Tanggal 16-5-2008 dari Mesjid Bait-ul-Futuh, London , United Kingdom
Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Al-Faatihah, Hudhur aba. a.l. menilawatkan
Ayat 24 dari Surah Al-Hasyr (59):
Huwallaahul ladzii laa ilaaha illaa huwal malikul qudduusus salaamul mu’minul muhaiminul ‘aziizul jabbarul mutakabbiru subhaanallaahi ‘ammaa yusrikuun.
Yang artinya:
Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia. Maha Berdaulat, Yang Maha Suci, Sumber segala Kedamaian, Pelimpah Keamanan, Maha Pelindung, Maha Perkasa, Maha Penakluk – Yang Menundukkan, Maha Agung. Maha Suci Allah, dari apa yang mereka persekutukan.
Al-Jabbaar adalah salah satu kualitas dari Ilahi di mana sifat Jabbaar ini memiliki banyak arti, dan arti sifat Jabbaar bagi Tuhan berbeda artinya bilamana sifat jabbaar ini diterapkan pada manusia, pada orang-orang. Salah satu arti menurut Kamus Arab Lexicon, Mufradat Allama Razi, Al-Jabbaar untuk Tuhan adalah Aku menolong, membantu dan melayani orang-orang yang faqir, orang yang miskin; yang turun kepada orang-orang dengan keberkahan-keberkahan dan kebaikan serta kebajikan-kebajikan. Sedangkan sifat jabbaar yang diterapkan kepada manusia memiliki arti konotasi yang negative, yaitu orang yang sombong, yang membanggakan diri, orang yang suka menekan dan memaksakan keinginannya kepada orang lain, orang yang melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tangggung-jawabnya, orang yang menggunakan kekuasaan yang bukan menjadi haknya, yang tidak ada keberkahan di dalamnya.
Dengan Sifat Jabbaaar-Nya Allah membuat orang-orang untuk mengikuti perintah-Nya dengan tanpa pemaksaan; karena perintah-Nya itu amat jelas, mana yang baik dan mana yang buruk. Orang yang melakukan pekerjaan yang baik akan diberikan ganjaran, sedangkan yang melakukan perbuatan buruk atau jahat maka secara alamiah ia akan dihukum. Dia Allah adalah yang Memiliki Kedaulatan, Pemilik Kekuasaan, Maha Suci di mana difirmankan-Nya bahwa rahmat kasih-sayang-Ku meliputi segala sesuatunya – rahmatan lil ‘alaamiin, Dia pun memiliki kekuasaan untuk mengampuni orang.
Sifat Jabbaar Allah tidaklah mungkin dapat diraih oleh manusia, orang-orang tidak akan sampai pada posisi tersebut, yang terlalu tinggi bagi manusia; manusia yang memiliki sifat jabbaar, yang sombong dan suka membanggakan diri, ia tidak menyadari akan apa tanggung-jawabnya, dan akan membuat orang-orang berpaling dari menyembah kepada Allah. Tidak terdapat rahmat dalam hati orang ini, tidak ada belas kasih-sayang di dalam hatinya, Rajulun jabbaar, ia tidak mau menerima nasihat, ia memaksakan kehendaknya, orang lainnya itu harus menurutnya saja. Orang yang bersifat jabbaar, merasa sangat kuat; menurut pandangannya, ia merasa terus bertambah tinggi dan tambah tinggi lagi, yang karena kesombongannya ia tidak mau menerima ajaran Islam
Hadhrat Khalifatul Masih Tsani r.a. menerangkan, sifat Jabbaar dari Allah Taala adalah satu Wujud yang memenuhi semua keperluan dari orang-orang. Sedangkan orang yang bersifat jabbaar memandang rendah kepada orang-orang, ia tidak mau mendengar pada perkataan orang, ia memaksakan kepada orang-orang untuk melakukan sesuatu dengan cara kekerasan dan pemaksaan.
Dalam buku “Takdir Ilahi”, Jabbaar adalah satu Wujud yang mengadakan reformasi, yang memperbaiki, membetulkan tulang yang patah, memperbaiki barang yang rusak, dengan tanpa ada unsur pemaksaan memperbaiki hal-hal yang salah pada diri orang-orang. Dalam buku Taqdir Ilahi, manusia, orang yang memiliki sifat jabbaar ingin menegakkan kedaulatannya sendiri; kedaulatan manusia memiliki banyak kekurangan dan kelemahan-kelemahan. Kekuasaannya yang bersifat sementara itu dengan kerajaannya ia tidak dapat menolong bangsa dan rakyatnya dari kelaparan.
