Thursday, July 26, 2012

Tasyakur Haqiqi

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘’Sebagaimana biasa setelah penyelenggaraan suatu Jalsah Salanah, saya menyampaikan kesan dan pesan mengenai perhelatan rohani tersebut pada Khutbah Jumah berikutnya. Dengan karunia Allah Taala, Jalsah Salanah USA dan Jalsah Salanah Canada yang diselenggarakan hanya selang satu minggu telah dapat dirampungkan dalam waktu dua pekan terakhir ini.
Pada dua kesempatan besar tersebut, saya tidak hanya memperoleh peluang untuk menyampaikan berbagai Pidato secara langsung kepada seluruh anggota Jamaat, namun juga memperoleh kesempatan khas untuk mendapatkan informasi dari tangan pertama mengenai permasalahan tertentu, kondisi moral semangat dan kerohanian suatu Jamaat berdasarkan berbagai acara pertemuan yang sangat membantu saya dalam memberikan berbagai perintah khas dan menyeluruh sebagai petunjuk bagi segenap anggota Jamaat.
Dalam kaitan ini, perjalanan dinas saya ke USA dan Canada sangat berfaedah; yang oleh karena itu saya berharap dan mendoakan semoga seluruh anggota Jamaat pun, baik kaum pria maupun wanitanya, banyak memperoleh manfaat dari kunjungan saya tersebut. Di samping itu, pertemuan dengan berbagai tokoh penting [para Senator, anggota Congress, maupun para pejabat tinggi Militer] dan politisi berpengaruh, dapat memperkenalkan [Islam] Jamaat Ahmadiyah ke lingkungan yang lebih luas lagi. Pendek kata, dengan karunia Allah Taala, kedua negara tersebut telah meretas jalan yang lebih lapang lagi.
Namun, dalam kesempatan ini saya ingin memaparkan topik Khutbah mengenai pentingnya bersyukur kepada Allah Swt terkait dengan berbagai keberhasilan yang Dia telah karuniakan kepada Jamaat.Oleh krena itu, setiap orang Ahmadi hendaknya sangat bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberi taufiq kepada mereka untuk ikut berpartisipasi dalam Jalsah Salanah yang berberkat dan mendatangkan faedah.
Tujuan utama ber-Jalsah Salanah adalah untuk meng-inqillabi haqiqi diri sendiri yang tidak hanya bersifat sementara, melainkan selamanya dengan cara berusaha untuk senantiasa mempraktekkan [segala nasehat yang diperoleh] dalam kehidupan. Maka hendaknya diingat, orang mukmin yang sungguh-sungguh bersyukur kepada Allah Taala akan menjadi pewaris berbagai karunia-Nya yang lebih besar lagi. Itulah Dia, sifat Allah Swt yang senantiasa benar perkataan janji-Nya kepada para hamba-Nya yang muttaqi: Yakni, ingatlah pula manakala Tuhan-mu berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
…..la’in syakartum, la-adzii dannakum….’ yakni, ‘……Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak kepadamu……’ (Q.S. 14 / Ibrahim : 8). Ialah, Allah Taala akan menambah-nambah lagi berbagai macam karunia-Nya bagi mereka yang bersyukur kepada-Nya, yang bagi seorang Ahmadi, karunia terbesar bagi dirinya adalah Allah Taala telah memberi taufiq kepada mereka untuk beriman kepada Imam Zaman atau Imam Mahdi yang datang untuk memberi petunjuk kepada seluruh dunia. Maka setiap orang Ahmadi haruslah berusaha dengan berbagai cara untuk memahami topik bahasan tasyakur haqiqi ini agar dapat menjadi pewaris berbagai karunia Allah lainnya. Tidak sebaliknya, menjadi mereka yang tidak bersyukur, sehingga justru menjadi penerima murka Ilahi. Dengan berhijrah ke berbagai negara Barat, sesungguhnya Allah Swt pun telah memberimu berbagai karunia duniawi. Banyak yang keadaanmu yang menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.Tetapi yang niscaya mendapat murka Ilahi adalah mereka yang setelah pindah ke berbagai negara Barat dikarenakan penganiayaan atas keyakinan agama, kemudian mengajukan permohonan asylum (suaka); tetapi setelah kondisi mereka serba membaik, mereka pun mulai mengkritisi Jamaat sedemikian rupa hingga diri mereka pun menjadi jauh sepenuhnya [dari Jamaat]. Maka Jamaat pun tak memperdulikan mereka lagi. Malah, pemisahan diri mereka dari Jamaat merupakan suatu karunia Allah. Oleh karena itu, setiap orang Ahmadi harus ingat bahwa tasyakur mereka baru akan bermakna apabila niat dan tujuan utama mereka adalah demi untuk memperoleh ridha dan qurb kedekatan Ilahi, dengan cara meng-inqillab diri sendiri dengan mengikuti contoh suri tauladan junjungan kita, Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw.
