Wednesday, July 25, 2012

Penyiksaan Keji dan Pensyahidan Terhadap Tuan- Guru Abdul Qudus Syahid di Rabwah

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)

Artinya: ‘Dan janganlah kamu mengira tentang orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Tidak, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka, dan mereka dianugerahi rizqi-Nya. Mereka bergembira dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya,
dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih di belakang mereka, dan belum bergabung dengan mereka karena tak ‘ada ketakutan akan datang terhadap mereka, dan tidak pula mereka akan bersedih. Mereka bergirang hati dengan nikmat dari Allah dan karunia-Nya, dan sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan ganjaran orang-orang mukmin. Orang-orang yang telah menyambut perintah Allah dan Rasul sesudah luka menimpa mereka. Begitulah bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan bertaqwa, tersedia ganjaran pahala yang besar.; Orang-orang yang kepada mereka, manusia berkata, Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan lasykar untuk menyerang kamu, maka takutilah mereka’. Tetapi hal itu justru menambah keimanan mereka, dan mereka berkata, ‘Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.’ (Q.S. Al Imran : 170–174).
Di bawah pengaruh kaum Mullah, pemerintah Pakistan dan juga di beberapa negara Muslim lainnya berpikir, bahwa dengan cara membuat berbagai macam Undang-undang [Peraturan ataupun Surat Keputusan]; atau dengan cara mena’fikan hak-hak sebagai warga negara, atau menjadikan bulan-bulanan keekstriman, atau membebaskan bagi mereka yang membunuhinya, mereka pikir dapat mengikis Jamaat Ahmadiyah. Itu semua adalah kekeliruan mereka, karena Jamaat Ahmadiyah ini ditanam oleh tangan Allah Taala sendiri. Tak ‘ada satupun kekuatan yang dapat menghancurkannya. Hadhrat Imam Mahdi a.s. menerima wahyu Ilahi sebagai berikut: ‘Bushra laka ya Ahmad’i, unta Murad’i wa Maa’i, wa Razto laka Qudrati be’Yad’i, yang artinya, ‘Kabar suka bagi engkau, ya Ahmad-Ku, engkau adalah Kehendak-Ku, dan engkau ada bersama-Ku. Akulah yang menanam pohon kemuliaanmu, dengan qudrat Tangan-Ku sendiri.’ [Tadhkirah, hlm 301].
Berbagai usaha manusia untuk menentang Jamaat kita selalu ada, dan akan senantiasa ada. Akan tetapi Jamaat ini tak akan dapat mereka hancurkan. Ketika wahyu tersebut diterima, hanya ada beberapa orang saja yang menyertai Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Akan tetapi sekarang ini, Jamaat telah menyebar luas di 200 negara di seluruh dunia, yang terdiri dari para anggota yang keikhlasannya sangat mengagumkan. Meskipun berbagai usaha pihak musuh untuk mencelakakan kita sudah mereka lakukan sejak awal hingga kini, Jamaat tetap berderap maju. Segi ini saja seharusnya sudah cukup membuktikan kebenaran Jamaat. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Setengah orang mengatakan, bahwa Tuhan mengabari atau mengilhamkan kepada mereka, ‘Mirza sahib’ dusta. Kaum dari berbagai agama lain pun mengatakan begitu. Akan tetapi aku tegaskan: Ada sejumlah banyak orang yang Bai’at kepadaku sambil memberi kesaksian, bahwa Allah Taala telah memberi kabar gaib kepada mereka, bahwa pendakwaanku adalah benar.’
[Hudhur Aqdas Atba menambahkan]: ‘Bahkan sekarang pun senantiasa ada ratusan orang [antara lain yang berada di hadapan saya ini] yang telah mendapat nur hidayah dari Allah Taala melalui mimpi-mimpi yang benar untuk menerima kebenaran Ahmadiyah.’ Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: ‘Allah Taala tidak memberi petunjuk dengan cara yang serampangan. Dan salah satu cara untuk mengukur suatu kebenaran adalah dengan melihat penzahiran firman-Nya.’
