Friday, July 27, 2012

Kecintaan Sejati para Sahabah terhadap Hadhrat Imam Mahdi a.s.


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘Di dalam Butir Ke-10 Syarat Bai’at, Hadhrat Imam Mahdi a.s. mensyaratkan ikrar sebagai berikut: ‘Akan mengikat tali persahabatan dengan hamba Allah Taala ini semata-mata karena Allah, dengan pernyataan taat kepada segala hal yang ma’ruf; dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya. Tali persaudaraan ini begitu tinggi wawasannya, sehingga tidak akan diperoleh bandingannya, baik dalam ikatan persaudaraan dunia, maupun dalam kekeluargaan, ataupun dalam segala macam hubungan antara hamba dengan tuannya.’ Pernyataan ikrar ini adalah sangat penting. Karena di akhir zaman ini, hanya beliaulah pecinta dan hamba Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw yang sejati; yang telah berhasil membumikan kembali iman yang telah terbang jauh hingga ke Bintang Tsurayya; dan menghilangkan segala macam bid’ah dalam agama; sehingga tersaji kembali ajaran Islam yang haqiqi.
Jadi, beliau a.s. ini justru menegaskan kembali kemuliaan derajat Hadhrat Rasulullah Saw; sekaligus menghubungkan kembali umat manusia dengan Tuhannya. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Aku memahami dari ilmu hakekat dan ma’rifatku, tak akan ‘ada seorang pun yang dapat mencapai Alllah Taala maupun memperoleh ilmu ruhani yang sempurna jika tanpa mengikuti contoh Hadhrat Rasulullah Saw.’ Jadi, penghambaan dan keitaatan yang sempurna kepada Hadhrat Rasulullah Saw itulah sumber utama keberhasilan beliau a.s. dalam memperoleh qurb, kedekatan Ilahi. Sehingga, sebagai imbalannya, Allah Taala pun menyatakan: Adalah penting untuk menjaga ikatan tali persaudaraan dan pengkhidmatan kepada beliau a.s.. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Jika manusia mencintai Allah dengan sebenar-benarnya, maka demikian pun Allah Taala dalam mencintai mereka.’ Makbuliyat menjadi keniscayaan bagi insan semacam itu di muka bumi ini. Kecintaan kepadanya ditanamkan kepada ribuan demi ribuan orang. Ia dikaruniai daya pikat luar biasa.
Nur cahaya Ilahi dikaruniakan kepadanya, dan akan senantiasa bersamanya.

(1) Hadhrat Allah Yar sahib r.a. meriwayatkan: Disebabkan keci ntaanku yang sedemikian dalam kepada [setelah bermulaqat dan bermajlis irfan bersama] Hadhrat Imam Mahdi a.s., maka aku pun menyatakan hijrah ke Qadian, dan memulai kembali profesiku sebagai perajin kayu. Namun, tabunganku habis, sehingga untuk menyambung hidup terpaksa aku berjualan ‘halwa’, yang tempatnya tepat berada di bawah tempat tinggal Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Mendengar teriakan-teriakanku menawarkan dagangan, Hadhrat [Ummul Mukminin] Amaan Jan r.ha. berseru keras kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. mengenai pilihan profesiku yang baru ini, yang seharusnya dicarikan yang lebih layak. Hadhrat Imam Mahdi a.s. menerangkan kepada beliau r.ha mengenai keterbatasan keterampilanku sebagai perajin kayu. Pembicaraan beliau-beliau itu terdengar olehku hingga ke bawah tempat aku berjualan.. Belakangan Hadhrat Imam Mahdi a.s. memerintahkan agar aku diberi order 20 (dua puluh) stel berbagai komponen dipan.[tempat tidur] dari seberapapun kayu yang dapat diperoleh..
(2) Hadhrat Malik Khan sahib r.a. meriwayatkan: Suatu kali aku berziarah ke Qadian [Darul Amaan] bersama Sahibzada Abdul Latif syahid r.a., yang sangat boleh jadi, besok harinya aku Bai’at ba’da Salat Zuhur, yakni, pertama-tama Sahibazada syahid dulu yang mengulurkan tangannya. Kemudian aku. Lalu, kami pun tinggal di Qadian selama beberapa hari hingga Sahibzada syahid berkata kepadaku agar cepat kembali ke kampung sebelum Pemimpin Khost menjadi berang. Lama sebelumnya, Sahibzada syahid ini biasa berkata: Dengan karunia Allah Taala semata, aku belum pernah menjumpai seorang Ulama besar yang lebih mumpuni disbanding diriku. Maksudku, seandainya pun ada, aku akan mencium kakinya.’ Maka setelah Baiat itulah, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri, Sahibzada syahid mencium kaki Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang berberkat.