Sebagaimana diriwayatkan di dalam beberapa Hadith, bahwa Rasulullah Saw biasa menghitung-hitung berbagai karunia Allah atas diri beliau di sepanjang hari sebelum tidur. Kemudian [bertahajud] bersyukur dan memuji Allah Swt atas segala karunia Rahimiyyat-Nya dalam kehidupan diri beliau Saw. Maka kedua kaki beliau pun menjadi lecet-lecet disebabkan peribadatan beliau yang sedemikian rupa itu; yang ketika seorang sahabah r.a. bertanya: Mengapa tuan menyusahkan diri seperti itu ? Bukankah Allah Swt telah meridhoi tuan segalanya ? Beliau Saw menjawab: ‘Tidakkah oleh karena itu aku harus lebih bersyukur ?’ Oleh karena itulah kita hendaknya mengikuti contoh teladan beliau Saw tersebut.
Allah Swt berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
yakni, ‘Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku; kemudian Allah pun akan mencintaimu dan akan mengampuni dosa-dosamu, Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.’ (Q.S. 3 / Al Imran : 32) Inilah kiat untuk memperoleh kecintaan Allah Swt, yang akan dapat meraih berbagai karunia-Nya lebih banyak lagi. Namun, Hadhrat Rasulullah Saw tidak hanya bersyukur atas berbagai karunia duniawi saja, melainkan juga perlindungan Ilahi terhadap berbagai mecam kesulitan dan rintangan, bahkan beliau pun bersyukur atas hal-hal yang tampak sepele. Maka kita harus mengikuti contoh beliau ini, serta menyesuaikan cara bersyukur beliau Saw tersebut dalam kehidupan kita. Lalu, Allah Swt pun akan menambahkan lagi berbagai karunia-Nya. Jadi, adalah kewajiban manusia untuk senantiasa bersyukur kepada Allah Swt, sebagaimana firman-Nya: yakni,
وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“…..Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barangsiapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Tuhan-ku Mahacukup, Mahamulia.’” (Q.S. 27 / Al Naml : 41) Jadi, bersyukur tidak hanya dalam bentuk perkataan ataupun pidato, melainkan dengan berbagai amal yang nyata sedemikian rupa sehingga setiap anggota tubuh atau organ ragawi kita pun memperlihatkan sikap tasyakurnya pula. Apakah bersyukur itu ?
Bersyukur adalah seluruh jiwa raga bersujud di hadapan Allah Swt dengan penuh kerendahan hati dan mengungkapkan kecintaan kepada Ilahi Rabbi, serta berusaha dengan berbagai cara untuk memperoleh kecintaan Allah atas dirinya dengan memahami bahwa segala macam karunia dalam kehidupan ini adalah semata-mata dari Allah Swt. Lalu perkataan dari lidahnya pun penuh dengan puji dan syukur kepada Allah, dan memfaedahkan berbagai macam karunia Allah yang diperolehnya tersebut untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Maka Allah Swt pun niscaya menghujankan lebih banyak lagi karunia dan rahmat-Nya bagi para hamba-Nya yang sejati tersebut.