[Hudhur Aqdas Atba menambahkan]: ‘Jika hal ini direnungkan, kemajuan dan perkembangan Jamaat ini saja sudah menunjukkan kesaksian yang nyata, bahwa Allah Taala ada bersama Jamaat ini. Yakni, persatuan dan kesatuan kita di dalam satu tangan Khilafat juga adalah kesaksian yang sangat nyata. Mereka sudah mengakui kesungguhan pengorbanan jiwa, raga, harta dan waktu kita. Apakah hal ini belum juga cukup untuk menjadi saksi yang nyata ? Allah Taala telah meneguhkan qalbu kita sedemikian rupa, sehingga meskipun dianiaya, tetap beristiqamah dan setia.
Setiap orang Ahmadi yang telah mengorbankan kehidupannya demi untuk Ahmadiyah, demi Kalimah Thayibah, demi cintanya kepada Hadhrat Rasulullah Saw, dan juga demi untuk menjadi para hamba Allah yang sejati, menegaskan dan menunjukkan, bahwa segala siasat mereka [pihak penentang] tidak akan berhasil menghambat kemajuan Jamaat. Peristiwa pensyahidan di dalam tarikh Jamaat ini dimulai sejak disyahidkannya Abdul Rahman syahid r.a. dan Sahibzada Abdul Latif syahid r.a. Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda sehubungan dengan pensyahidan Sahibzada Abdul Latif syahid tersebut sebagai berikut: ‘Almarhum [Sahibzada] syahid telah memberi Jamaatku ini suatu teladan melalui kesyahidannya. Begitulah, Jamaatku ini memerlukan suatu contoh teladan yang mulia.
Ribuan atas ribuan rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Subhana wa Taala; bahwa begitu banyak mereka yang telah menerima kebenaran ini dengan qalbu yang ikhlas dan menjalaninya dengan sepenuh ikhlas, siap sedia untuk menanggung segala derita karenanya. Akan tetapi, kemampuan Jamaat ini dalam menunjukkan contoh teladan masih belum terlihat hingga insan satria ini memperlihatkannya. Semoga Allah Taala mentarbiyatkan keteguhan iman semacam itu kepada setiap insan, dan memberikan ketawaqalan yang sama sebagaimana yang telah diperlihatkan contoh teladannya oleh marhum syahidin ini.’
Demikianlah Allah Taala telah mendengar kalimat terakhir doa-doa beliau a.s., Sehingga Dia pun mengaruniai keteguhan iman kepada banyak insan di dalam Jamaat ini untuk mengorbankan jiwa raga mereka. Dan kaum Ahmadi Pakistan berada di atas yang lain dalam hal mengorbankan kehidupan mereka. Namun, selalu ada syahidin yang syahid dengan caranya sendiri. Telah banyak syahidin di [Jamaat] INDONESIA, India dan di berbagai negara lainnya, yang beberapa di antaranya menjadi istimewa.
Pada peristiwa kerusuhan [anti Jamaat] di tahun 1974 ada sekitar 30 hingga 35 orang Ahmadi yang disyahidkan, yang beberapa orang di antaranya disiksa terlebih dahulu. Yakni, seorang ayah disiksa di hadapan anaknya. Atau anak di hadapan ayahnya, agar mereka menyatakan keluar dari Ahmadiyah, sementara polisi hanya berdiri menonton. Begitupun di [Jamaat] Indonesia, beberapa orang Ahmadi disiksa di hadapan khalayak ramai dengan disaksikan oleh polisi. Akan tetapi iman mereka tetap teguh terlindung, meskipun tiap serat tubuh mereka yang terbuka mendapat siksaan.
Undang-undang Peraturan di Pakistan atau di INDONESIA itu boleh jadi dapat merenggut nyawa, tetapi tidak bagi keimanan mereka. Kini, Malaysia pun ikut-ikutan seperti kedua negara tersebut, yakni, tampak sedang berusaha menerbitkan Undang-undang Peratutan yang menentang kita. Silakan mereka coba. Tetapi ingatlah, jika kekuatan Allah Taala sudah menzahir, sungguh sulit untuk mengkompromikannya kembali. Tak akan ‘ada pihak Mullah ataupun Undang-undang Peraturan yang dapat menyelamatkan diri mereka. Justru kaum Mullah yang telah mencemari wujud rahmatan lil-alamin Rasulullah Saw itulah yang akan menjadi tertuduh, sedangkan keimanan kaum Ahmadi akan terpulihkan. Kaum Ahmadi tidak pernah gentar karena mereka tahu bahwa kemenangan akhir berada di pihak mereka, dan tujuan hakiki pengorbanan mereka adalah semata-mata untuk memperoleh keridhaan Ilahi.