(3) Hadhrat Maulwi Sakandar Ali sahib r.a. meriwayatkan: Pada suatu kunjunganku ke Qadian sebelum aku memutukan untuk berhijrah, aku berjalan pagi bersama Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Aku masih teringat hingga sekarang, beliau a.s. bersabda: ‘Barangsiapa yang tak sanggup meninggalkan hal-hal sepele tetapi mengganggu orang lain, seperti merokok (atau menghisap tembakau) atau sesuatu bentuk kecanduan lainnya, bagaimana mungkin ia dapat menghindari berbagai perkara besar yang dapat membuat karib-kerabat atau orang-orang yang disayanginya lari meninggalkan dirinya ? Waktu itu, aku masih suka menghisap tembakau (Hukkah). Maka seketika itu juga aku berhenti total dari kebiasaan burukku itu.’ Jadi, kecintaan haqiqi dan itaat kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. itulah yang sanggup membuat dirinya untuk segera meninggalkan kebiasaan buruk.
(4) Hadhrat Syukur Ilahi Ahmadi r.a. meriwayatkan: ‘Ketika aku masih berusia remaja 12 atau 13 tahun dan tak peduli agama, Hadhrat Imam Mahdi a.s. sering ‘datang mengurus perkara di Pengadilan tak jauh dari sekolahku. Aku suka bolos hanya untuk dapat menyaksikan wajah Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang penuh berkat. Kemudian, aku pun terheran-heran menyaksikan salah seorang sahabah beliau yang membawa kipas angin besar, lalu sigap mengipasi Hadhrat Imam Mahdi a.s. dengan kekuatan luar biasa, layaknya digerakkan oleh tenaga listrik. Sebagai seorang pemuda belia, aku tercengang-cengang oleh kekuatan magis sahabah tersebut yang kuat mengipasi Hadhrat Imam Mahdi a.s. hanya dengan satu tangan. Belakangan aku memahami, bahwa berkat kecintaan haqiqi kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. itulah beliau-beliau sanggup berkhidmat seperti itu.
(5) Hadhrat Madad Khan sahib r.a. meriwayatkan: ‘Aku baru masuk dinas militer, tetapi aku sangat berhasrat berziarah ke Qadian sebelum diterjunkan ke medan tugas, yakni Bai’at secara langsung di tangan Hadhrat Imam Mahdi a.s., sebab sebelumnya aku baru Bai’at via surat saja. Ini dikarenakan aku khawatir jika sudah ditugaskan, sangat boleh jadi aku tak mendapat kesempatan untuk bermulaqat dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Sesampainya aku di Qadian dan menyaksikan wajah aqdas Hadhrat Imam Mahdi a.s., seketika itu juga aku merasakan: Seandainya pun seluruh kedaulatan negara Kashmir diserahkan kepadaku, aku tak akan sudi meninggalkan Qadian. Demi menyaksikan wajah aqdas Hadhrat Imam Mahdi a.s., sungguh sulit bagiku untuk meninggalkan Qadian. Aku menjadi lupa segala hal yang lain, dan merasa: Seandainya pun aku digaji 1.000 Rupees, namun aku tak dapat menyaksikan wajah yang memancarkan nur rohani, tiadalah artinya. Dan seandainyapun aku mati di Qadian, tentulah Hadhrat Imam Mahdi a.s. akan mengimami Salat Jenazahku. Maka tercapailah tujuan utama kehidupanku. Setiap hari tersedia sepucuk amplop [surat] dariku untuk Hadhrat Imam Mahdi a.s., namun belum yakin apakah perbuatanku itu benar ? Namun, suatu hari Hadhrat Imam Mahdi a.s. membalasnya, bahwa: Adalah jaiz untuk mengingatkanku agar mendoakan secara dawam. Aku telah mendoakan tuan, dan begitu seterusnya hingga ke masa yang akan datang.