Banyak orang yang menyampaikan atau menyurat kepada saya, betapa berkesannya Jalsah tersebut, dan betapa mereka pun menikmatinya. Begitulah, suatu Jalsah, baru akan dapat mendatangkan faedah apabila setiap peserta dan pengunjungnya dapat lebih berfokus untuk menjadi orang yang bersyukur dan menjadi ibadurahman yang taat, serta berusaha keras dan lebih berghairah lagi dalam menyerap kecintaan Allah Swt.
Buatlah daftar berbagai macam inqillab perubahan diri yang diinginkan, lalu laksanakanlah dengan penuh istiqamah di sepanjang hidup. Buatlah pula daftar berbagai macam keburukan diri yang ingin dihilangkan, lalu bersiteguhlah untuk menjauhinya selama-lamanya. Laksanakanlah semua itu dengan sepenuh hati, dengan segala sumber daya dan kemampuan yang Allah Taala telah karuniakan. Lalu senantiasalah bertahmid dan berikrar untuk tidak menyalah-gunakan berbagai karunia Allah yang telah diberikan kepadanya. Yakni, bila Allah Taala telah mengaruniamu dengan kesejahteraan, faedahkanlah untuk memperoleh qurb kedekatan Ilahi, alih-alih yang mendatangkan kemudharatan.
Dengan karunia Allah Taala, banyak anggota Jamaat USA yang telah dikaruniai kehidupan yang serba berkecukupan, yang banyak juga di antaranya dimanfaatkan untuk ber-infaq fii sabilillah. Maka semoga Allah Taala memberkati mereka. Aamiin ! Senantiasalah ingat berbagai rahmat dan karunia Allah Swt, lalu semakin bersyukurlah atas segala Rahimiyyat-Nya itu.
Pengorbanan harta benda saja tidaklah cukup, melainkan harus disertai dengan ibadat dan tasyakur kepada-Nya. Yakni, tasyakur haqiqi hanya dapat terwujud dengan peribadatan yang haqiqi.Di [Jamaat] Canada, jamaahnya tidak terbilang kaya, tetapi semangat pengorbanannya tinggi. Namun tetap diperlukan adanya peningkatan standar peribadatan dan menghilangkan berbagai kelemahan akhlaki diri sebagaimana tampak dari pengamatan saya.Yakni, bagi kaum Ahmadi yang tinggal di USA atau Canada ataupun di mana saja mereka berada di dunia ini, pengungkapan sikap tasyakur yang haqiqi hanya akan tercapai apabila anda sekalian dapat sungguh-sungguh meng-inqillabi haqiqi diri sendiri pada kehidupan anda. Hal ini akan berhasil apabila anda mempraktekkan ajaran Al Quran Karim dan memenuhi janji Baiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., yakni menjalankan Syarat-syarat Baiat-nya itu.Semoga Allah Taala memberi taufiq kepada setiap orang Ahmadi untuk dapat mencapai standar bersyukur yang haqiqi kepada-Nya, Aamiin !
Berusahalah untuk senantiasa menganalisa dan memperbaiki diri. Pandanglah lebih dalam lagi keadaan rumah-tangga masing-masing. Lalu tingkatkanlah standar tasyakur-mu kepada Allah Swt. Yakni, bila suami tidak memenuhi berbagai kewajibannya kepada istri, artinya dia tidak bersyukur kepada Allah, meskipun ia banyak melakukan amal shalih lainnya. Allah Swt telah mengaruniaimu dengan istri dan anak-anak. Maka wajiblah untuk memeliharanya, yang dengan memenuhi tanggung-jawab itu, berarti bertasyakur kepada Allah Taala. Hendaklah diingat, hal ini bukan sekedar tanggung jawab duniawi, melainkan amanah tanggung jawab dari Allah Swt. Begitupula apabila pihak istri tidak memenuhi berbagai kewajiban mereka terhadap suami, artinya ia tidak bersyukur kepada Allah Taala, sehingga ternafi’kan dari golongan mereka yang dicintai Allah. Oleh karena itu, setiap orang dan setiap keluarga Ahmadi perlu mawas diri akan keadaan diri masing-masing.