Penganiayaan terhadap kaum Ahmadi di Pakistan sungguh telah melampaui batas. Aparat pemerintah terus menerus menerapkan cara-cara yang sangat keterlaluan dan keji. Pada beberapa waktu yang lalu, Kepala Kepolisian Rabwah dan ajudannya menahan seorang Ahmadi yang sangat mukhlis tanpa ‘alasan ataupun tuduhan apapun, selama satu bulan penuh. Kemudian mereka membawanya ke suatu tempat lain, lalu disiksa dengan kejam selama 8 (delapan) hingga 10 (sepuluh) hari. Sehingga hal tersebut mengakibatkan orang Ahmadi mukhlis yang bernama Abdul Qudus ini meninggal dunia, Inna lillahi wa inna illaihi roji’uun, dan memperoleh derajat syahid.
Adapun rincian latar belakang peristiwa ini adalah: Ada seorang warga Nusrat-abad, dekat Rabwah yang mati terbunuh di bulan Oktober [2011]. Atas laporan anaknya, polisi menahan beberapa orang dari beberapa lokasi dan kesempatan atas praduga pembunuhan tersebut, namun kemudian dilepaskan lagi. Namun, anak si terbunuh ini meminta pihak kepolisian agar membawa tuan guru Abdul Qudus ke Kantor Polisi untuk dimintai keterangan. Tuan Qudus yang adalah Ketua Jamaat Lokal, dicantumkan namanya di dalam surat pengaduan ke Kantor Polisi Wilayah oleh si pelapor itu tanpa sesuatu ‘alasan. Maka beliau pun ditahan sejak tanggal 10 Februari itu. Namun, penahanan beliau itu tidak terdaftar secara resmi. Ketika pihak Kepolisian dihubungi [oleh Jamaat] mereka mengakui bahwa tuan guru Abdul Qudus ini memang tidak bersalah, namun mereka harus tetap menahannya karena satu dan lain hal. Pada tanggal 17 Maret mereka memindahkan tuan Qudus ke suatu tempat yang lain. 10 (sepuluh) hari kemudian, mereka mengambalikannya lagi, lalu memanggil salah seorang karib beliau untuk membawanya pulang. Ia dimintai tandatangan diatas secarik kertas kosong namun dengan pernyataan bahwa Abdul Qudus telah diterimanya dengan baik. Tetapi pada kenyataannya kondisi tuan Qudus sangat lemah, oleh karena itu langsung dibawa ke rumah sakit.
Diketahui kemudian, bahwa ketika dibawa ke suatu tempat lain itulah, beliau mendapat siksaan keji, sehingga sangat berdampak buruk kepada kondisi kesehatannya. Faeces-nya berdarah-darah, muntah darah, dan ginjalnya pun rusak. Tuan guru Abdul Qudus mengisahkan: ‘Di tengah malam itu aku dibawa ke suatu tempat yang jaraknya sekira 5 (lima) jam perjalanan – maksudnya [Hudhur Aqdas menambahkan]: dikarenakan jalannya rusak, waktu tempuhnya menjadi lebih lama – lalu aku mendapat siksaan berat.
Para penyiksa terus menerus memintaku untuk menyebutkan beberapa nama anggota pengurus Jama’at lainnya yang ‘terlibat di dalam pembunuhan’ tersebut agar aku dapat dibebaskan. Di antara beberapa nama yang mereka paksakan agar aku menyebutkannya adalah beberapa orang Nazir [tingkat Internasional] dan beberapa orang lainnya. Mereka pun memaksaku untuk menandatangani sesuatu surat pernyataan yang aku tolak. Mereka mengatakan: Baru pertama kalinya kami menahan seorang anggota pengurus Jamaat dan menyiksanya. Selama penyiksaan tersebut, mereka pun sambil berkata-kata hina terhadap Hadhrat Imam Mahdi a.s. dan para Khalifah beliau. Ketika kondisi kesehatanku semakin memburuk, mereka memberi perawatan, lalu dikembalikan ke Kantor Polisi Rabwah…..’ Namun ketika dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit [Jamaat] Fazli Umar, beliau harus terus menerus mendapat transfusi darah.