(6) Hadhrat Muhammad Ismail sahib r.a. meriwayatkan: ‘Aku baru berusia 20 tahun ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. ‘datang ke Gurdaspur untuk menghadiri suatu perkara di Pengadilan. Aku ‘datang bersama ayahku. Aku melihat Hadhrat Imam Mahdi a.s. ‘datang beserta rombongan, dan melihat ayahku [bergabung menjadi] sebagai salah satu di antaranya. Kemudian aku mulai mengipasi tubuh Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Beliau a.s. tersenyum kepada ayahku sambil berkata: ‘Mian Ismail pun tak mau ketinggalan mengambil sawab-nya.’ Dan aku senantiasa merasa bahagia manakala teringat peristiwa tersebut.
(7) Hadhrat Sheikh Asghar Ali sahib r.a. meriwayatkan: ‘Biasanya, manakala para sahabah yang berziarah ke Qadian permisi pulang, Hadhrat Imam Mahdi a.s. akan menasehati mereka agar sering-sering ‘datang kembali. Bahkan, kepada beberapa orang yang beliau a.s. rasakan dapat tinggal lebih lama, beliau pun meminta mereka agar menginap beberapa hari lagi. Pendek kata, setiap tamu meninggalkan Qadian setelah permisi dan bersalaman dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Namun, adakalanya giliran untuk dapat bersalaman tersebut cukup lama, sehingga sangat boleh jadi akan ketinggalan kereta. Tetapi seringkali pula kereta apinya yang ‘datang terlambat. Hal ini terjadi pada diriku. [Setelah permisi dan bersalaman itu], maka aku pun berjalan cepat-cepat, bahkan setengah berlari agar bisa tepat waktu ‘datang di Stasiun. Tetapi ternyata, kereta api itu ‘datang terlambat.
(8) Hadhrat Master Nazir Hussein sahib r.a. menulis: Adalah kebiasaanku yang dawam, manakala aku berkesempatan berada di dalam majelis yang berberkat bersama Hadhrat Imam Mahdi a.s.. aku selalu membawa buku catatan dan pensil agar dapat mencatat segala macam sabda beliau a.s. yang perlu segera dilaksanakan, dan juga berbagai hikmah faedah lainnya.
(9) Hadhrat Allah Ditta sahib r.a. meriwayatkan: ‘Sekira tahun 1901 atau 1902 seorang ‘nawab sahib’ beserta beberapa pengawal pekerjanya ‘datang berobat kepada Hadhrat Maulana Nuruddin r.a., Namun, waktu itu juga mereka mendapat kabar, bahwa seorang ‘viceroy’ (Gubernur Jendral) sedang dalam perjalanan untuk meninjau daerahnya. Maka nawab sahib itu pun harus segera pulang kembali. Oleh karena itu ia memohon untuk dapat membawa serta Hadhrat Maulana Nuruddin sahib r.a.. Tetapi beliau berkata: ‘Kehidupanku sekarang bukan milikku lagi. Tuan tanyakan sajalah kepada majikanku. Maka para inang ‘nawab sahib’ itu pun memohon kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., yang beliau jawab: ‘Memang tak diragukan lagi, jika aku tempatkan ‘Maulwi [Nuruddin] sahib’ ini di dalam api, beliau akan taat. Begitupun seandainya aku tempatkan di dalam air. Namun, beliau sangat dibutuhkan di Qadian sehingga dapat melayani fakir miskin. Maka jika ‘nawab sahib’ memerlukan pengobatan beliau, bolehlah ia tinggal di sini.’ Hadhrat Maulana Nuruddin r.a. sangat senang mendengar sabda Hadhrat Imam Mahdi a.s., mengenai diri beliau tersebut, sehingga beliau pun hanya terdiam saking gembiranya atas ungkapan kata junjungannya tersebut.
(10) Hadhrat Master Wadaway Khan sahib r.a. meriwayatkan: Suatu ketika aku sedang berada di Qadian, Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda sambil menunjuk kepada Hadhrat Maulana Nuruddin r.a.: Beliau ini adalah pecinta dan abdi-ku yang sejati.’
(11) Hadhrat Master Maula Bakhsh sahib r.a. meriwayatkan: ‘Suatu kali aku berziarah ke Qadian di musim liburan. Ketika harus pulang kembali, dan sudah mencapai batas desa, timbul suatu keengganan di dalam diriku. Maka aku pun hanya duduk saja di tengah lapangan, memelas, kemudian menangis. Lalu, aku putuskan untuk kembali ke Qadian [Darul Amaan], dan baru pulang setelah masa liburan sekolah berakhir.’