Praktekkanlah segala apa yang kita tablighkan kepada orang lain sehingga menjadi sumber penarik keridhaan Allah Swt. Lakukanlah sungguh-sungguh cara bertasyakur yang haqiqi kepada Allah sehingga berbagai karunia dan rahmat-Nya yang tak berbatas pun senantiasa turun, baik dari segi duniawi maupun rohani. Janganlah hanya mendambakan berbagai kenyamanan duniawi. Melainkan, adalah kewajiban setiap orang Ahmadi untuk senantiasa mencari keridhaan Ilahi, agar maqom kerohanian mereka pun senantiasa meningkat.
Kembali kepada topik pembahasan tasyakur kepada Allah yang memfokuskan perhatian saya; Pertama-tama, saya sangat bersyukur kepada-Nya yang telah mengaruniai Hadhrat Masih Mau’ud a.s. suatu Jamaah yang sangat setia kepada Nizam-Khilafat; padamana beliau sendiri menyampaikan kekaguman atas pengkhidmatan dan kesetiaan para anggota Jamaat ini di zaman kehidupan beliau a.s.. Dan sikap pengkhidmatan yang setia ini telah berlangsung lebih dari seratus tahun; yang pancarannya masih senantiasa terlihat.
Oleh karena itu, jangan padamkan dian semangat pengkhidmatan dan kesetiaan ini dari diri anda sekalian, dan juga dari generasi demi generasi yang akan datang. Malah, sikap setia ini harus menjadi sumber tasyakur bagi segenap anggota Jamaat, sehingga ikatan batin mereka dengan Khilafat pun tetap teguh dari satu generasi ke generasi berikutnya. Yakni, ke manapun anda pergi di dunia ini, ikatan, kecintaan dan kesetiaan kepada Khilafat tetap stabil di manapun berada.
Saya menyaksikan kecintaan dan penglhidmatan yang luar biasa ini baik di [Jamaat] USA maupun di Canada. Baik itu di kalangan anak-anak maupun dewasa; pria maupun wanita; dan tua maupun muda. Sudah umum dianggap, bahwa masyarakat USA materialistis. Namun, saya menyaksikan pengkhidmatan para anggota Jamaat selama 2 (dua) minggu saya bersafar di sana luar biasa. Yakni, mereka yang bertugas, tetap bersama saya selama periode waktu tersebut tanpa memperdulikan [penghasilan dari] pekerjaan ataupun bisnis mereka. Bahkan ada di antaranya yang meninggalkan begitu saja lowongan pekerjaan yang baru diterimanya disebabkan belum berhak mendapat cuti, agar dapat mendampingi saya. Semoga Allah memudahkan segenap anggota Jamaat yang demikian itu, yakni memberi ganjaran pahala atas kecintaan dan pengkhidmatan mereka. Aamiin !
Saya pun berterimakasih kepada seluruh sukarelawan pengkhidmat maupun peserta Jalsah Salanah USA maupun Canada yang telah menjalankan tugas mereka dengan penuh tanggung jawab.Doakanlah para pengkhidmat ini semoga Allah Swt senantiasa mengaruniai mereka keyakinan, bahwa mereka mendapatkan lebih banyak lagi kepuasan dalam pengkhidmatan mereka kepada agama. Amin !