Pada tanggal 29 Maret, beliau mulai muntah-muntah darah. Paru-paru beliau pun sudah terkena ruda paksa. Maka pada tanggal 30 Maret beliau syahid. Sudah ada persiapan untuk membawa beliau ke RS Jantung ‘Tahir Heart Institute’, namun dikarenakan berbagai organ dalam beliau banyak mengalami luka akibat siksaan tersebut, akhirnya beliau pun meninggal dunia. Saudara ipar beliau yang rajin menjenguk di Rumah Sakit menuliskan kisah yang disampaikan oleh almarhum Qudus syahid, sebagai berikut: ‘Pada malam tanggal 17 Maret itu, setelah aku dibawa dari Rabwah, mereka menyiksaku dengan kejam. Kapolsek dan beberapa orang penginterogasi ikut menyiksa diriku..
Kemudian suatu saat ada beberapa orang polisi perwira tinggi yang duduk di kursi melingkariku, lalu menyodoriku sesuatu surat pernyataan yang harus aku tandatangani. Surat pernyataan tersebut berisi berbagai tuduhan palsu terhadap beberapa orang anggota pengurus pusat Jama’at, yang tentu saja aku tolak. Mereka mengatakan, bahwa orang-orang di dalam daftar itu terlibat dalam peristiwa pembunuhan [Oktober 2011] itu, yang apabila aku bersedia menanda-tanganinya, aku akan dibebaskan. Aku menolaknya dengan mengatakan, bahwa: ‘Semua itu bukanlah pernyataanku, dan tidak benar !’ Ketika aku menolaknya untuk yang kedua kali, maka mereka pun membantingku ke lantai, lalu memukulinya sambil terus menerus memaksaku untuk mengaku. Mereka menyiksaku dengan berbagai cara siksaan fisik yang kejam dan juga mengusik tidurku. Yakni, ketika aku mulai jatuh tertidur karena sakit dan letih, mereka pun memukuli aku kembali. Ada seorang tukang pukul penjara yang dikenal kejam ditempatkan satu sel denganku. Bila ia memukulku 5 (lima kali), maka yang lainnya akan memukuliku sebanyak 20 (dua puluh) kali. Jika kondisi tubuhku menjadi buruk, mereka pun cepat-cepat merawatnya. Namun, ketika sudah sedkit membaik, mereka pun menyiksaku kembali. Lalu mereka menantang mencemoohkanku untuk memanggil pemimpinmu di London atau di Rabwah untuk datang dan menyelamatkan. Ditambah lagi dengan kata-kata pelecehan lainnya. Aku masih dapat menanggung derita siksaan terhadap tubuh jasmaniku, namun diriku terasa membara ketika mereka mengucapkan kata-kata pelecehan [terhadap pimpinanku]. Aku pun tak diberi makan dengan teratur, maka aku tak kuat menghadapi siksaan berikutnya. Maka aku terus menerus berdoa kepada Allah Taala agar diberi kekuatan. Dan Allah pun memberikannya persis demikian.’ [Hudhur Aqdas menambahkan]: Tuan Sadr Umumi pun melaporkan kepada saya: Ketika aku menjenguk beliau, aku bertanya: Dengan siksaan berat seperti ini, tentulah ada sesuatu pernyataan tertulis yang berhasil mereka peroleh ?!’ Namun dengan penuh emosi, tuan Qudus menjawab: Tidak ! Bahkan satu titik pun tak berhasil mereka dapatkan !
[Hudhur Aqdas menambahkan]: Begitulah kisah kepahlawanan seorang insan yang dapat menjaga keimanannya tetap menyala, dan teguh dalam kebenaran. Contoh orang yang gagah berani ini bersedia mengorbankan jiwa raganya, tetapi tidak untuk sesuatu pernyataan palsu. Allah Taala telah mengatakan dusta sama dengan syirik. Namun syahidin yang mulia ini telah memberi suatu tarbiyat bagi kita, yakni yang Jamaat Ahmadiyah hendaknya berdiri teguh di atasnya, ialah: Menyerahkan kehidupan demi tegaknya Tauhid Ilahi. Maka beliau pun telah berhasil memenuhi janji Bai’atnya dengan cara yang istimewa.. Yakni, seandainya tuan guru Abdul Qudus ini – karena tak tahan menghadapi siksaan - bersedia memberikan pernyataan sebagaimana yang diinginkan oleh para penyiksanya – tentulah akan menjadi sesuatu bukti yang sangat membahayakan Jamaat.
