa memberikan pelajaran Darsul Qur’an. Namun, adakalanya, ketika beliau sedang memberikan Daras lalu ada seorang jamaah yang berkata mengingatkan, bahwa: Hadhrat Imam Mahdi a.s. sudah berjalan keluar ! Seketika itu pula beliau r.a. menghentikan pelajaran, lalu mengencangkan sorban dan setengah berlari menyusul Hadhrat Imam Mahdi a.s., sambil terseok-seok dalam usaha beliau memakai sepatu.’
(25) Hadhrat Sufi Ghulam Ahmad sahib r.a. meriwayatkan: ‘Tak lama Hadhrat Imam Mahdi a.s. wafat, seluruh Jamaah ber-Bai’at di tangan Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. [sebagai Khalifatul Masih Awwal], yang kemudian bersabda: ‘Hingga sebelum hari ini, aku adalah Saudara tuan-tuan sekalian. Namun, sejak hari ini, aku adalah Bapak anda sekalian !’ Tetapi hendaknya diingat pula: Seandainya pun putri bungsu Hudhur Aqdas a.s. [Ammatul Hafiz, yang masih berusia remaja] adalah yang berhak untuk dibaiat, akupun akan melaksanakannya !
Begitulah, semoga Allah Taala memberi taufiq kepada kita sekalian untuk dapat menapaki contoh teladan para sahabah radiallahu anhum tersebut. Dan semoga pula kita dapat senantiasa menjaga standar hubungan yang tinggi dengan Qudrat Tsaniah [Khilafat] ini, yang ditegakkan melalui risalah Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Yakni, dengan tetap lekat kepada Khilafat, semoga kita dapat menjadi bagian dari Jamaat yang telah ditaqdirkan menjadi penerima berbagai karunia Allah Taala di Akhir Zaman ini.