Ketika saya mengunjungi berbagai kota di USA, semua anggota Jamaatnya, baik mukimin lama maupun muhajirin baru sama-sama memperlihatkan kecintaan dan pengkhidmatan mereka. Namun, sekali lagi saya ingatkan kepada seluruh anggota Jamaat, bahwa sikap pengkhidmatan anda sekalian hanya akan bermakna hanya apabila anda bersujud kepada Allah Swt dengan penyerahan diri sepenuhnya. Dan juga bertahmid kepada-Nya atas segala karunia yang telah diberikan. Jadi, tujuan puncak dari topik pembahasan bersyukur kepada Allah Taala ini adalah, Khalifatul Masih dan seluruh anggota Jamaat menjadi para ibadullah yang haqiqi dan bertasyakur haqiqi kepada-Nya dengan cara sebagaimana yang seharusnya.
Di [Jamaat] USA, saya mencatat para pemuda [Khuddam] yang demikian bersemangat sehingga mereka sendiri yang melaksanakan penyebar-luasan tabligh Islam Ahmadiyah kepada publik dan menggalang hubungan baik dengan pihak luar Jamaat, yang hasilnya sangat baik. Namun, hendaknya senantiasa diingat, penggalangan hubungan baik ini jangan bertujuan duniawi, melainkan jadikanlah sebagai persahabatan yang lebih erat agar citra Islam yang haqiqi dan indah dapat dipersembahkan kepada dunia, sehingga mereka pun berkumpul dalam satu naungan bendera Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw. Insya Allah !
Ada pula seorang wartawan dari CNN bertanya kepada saya mengenai peluang syiar tabligh Islam di USA. Saya menjawab: ‘Citra Islam yang haqiqi sekarang ini hanyalah sebagaimana yang diperlihatkan oleh Jamaat Ahmadiyah. Dan peluang untuk menyebar-luaskannya tidak hanya terjadi di USA ini saja, melainkan juga di seluruh dunia. Tetapi tidak dengan kekerasan, melainkan dengan cara memikat qalbu manusia.’ Oleh karena itu kaum muda [Jamaat], baik pria maupun wanita yang menyatakan kecintaan dan pengkhidmatan kepada Khilafat, hendaknya senantiasa ingat, tujuan kita bukanlah duniawi, melainkan: Segala apa yang kita ucapkan atau amalkan adalah semata-mata untuk Kemenangan Islam. Hal ini dapat tercapai hanya apabila kita kembali dan tunduk sepenuhnya kepada Allah Swt. Secara keseluruhan, perjalanan dinas saya ke USA telah membuahkan keberhasilan besar. Semoga berbagai buah keberhasilan dari safar tersebut terus bermunculan meskipun kunjungan tersebut telah berakhir. Di berbagai tempat, beberapa buah Masjid dan Pusat [Kegiatan] Jamaat dapat diresmikan, yang memperlihatkan usaha dan kesungguhan Jamaat USA dalam membangun Masjid-masjid. Usaha ini hendaknya terus dilanjutkan.
Suatu kaum yang maju adalah mereka yang tidak hanya terpaku kepada berbagai pencapaian dan penyelesaian [target] mereka, melainkan senantiasa memeriksa berbagai kelemahannya, lalu berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkannya; sebab aspek ini adalah sangat penting. Inilah kiat untuk mendapatkan bimbingan; yakni, buatlah catatan [Buku Merah] mengenai berbagai acara yang telah dilakukan, lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangan aspek Kepanitiaan-nya. Sehingga pada penyelenggaraan tahun berikutnya akan lebih baik.. Contoh salah satu kelemahan yang luput dari perhatian Jamaat USA baik di tingkat Jamaat maupun perorangan [keluarga] adalah menyiapkan penanggulangan darurat baik yang disebabkan keterpurukan ekonomi maupun situasi seperti peperangan. Padahal, USA berpengalaman dalam menghadapi berbagai bencana alam seperti topan badai [hurricanes] dan lain sebagainya. Oleh karena itu, manakala membangun Masjid atau Pusat Jamaat, cadangan suplai air dan aliran listrik berjangka-panjang haruslah dibuat. Karena sekarang ini, tanpa kedua suplai tersebut kehidupan tak dapat bertahan.