Sebagaimana dahulu pernah terjadi ketika suatu organisasi [rahasia] mencoba memaksakan sesuatu kepada Mirza Ghulam Qadir hingga beliau syahid, begitulah kini pihak kepolisian mencobanya kembali atas diri tuan guru Qudus sahib. Pihak kepolisian wilayah tampak memperlihatkan sikap tak tahu apa-apa atas peristiwa ini. Sangat boleh jadi mereka diby-passed oleh atasan mereka di tingkat pemerintahan yang memperalat beberapa perwira bawahannya. Yakni, jika di zaman dulu Jendral Ziaul Haq dapat menelepon langsung seorang Kapolsek, maka sangat boleh jadi kini pun demikian. Pemerintahan transisi [Pakistan] ini jelas menentang kita. Langkah-langkah hukum sudah dijalankan untuk menjerat para pelaku tersebut. Ada ajakan untuk merundingkannya secara damai. Tetapi di Pakistan kini, justru banyak para kriminal yang berada di dalam kekuasaan. Jama’at tengah berikhtiar untuk mengambil tindakan dalam batas-batas hukum.
Patut diingat, seandainya tuan guru Qudus syahid mau menandatangani berbagai surat pernyataan yang mereka buat, tentulah akan sangat membahayakan. Akan banyak anggota pengurus pusat dituduh terlibat dalam peristiwa pembunuhan [di bulan Oktober 2011] tersebut. Berbagai kantor pusat akan ditutup, Jamaat kita yang cinta damai akan dihinakan.
Pendek kata, akan berdampak secara nasional [di Pakistan] maupun di tingkat internasional. Namun Allah Taala menghancurkan siasat buruk mereka melalui [pengorbanan] insan yang satria dan mukhlis ini. ‘Wahai Abdul Qudus, kami senantiasa berta’ziah atas diri engkau yang telah bersedia menghadapi siksaan berat agar kemuliaan derajat Jama’at ini tidak terpuruk. Dengan mengorbankan jiwa raga, engkau telah berhasil menyelamatkan Jama’at ini dari musibah besar.’ Jadi, tuan guru Qudus syahid ini bukanlah seorang syahidin biasa, melainkan adalah seorang syahid yang berderajat mulia di antara para syuhada. Setiap insan setiap saat harus meninggalkan dunia yang fana ini. Maka sungguh beruntunglah insan semacam tuan Qudus syahid ini yang Allah Taala sendiri menyebutnya dengan: ‘…..bal ahyaaa’un indarobbihim yurzaquun…..’, yakni, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka, dan mereka dianugerahi rizqi-Nya; ialah rizqi yang jauh lebih afdhal dibandingkan dengan rizqi duniawi. Almarhum syahidin menemui kabar suka-Nya di alam Akhirat. Maka kita hendaknya senantiasa ingat tarbiyat dari ayat ini, ‘…..hasbunallaaha wa ni’mal wakiil’, yakni, ‘Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung’; yakni, sebagaimana yang almarhum syahidin telah berhasil perlihatkan kepada kita.
Hadhrat Imam Mahdi a.s. bersabda: Orang-orang duniawi tak akan dapat menistakan orang yang teguh ta’aluq billah-nya.’ [Hudhur Aqdas menambahkan]: Mereka menggunakan kata-kata penghinaan kepada kaum Ahmadi dan juga kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., melukai perasaan kita, dan bergembira menyiksa kita. Akan tetapi saat itu akan segera tiba, manakala Allah Taala akan menangkap dan menghisab mereka satu persatu. Tuan guru Qudus syahid telah meninggalkan pesan kepada kaum Ahmadi Pakistani pada umumnya, dan kaum Ahmadi Rabwah pada khususnya, bahwa tak diragukan lagi kita harus menghormati hukum dan aparat pemerintah, namun tak perlu takut kepada seorang manusia pun, tak peduli tingginya pangkat seorang perwira polisi. Melainkan, hanya takut kepada Allah Taala saja. Polisi [di Pakistan] hanya mampu memaksakan diri mereka terhadap kaum yang taat hukum. Tetapi mereka sangat takut menghadapi kaum Mullah, dan teroris yang dapat meledakkan mereka.