(12) Hadhrat Maulwi Mohibur Rahman sahib r.a. meriwayatkan: ‘Aku berziarah ke Qadian bersama ayahku pada tahun 1899. Begitu pedati kami tiba di muka Guest House, ayahku langsung melompat turun lalu berlari masuk. Barang-barang bawaan kami diurus oleh Hafiz Hamid Ali sahib yang muncul dari rumah tersebut. Keesokan harinya ba’da Salat Fajr, kami berkunjung ke rumah Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Beliau sendiri yang menyambut salam kami dan membukakan pintu. Kemudian beliau duduk di atas dipan yang dikelilingi banyak buku. Ayahku dan Hadhrat Imam Mahdi a.s. berbincang lama membahas berbagai perkara. Kemudian ayahku berkata: Sengaja aku membawa serta anakku Mohib ini agar supaya ia pun Bai’at.’
Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Baiat tuan sudah termasuk di dalamnya.’ Namun ayahku berkata: Tapi aku ingin agar anakku ini pun Baiat juga [tersendiri] agar dapat didoakan secara khas. Maka aku pun Bai’at saat ba’da Salat Maghrib itu. Kemudian aku pun menyadari mengapa ayahku kemarin langsung melompat dari kuda pedati begitu tiba, ialah, disebabkan cintanya yang besar kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. sedemikian rupa.
(13) Hadhrat Haji Musa sahib r.a. meriwayatkan: ‘Suatu kali, anak lelakiku yang baru berusia empat tahun menyampaikan hasratnya ingin memeluk Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Karena ia merengek-rengek terus, maka besoknya kami berangkat ke Qadian naik kereta api. Lalu, dikirimlah pesan kepada beliau a.s., bahwa: Ada seorang anak kecil yang ingin memeluk Hudhur Aqdas. Maka ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. muncul kemudian, anak kami ini pun memeluk kaki beliau. Belakangan ia berkata dengan terbata-bata: Aku merasakan ketenteraman ketika memeluk beliau a.s. !
(14) Hadhrat Abdul Ghaffar sahib r.a. meriwayatkan: ‘Suatu kali, ketika aku berada di klinik Hadhrat Maulana Nuruddin sahib bersama ayahku, tiba-tiba aku melihat Hadhrat Imam Mahdi a.s. muncul di Alun-alun Ahmadiyah. Maka aku pun berteriak: Ayah-ayah, lihat itu Hadhrat Imam Mahdi a.s. berada di situ ! Seketika itu juga ayahku memberi isyarat agar bicara perlahan-lahan supaya jangan terdengar banyak orang, lalu mereka berkumpul mengelilingi beliau a.s. sehingga kita tak dapat berdekat-dekat dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s. dan mendengarkan segala perkataan beliau. Lalu kami pun segera memburu dan menyalami tangan beliau. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bicara akrab dengan ayahku, lalu minta diceritakan mengenai Amritsar. Namun ayahku berkata kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s.: Tetapi orang-orang ini berusaha menyela pembicaraan kita.’ Maka beliau a.s. pun bersabda: Berilah kesempatan kepada tuan ini untuk berbicara.’ Beberapa saat kemudian ketika beliau-beliau berjalan, ada lagi seorang ikhwan yang meminta ayahku untuk berhenti bicara. Namun Hadhrat Imam Mahdi a.s. berkata: ‘Biarlah hari ini hanya Ghulam Rasul yang berbicara. Tiada yang lainnya.’
(15) Hadhrat Sheikh Zainul Abidin sahib r.a. mengisahkan: Adikku laki-laki yang adalah seorang pelajar Kelas-8 (SMP Kelas-2) sakit keras. Ketika sudah tak ‘ada lagi pengharapan untuk sembuh, keluarga kami membawanya ke Qadian. Sementara itu, Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah mendapat ilham, bahwa beliau harus mengimami Salat Jenazah seorang anak, yang beliau pikir, itu adalah salah seorang anak beliau sendiri.
Ketika adikku yang sakit itu tiba di Qadian, Hadhrat Imam Mahdi a.s. memperoleh ilham Ilahi lainnya, yang mengatakan bahwa: Anak laki-laki itu tak akan dapat diselamatkan. Bawa saja kembali ke rumahnya. Maka kemudian, persiapan untuk pulang kembali ke rumah pun kami lakukan. Tetapi adikku menolak: ‘Aku ingin tetap berdekat-dekat dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s.’ katanya Ketika hal ini disampaikan, beliau a.s. tersenyum sambil berkata: ‘Tak mengapa, silakan tinggal di sini.’ Kemudian beliau a.s. menyampaikan kepada keluarga kami, bahwa: Anak ini akan meninggal juga di antara sembuh dan sakitnya.’ Suatu petang, ketika ia pulang [dari bermain] berkata kepada ibunda: ‘Umi, lenteraku sudah akan padam.’ Maka ibunda pun memeluknya; lalu adikku menghembuskan nafasnya yang terakhir ketika ia memeluk ibunda. Hadhrat Imam Mahdi a.s. mengimami Salat Jenazahnya. Prosesinya panjang, hingga membuat jamaah kelelahan.