Satu contoh betapa suatu topan badai [hurricane] berdampak kepada matinya aliran listrik di sekitar kompleks Masjid Baitur-Rahman [Siver Spring, Maryland) di waktu perjalanan dinas saya (Huzur Atba waktu itu sudah berada di Harrisburg, Pennsylvania), ternyata tak ada system cadangan penggantinya untuk mengatasi hal tersebut. Maka saya pun segera menyarankan agar beberapa Gen-Set siap pakai yang dapat segera mensuplai aliran listrik dan air secepatnya disediakan. Kemudian mengenai Jalsah Salanah Canada, dengan ini sekali lagi saya ingatkan seluruh anggota Jamaat di seluruh dunia, tidak hanya Canada, agar senantiasa bersyukur kepada Allah Swt, dan memperkuat ikatan ini.
Kedua, ungkapan rasa cinta dan pengkhidmatan dari segenap anggota Jamaat, sungguh terlihat. Salah seorang kerabat keluarga saya yang datang dari Pakistan mengatakan: ‘Segenap anggota Jamaat Canada jauh lebih baik dibandingkan Jamaat USA dalam hal keikhlasan mereka menyambut kedatangan Huzoor (Atba)’. Ini dikarenakan jumlah anggota Jamaat Canada lebih besar dan telah dikaruniai dengan suatu pemukiman Jamaat yang bernama ‘Peace Village’ [atau ‘Desa Damai’] yang bersuasana khas dan menawan, lengkap dengan Masjid [Baitul Islam]-nya. Namun agar memperoleh faedah haqiqi dari berbagai unsur karunia yang khas tersebut, anda sekalian perlu mempraktekkan topik bahasan tasyakur haqiqi ini. Yakni, tuan-tuan sekalian telah diberi peluang untuk hidup berjamaah [sekampung] lengkap dengan Masjid-nya yang berada di depan pintu. Maka berusahalah untuk senantiasa memakmurkannya, yang niscaya akan memperelok tampilan [Masjid]-nya.
Para anggota sesepuh pensiunan sangat boleh jadi datang pada setiap Salat Lima Waktu. Namun, tujuan haqiqi [keberadaan sebuah Masjid] baru akan terpenuhi apabila kaum muda maupun dewasanya sudah dapat memahami pentingnya ibadat dengan cara berbondong-bondong datang ke Masjid dan menegakkan tradisi kehidupan Jamaat. Yakni apabila para pemudi [Nasirat] maupun [Lajnah] wanita dewasanya dapat menjaga kemuliaan derajat serta pardah mereka. Juga apabila para pemuda [Khuddam] maupun Ansar-nya mampu mengenali nilai-nilai akhlakul karimah mereka; yakni tidak terseret oleh arus hal-hal yang tidak berakhlak di sekitar lingkungannya.
Pendek kata, tujuan haqiqi ini tak akan dapat tercapai hanya dengan ber-narre takbir di jalanan atau mendendangkan beberapa bait syair di sana-sini. Masyarakat setempat termasuk Bapak Walikota Vaughan (tempat Masjid dan perkampungan Jamaat ini berdomisili) menyampaikan kesan mereka yang sangat baik terhadap Jamaat. Mereka mengatakan kepada saya: ‘Tentulah betapa bangganya tuan memiliki anggota Jamaah yang baik ini.’ Mereka pun menambahkan: ‘Kaum Ahmadi adalah warga yang taat hukum.’ Namun, kesemua hal tersebut adalah pandangan dari segi duniawi, yang kita harus bermawas-diri akan keadaan kita dari segi ajaran Al Quran sebagaimana yang telah diberikan hikmah penjelasannya secara mendalam oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Standar akhlak dan kerohanian kita tidak berdasaekan peraturan duniawi. Melainkan sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt. Maka kita pun harus mpempraktekkan ajaran Qurani di dalam kehidupan kita. Jangan terpaku memandang bumi [duniawi]. Pusatkanlah pandangan tuan-tuan ke ketinggian langit [kerohanian]. Jika hal ini sudah terjadi, maka kita pun dapat menjadi kaum yang ber-tasyakur haqiqi kepada Ilahi Rabbi. Yakni, manakala narre-takbir dan semua amalan-shalihan tuan-tuan sudah dapat menarik keridhaan Allah Swt.