Belum lama ini ada seseorang yang bertanya kepada saya: Perbedaan nyata Jamaat kita adalah, jamahnya telah menyatakan Baiat dan itaat sepenuhnya kepada pimpinan. Maka mengapa kita tidak mengambil sesuatu tindakan untuk dapat merubah situasi di Pakistan ? Saya katakana: Kita tidak dapat ikut serta di dalam proses-proses politik mereka, karena Ordonansi Pakistan menyatakan, bahwa kaum Ahmadi harus menyatakan dirinya sebagai ghair-Muslim jika ingin ikut di dalam proses demokrasi [pemilu] mereka. Dan kita tidak akan sudi melakukannya. Sementara itu, memperlihatkan kekuatan di jalanan bukanlah cara kita. Sebab kita adalah kaum yang taat hukum.
Berbagai instansi pemerintah sudah bersama atau sudah takut terhadap mereka yang memiliki kekuatan di jalanan. Para politikus pun mendengarkan mereka. Sementara kaum Ahmadi dina’fikan dari hak-hak azasi mereka. Namun saat itu akan tiba, ketika orang-orang yang sama itu akan terpaksa memuliakan kaum Ahmadi. Boleh jadi ada penangguhan waktu dalam taqdir-Nya itu. Namun Allah tidak akan pernah membiarkan ketidak-adilan. Jadi, mereka itu boleh jadi diberi waktu barang sejenak. Namun kita harus tetap bersimpuh di hadapan Allah Taala, menunggu keputusan-Nya. Ada beberapa orang pejabat polisi mengatakan akan ‘ada proses penyidikan atas peristiwa pensyahidan tuan Qudus, Namun pada saat yang sama ada tekanan pula dari sementara pihak.
Semoga Allah Taala memberi taufik kepada mereka untuk menegakkan keadilan. Mereka ‘katakan pula, bahwa meskipun para pelaku kejahatan tersebut adalah aparat pemerintah, tapi pejabat tinggi dan pemerintahan tak tahu menahu.
Maka jika mereka tak bersikap adil dalam perkara ini, artinya keseluruhan mesin apparatus pemerintahan mereka terlibat di dalam aksi terorisme dukungan pemerintah ini. Maka sangat dipastikan mereka semua itu akan mengalami akhir kesudahan yang nestapa. Sebaliknya, InsyaAllah Jamaat ini akan terus berderap maju. Pada kenyataannya, kita telah menyebar luas di 200 negara justru berkat pengorbanan jiwa raga tersebut. Semakin besar pengorbanan itu, maka semakin cepat pula harapan kita akan Karunia-Nya. Yakni, setiap kesyahidan hendaknya dapat menjadi sumber kemajuan. Ada setengah orang yang menyurat dan mengatakan kepada saya, bahwa: Disamping bersabar dan berdoa, kita pun hendaknya mengambil beberapa tindakan. Maka saya tegaskan: ‘Wastainu bish-shabri wa sholah, yakni, sabar dan Salat [doa] adalah satu-satunya senjata kita. Bahkan Allah Taala telah memberi kita berbagai karunia-Nya lebih dari usaha dan doa-doa kita. Maka tak ‘ada ‘alasan untuk bersikap mundur. Tampaknya saja pihak musuh memiliki siasat yang sangat membahayakan kita. Namun mereka tak akan pernah dapat memenuhi keinginan mereka. Orang-orang yang berfitrat baik di antara mereka justru akan berbondong-bondong bergabung dengan kita.
Setiap pengorbanan hendaknya dapat menarik perhatian kita. Ya, seharusnya dapat menarik perhatian kita, bahwa untuk dapat merubah diri kita dari suatu kaum minoritas menjadi mayoritas, Allah Taala menghendaki kita untuk terlebih dahulu menjalani sesuatu pencapaian. Pengorbanan orang-orang semacam tuan Qudus syahid menjadi sumber untuk memperoleh ratusan pencapaian. Kita meyakini kebenaran berbagai janji Allah Taala kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s., dan kita menyaksikan penzahirannya di hadapan kita. Maka siapa pula yang dapat melemparkan kita dari keyakinan tersebut yang Allah Taala telah taqdirkan ?