(16) Hadhrat Mian Abdur Razzaq sahib r.a. meriwayatkan: ‘Ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. ‘datang ke Jhelum untuk menghadiri suatu sidang pengadilan yang terkenal, demikian banyak orang yang berkumpul, berebutan untuk dapat menyaksikan wajah beliau a.s.. Sehingga tak jarang pihak kepolisian harus saling berhadapan dengan massa publik. Keprihatinan kami yang utama adalah Hadhrat Imam Mahdi a.s. dapat kembali ke rumah dengan selamat.
(17) Hadhrat Mian Wazir Muhammad Khan sahib r.a. meriwayatkan: Ketika untuk pertama kalinya aku menyaksikan wajah aqdas Hadhrat Imam Mahdi a.s., jiwa ragaku terpana. Ketika itu, aku Salat Jummah berdekatan dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s., beliau menyadari bahwa aku menatapi wajah beliau, oleh karena itu memberi aku kesempatan sedemikian rupa. Sehingga saat-saat tersebut mengharukan diriku, akupun menangis terisak-isak, bahkan hingga setelah selesai Salat.
(18) Hadhrat Dr Ghulam Ghaus sahib r.a. menulis: Mir Mehdi Hussein sahib meriwayatkan: Suatu kali aku ditugaskan dari Qadian ke Amritsar untuk mengambil es [balok]. Dalam perjalanan pulang naik kereta api, kepalaku mendongak ke luar jendela untuk melihat sesuatu, maka kopeahku pun terbang tertiup angin. Ketika tiba kembali di Qadian, Mir Nasir Nawab sahib menanyaiku: Apakah seseorang telah memukuli tuan, hingga kepala tuan pun tak bertutup ?! Aku jawab: Kopeahku terbang ditiup angin ! Maka Mir Nasir Nawab sahib menceritakan hal ini kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., yang langsung menjawab akan memberi kopeah penggantinya, Karena aku tak mengharapkan sesuatu, maka aku pun membeli sebuah kopeah biasa. Namun, sekira enam bulan kemudian, Hadhrat Imam Mahdi a.s. mmberiku sebuah pici, jaket wool yang masih bagus, dan sepatu. Aku pakai pici dan jaket tersebut. Sedangkan sepatunya kuberikan kepada ayahku. Ketika pulang ke rumah, ada seorang ikhwan yang berkata: Picinya kelihatan bekas pakai. Aku akan belikan yang baru untukmu dari Amritsar.’ Aku jawab: ‘Pici yang aku pakai ini sukar dicari di bumi maupun di langit. Ini disebabkan kopeah ini telah berada di atas kepala Hadhrat Imam Mahdi a.s. selama bertahun-tahun !
(19) Hadhrat Maulwi AzizuDin sahib r.a. meriwayatkan: Sangat boleh jadi aku telah bertemu dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s. antara 60 (enam puluh) hingga 70 (tujuh puluh) kali. Dan setiap kali aku bertemu, segera aku buka sorbanku, lalu kugapai kedua-belah tangan berberkat beliau a.s., dan kugosok-gosokkan ke kepalaku, hingga aku berhenti. Sedangkan beliau sendiri tidak pernah menghentikannya. Hasilnya, aku berhasil mencapai usia 81 tahun ini, tanpa sakit yang berarti.
(20) Hadhrat Sheikh Muhammad Ismail sahib r.a. meriwayatkan: ‘Bila Hadhrat Imam Mahdi a.s. tetap berada di Masjid Mubarak ba’da Salat, para jamaah pun sangat bersuka-cita. Mereka berghairah menatapi dan mendengarkan sesuatu majlis irfan ilmu rohaniah yang dapat mengikis karat-karat yang ada di dalam qalbu. Mereka terpana dan bersemangat menyaksikan wajah aqdas junjungan yang sangat dicintainya agar dapat sungguh-sungguh memahami apa yang beliau sabdakan. Mereka tak pernah merasa lelah untuk mendengarkan, dan Hadhrat Imam Mahdi a.s. pun tak pernah melarang mereka untuk bertanya.