Saya banyak menerima surat dari kaum muda [Ahmadi] bahwa, betapa mereka itu telah merasakan adanya suatu inqillabi haqiqi di dalam diri mereka. Kalangan Nasirat mengatakan, bahwa mereka telah berpardah [berkerudung dan berbusana penutup]. Sebagian lainnya mengatakan mengenai suatu inqillab diri lainnya. Inilah niat baik yang Allah Taala berkenan untuk menerimanya. Semoga Allah memberi taufiq kepada segenap kaum muda tersebut untuk menjadi orang Ahmadi yang sebaik-baiknya. Inilah yang kembali mengarahkan kita kepada topik pembahasan tasyakur haqiqi. Karena Allah Swt sajalah yang dapat merubah keadaan seseorang. Oleh karena itu, bagi mereka yang telah dapat mengalami inqillab di dalam dirinya, hendaknya peliharalah itu untuk selamanya, dengan cara senantiasa memohon pertolongan dan bimbingan Allah Swt.
Tiap-tiap rumah tangga hendaknya dapat menjadi sumber kehidupan surgawi yang aman. Tempat tumbuh suburnya silih-asih, siddiq dan amanah. Bila suatu pernikahan dilaksanakan diluar keinginan pihak pria maupun wanita, lanjutkanlah tali hubungan perkawinan tersebut dengan saling berlapang-dada. Jika tak mungkin, sampaikanlah kepada orang tua masing-masing sebelum pernikahan dilaksanakan, bahwa anda tidak saling berminat. Fondasi setiap pernikahan adalah iman dan taqwa. Yakni, bila pihak pria menginginkan wanita yang beriman dan bertaqwa, maka ia sendiri pun haruslah menjadi seorang pria yang beriman dan bertaqwa. Sehingga pernikahannya itu pun akan membuahkan rumah tangga yang memancarkan citra surgawi [sakinah mawaddah].
Jangan biarkan matamu menatap terus berbagai kenyamanan duniawi. Jangan merasa terusik atau tergoda oleh gemerlapnya lingkungan ‘sosial tempat kamu berada. Jangan penuhi rumah ataupun qalbumu dengan serba ketidak-puasan. Berbagai kelebihan duniawi hendaknya justru dapat menjadi pendorong untuk bersyukur kepada Allah Swt. Senantiasalah ingat akan [pengorbanan] para pendahulumu, masa lampau-mu, kemudian temukanlah berbagai karunia Allah yang kini kamu dapatkan, yang niscaya akan mengarahkan kamu kepada sikap tasyakur. Berusahalah dengan berbagai cara untuk menghilangkan perbedaan. Damaikanlah pertikaian antar kerabat keluarga, sehingga mengundang keridhaan Allah Taala atas dirimu.
Ketika saya melangkah keluar dari rumah di lingkungan [perkampungan Jamaat] ini, sejumlah besar anak-anak ber-narre takbir dan mengucapkan salam [‘Assalamu Alaikum’] yang terus menerus bergema ke atas langit, yang sungguh menampakkan kehidupan Al Jannati. Namun, salam ini hendaknya tidak hanya sebatas di permukaannya saja, melainkan mendalam hingga ke pusat Jamaat-nya, yang niscaya akan menegakkan kedamaian di dunia ini, dan meretas jalan kebaikan pada kehidupan di akhirat nanti. Jangan biarkan jalan istiqamat ini sirna. Sebaliknya, senantiasalah berjuang keras untuk memperoleh haqiqat kerohanian sejati, yang akan tampak manakala amal perbuatan kita menghasilkan qurb kedekatan Ilahi.