Kita harus banyak berdoa, semoga ketidak-sabaran dan kelemahan iman kita tidak menjauhkan kita dari kemenangan yang telah ditaqdirkan-Nya itu. Hendaknya diingat pula, bahwa Jama’at kita ini telah memberikan andil yang besar dalam pembentukan negara Pakistan, lalu dalam proses pembangunannya kemudian, dan hingga kini, yakni, berkat doa-doa kaum Ahmadi saja negara Pakistan masih selamat. Hanya ada satu penawar-racun bagi kejahiliyahan dan untuk menyelamatkan negara tersebut, ialah kembali kepada jalan Allah Taala dengan lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Yakni, jika meskipun kita terus menerus dianiaya, namun tetap berada di jalan Taqwa, sabar, istiqamah, perbanyak Salat dan doa, serta Istighfar dibandingkan sebelumnya, niscaya kita pun akan memperoleh kemenangan itu dengan segera. Semoga Allah Taala menzahirkannya demikian. Semoga kita dapat segera menyaksikan berakhirnya kejahiliyahan atas nama agama, baik yang di Pakistan maupun di berbagai negara Muslim lainnya.
Selanjutnya saya bacakan ikhtisar dari berbagai tulisan Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang menerangkan bahwa setiap mukjizat Ilahi terkait dengan berbagai ujian yang memilukan, namun memberikan perubahan dalam hal peningkatan keimanan. Adapun riwayat hidup singkat tuan guru Abdul Qudus syahid ini, kakek beliau adalah orang pertama di dalam keluarga besar beliau yang Bai’at dan termasuk sebagai sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Begitupula dengan nenek almarhum. Qudus syahid yang lahir pada tahun 1968, dan berusia 43 tahun ini adalah seorang guru sekolah. Menikah pada tahun 1997. Para teman sejawatnya mengatakan: Almarhum adalah seorang pekerja keras dan jujur. Sudah berkhidmat pada Jama’at sejak usia Atfal, dan menjadi Ketua Jamaat Lokal sejak dua setengah tahun yang lalu. Para tetangga beliau mengatakan: Almarhum adalah orang yang sangat peduli dan berani. Namun, bila ada orang yang berkata-kata kasar terhadap beliau, beliau hanya tertawa saja. Para anggota pengurus harap ingat akan hal ini. Qudus syahid inipun orang yang ceria dan selalu terlibat di dalam membantu orang lain. Perenang ulung ini tak akan berhenti sebelum dapat menemukan orang yang hanyut dan tenggelam di sungai, lalu menyerahkan jenazahnya kepada keluarga yang ditinggalkan. Inilah pula wujud insan yang itaat dan sangat memuliakan para anggota pengurus Jamaatnya. Dan suka berolah-raga. Namun biasa melaksanakan tugasnya di belakang layar, dengan menampilkan ke muka tim-kerjanya. Saya pun mempunyai pengalaman mengenai pengkhidmatan beliau dalam melaksanakan tugas.
Istri almarhum menulis kepada saya, bahwa: Sehari sebelum menjadi syahid, beliau menasehati kami dan anak-anak agar tetap beristiqamah dan senantiasa berhubungan dengan Khilafat. Beliau pun sering mengatakan kepadaku bahwa suatu saat nanti aku akan kehilangan dirinya. Sangat boleh jadi almarhum sudah mempunyai firasat.’
[Hudhur Aqdas menambahkan]: Tentu saja ia akan merasa sangat kehilangan, namun mukimin Rabwah hendaknya berjanji tidak akan melupakan kebaikan tuan Qudus syahid yang telah berjasa besar terhadap Jama’at, yang oleh karena itu Jamaat pun tak akan pernah melupakan para pahlawannya. InsyaAllah kita akan senantiasa mengenang almarhum Abdul Qudus syahid ini. Saya pun telah berbicara langsung dengan ibunda beliau yang sudah lanjut usia, namun menunjukkan ketabahannya. Juga dengan anak-anak almarhum, yang MasyaAllah alih-alih mengemukakan kesedihan mereka, mereka malah menanyakan kabar diri saya. Tuan Qudus syahid meninggalkan tiga orang anak laki-laki berusia 14, 13 dan 5 tahun; dan seorang anak perempuan berusia 10 tahun. Saya pun berbicara dengan istri almarhumah yang juga menunjukkan kesabaran dan keistiqamahannya,
Semoga Allah Taala senantiasa memberi taufik kepada mereka semua untuk tetap beristiqamah. Amin ! Saya akan mengimami Salat jenazah gaib untuk tuan guru Abdul Qudus syahid, ba’da Salat Jumah ini.