(21) Hadhrat Chiragh Bibi sahibah r.ha, adalah seorang putri dari salah seorang murid Sahibzada Abdul Latif syahid. Badruddin Ahmad sahib menuliskan kisahnya, sebagai berikut: ‘Suatu ketika Hadhrat Imam Mahdi a.s. sedang berjalan pagi di suatu Taman. Sebagai anak gadis kecil ketika itu, aku mengikuti beliau dari belakang. Disebabkan rasa cintaku kepada beliau a.s., sampai-sampai langkah-langkahku kutempatkan persis di tapak langkah-langkah Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Ini karena aku menyadari, bahwa ada suatu keberkatan di dalamnya. Mendengar suara-suara langkahku yang mengikuti langkah beliau, beliau a.s. pun hanya menoleh kepadaku, kemudian melanjutkan lagi jalan pagi beliau.
(22) Hadhrat Muhammad Zahuruddin sahib r.a. meriwayatkan: ‘Sekira 3 atau 4 bulan setelah aku pulang dari Qadian, aku mendengar berita, bahwa Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah wafat di Lahore. Ketika itu, mertuaku sedang berada bersamaku, dan kami sangat berduka-cita. Lalu, kami pun pergi ke Stasiun K.A. untuk mengirim telegram mohon konfirmasi ke Lahore mengenai kebenaran berita tersebut. Demi melihat kami sedemikian bersedih hati, banyak kaum ghair-Ahmadi yang menertawakan dan mencemoohkan. Ini adalah saat yang sangat pedih. Ketika Hadhrat [Maulana Hakim Nuruddin r.a.] terpilih sebagai Khalifatul Masih Awwal (I), kami pun segera mengirimkan surat Bai’at; dan selang beberapa waktu kemudian menghadiri Jalsah Salanah. Namun, suatu tempat yang sebelumnya diberkati dengan kehadiran Hadhrat Imam Mahdi a.s., kini terlihat kosong, sehingga membuat kami berduka.
Pada kesempatan Jalsah tersebut [Sahibzada] Mian [Bashiruddin] Mahmud [Ahmad] r.a. berpidato, yang antara lain mengatakan: ‘…..Air mata kesedihan yang mengalir dari kaum Bani Israil disebabkan kedzaliman Fir’aun telah menjadi muara sungai yang meluap, lalu menenggelamkan Fir’aun itu…..’ Pidato tersebut membuat seluruh hadirin terpana. Kemudian, tampil Hadhrat Khalifatul Masih Awwal (I) r.a. untuk menyampaikan pidato, yang beliau awali dengan kata-kata sebagai berikut: ‘….Mian Mahmud telah membahas suatu perkara cemerlang yang bahkan tak terlintas di dalam pikiranku….’
(23) Hadhrat Sheikh Muhammad Ismail sahib r.a. meriwayatkan: ‘Dengan mendirikan Salat di Masjid Mubarak, tak pelak lagi orang akan merasakan cinta dan juga takut kepada Allah Taala. Sebaliknya, jika mahrum dari nur Ilahi [Hadhrat Imam Mahdi a.s.] akan terasa duka dan pedih di hati manakala teringat keberkatan berada bersama beliau a.s.. Yakni, hanya dengan melihat nur Ilahi tersebut, orang pun akan lupa atas segala macam permasalahan dirinya. Lalu, jika berada bersama-sama beliau a.s., akan terasa hidup di dalam surga al-jannah-Nya. Sedemikian rupanya kami cinta kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., maka seusia muda tersebut, setiap kali sehabis melaksanakan Salat berjamaah bersama beliau a.s., kami pun senantiasa menunggu-nunggu kesempatan Salat berikutnya, dan berusaha mendapat tempat di sebelah kiri, berdekatan dengan beliau a.s.. Sedemikian berberkatnya wujud aqdas a.s. itu. Sehingga kami pun tak peduli lagi akan dunia. Ini dikarenakan beliau a.s. telah berhasil memperlihatkan berbagai macam khazanah Ilahi.’
Semoga kita pun memperoleh taufiq untuk dapat memenuhi kewajiban Bai’at kita, dan senantiasa meneguhkan ikatan cinta dan pengkhidmatan kita kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., sehingga kita pun dapat menjadi hamba sejati dari Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw., dan memperoleh kecintaan Ilahi Rabbi.