Setiap orang Ahmadi haruslah memahami tanggung jawab mereka dalam kaitan ini. Saya perintahkan pula para Panitia Jalsah untuk mencatat berbagai kelemahan yang terjadi, di dalam Buku Merah; dan carilah solusinya untuk penyelenggaraan Jalsah di tahun mendatang. Saya menerima beberapa surat berisi berbagai keluhan, yang kebanyakan mengenai masalah tata suara. Selidikilah secara mendalam; mengapa gangguan teknis ini harus terjadi setiap tahun. Adapun berdasarkan pengamatan saya sendiri: Ada beberapa Seksi Panitia yang tidak bekerja-sama dan tidak ber-koordinasi satu sama lain. Jika hal ini benar, tentulah terjadi keterpurukan di suatu Seksi yang lain. Maka [anggota] Panitia hendaknya memeriksa kembali niat mereka. Berkhidmatlah dengan kompak.
Tuan Amir [Jamaat] hendaknya mengawasinya dengan seksama. Jangan mempercayai siapapun tanpa haq [mengujinya terlebih dahulu]. Dan saya pun menyarankan, disebabkan kekurang-disiplinan; suatu Jalsah biasa [bagi Jamaat Canada] hendaknya diselenggarakan terlebih dahulu di Jamaat USA, di tahun yang sama ketika saya merencanakan akan mengunjunginya. Namun, bagaimanapun juga segenap anggota Jamaat Canada telah memperlihatkan keikhlasan pengkhidmatan mereka kepada Khalifah Waqt. Oleh karena itu, menurut hemat saya: Perlu diberi kesempatan sekali lagi kepada Panitia untuk membuktikan bahwa mereka dapat meningkatkan kinerjanya. Kalangan Pengurus Jamaat yang berniat mendapatkan [sesuatu keuntungan] duniawi hendaknya segera memperbaiki diri. Jangan sampai ada orang lain yang menyampaikan mengenai kesalahanmu.Ingatlah, hanya niat ikhlas yang mulia yang dapat mendatangkan keberhasilan. Lain daripada itu, justru hanya akan menjauhkan dari qurb kedekatan Ilahi; dan na’udzubillah, mengundang kemurkaan-Nya. Khususnya kepada kaum generasi muda, dengan ini saya nasehatkan: ‘Berfokuslah kepada hal-hal yang positif dan beramal-shalih. Jangan terlalu memperdulikan kelemahan. Jamaat Canada telah berhasil membina berbagai hubungan baik [dengan berbagai tokoh penting] yang banyak di antaranya telah bermulaqat dengan saya. Setiap orang Ahmadi hendaknya senantiasa ingat: Perbuatan dan perkataannya bertujuan tabligh Islam Ahmadiyah, sebagai motif utamanya.
Bil-akhir, sekali lagi saya mengingatkan topik pentingya bertasyakur kepada Allah. Yakni, gemerlapnya lampu-lampu hias di tiap-tiap rumah, suasana meriah di sekitar Masjid, ghairah semangat para pengkhidmat, semuanya itu adalah aspek tasyakur[ namun bersifat sementara; yang perlu dibuat ‘baqa’ dengan cara senantiasa siap sedia mengucapkan “labbaik” kepada setiap perintah ma’ruf dari Hadhrat Khalifah [Atba]. Jangan menganggap kerisauan sebagai kesulitan dalam menghadapi norma-norma atau budaya Barat. Bila niatnya baik, maka tak akan’ ada yang dapat menghalangi kemajuan. Kaum yang maju adalah mereka yang tidak terpaku kepada berbagai kesulitan yang dihadapi. Melainkan, memusatkan perhatian dan segala daya upaya kepada tujuan utama mereka.
Inilah yang akan dapat membantu kita dalam meng-inqillab haqiqi seluruh dunia. Saya mendoakan seluruh anggota Jamaat untuk itu. Aamiin !