Raja Penguasa dunia itu yang merasa paling berkuasa di dunia ini, memandang rendah pada orang-orang, mereka mementingkan dirinya sendiri; membunuh orang-orang untuk menyelamatkan orang lainnya. Sedangkan kerajaan Allah tidaklah begitu. Segala sesuatu itu ada di Tangan Allah Yang Maha Kuasa, Al-Malikul qudduusus, Yang Maha Agung Maha Suci, tidak ada kelemahan apa pun. Allah itulah yang pemberi kedamaian, ….. salaamul mu’minul muhaiminul ‘aziizul jabbarul mutakabbiru, sumber segala Kedamaian, Pelimpah Keamanan, Maha Pelindung, Maha Perkasa, Maha Penakluk – Yang Menundukkan, Yang Maha Agung.
Allah membuat orang-orang lebih dekat lagi kepada-Nya, yang menegakkan kedamaian, yang menyelamatkan manusia dari bahaya, Dia menutupi segala kekurangan orang-orang. Allah Taala dengan segala sifat-sifat-Nya itu, Allah Yang Maha Berdaulat, berkuasa untuk menggantikan orang-orang yang ingkar dengan manusia yang baru. Dalam Surah Qaaf (50) ayat 46 difirmankan:
Nahnu a’lamu bi maa yaquuluuna wa maa anta ‘alaihim bi jabbaarin fa dzakkir bil qur-aani may yakhaafu wa’iid. Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan; dan bukanlah engkau yang menjadi seorang pemaksa atas mereka, maka nasihatilah dengan Al Qur-aan siapa yang takut kepada janji azab dari-Ku.
Janji Allah kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.: Aku akan sampaikan tabligh engkau ke seluruh penjuru dunia. Teruskanlah usaha saudara-saudara untuk memanggil orang-orang kepada Allah. Inilah tanggung-jawab saudara-saudara untuk menyampaikan tabligh ini. Untuk keberhasilan tabligh itu saudara-saudara harus menggunakan segala macam cara yang tersedia; hasil produknya itulah yang menjadi tanggung-jawab dari kami.
Orang-orang kaum ‘Ad telah mengingkari dan mendustakan nabi mereka, apakah mereka mengira bahwa dengan mendirikan kerajaan itu seakan-akan akan hidup untuk selama-lamanya? Ini adalah contoh bagi orang-orang di masa depan bagi orang-orang bodoh, yang tidak tahu berterima kasih dan perusuh ini, dalam surah Asy-Syuara (26) ayat 131:
Wa idza bathasytum bathasytum jabbaarin.
Dan apabila kamu menangkap seseorang, kamu menangkap seperti orang-orang yang kejam.
Orang-orang ‘Ad ini telah menghancurkan peradaban, yang dengan kekuatannya itu ia menundukkan, menguasai orang-orang; sebagai penguasa zhalim ia menjatuhkan hukuman kepada orang-orang secara aniaya. Mereka memperlihatkan kebesarannya dan kekuasaannya dan dengan kekuatannya untuk berperang, mereka menundukkan orang-orang. Apakah ia mengira akan dapat hidup dan berkuasa untuk selama-lamanya? Rasul Allah telah mengingatkan kepada mereka: Bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepada aku. Sesungguhnya aku khawatirkan atas kamu azab Hari yang besar.
Negara-negara yang memiliki kekuatan besar, yang dengan kekuatan politik dalam bangsanya, dengan kesombongannya mereka menundukkan orang-orang; mereka menegakkan apa yang baik untuk diri mereka sendiri; mereka melakukan tindakan yang tidak adil, menghukumi orang-orang dengan aniaya, kata-kata mereka biasa berubah-rubah.
Semestinya Negara-negara Islam itu mengadakan satu perbaikan reformasi, mereka harus mereformasi cara-cara mereka. mereka harus membaca dan mempelajari Al Qur-aan. Berkenaan dengan nubuatan dari Al Qur-aan ini, pernah terjadi tindakan ke-tidak adilan di Pakistan terhadap orang-orang Ahmadi; surat-surat kabar banyak yang menulis, azab dan bencana yang menimpa bangsa dan Negara kami adalah dikarenakan perbuatan tangan kami sendiri. Baru-baru ini terjadi juga tindakan ke-tidak-adilan itu di Indonesia, yang dengan kekuasaannya itu mereka mengatakan kami dapat melakukan perbuatan “injustice” kepada orang-orang Ahmadi, berbuat aniaya kepada anak-anak dan wanita Ahmadi. Mereka merusak dan membakar harta dan rumah-rumah serta mesjid orang-orang Ahmadi. Para ulama mullah merupakan bagian dari perbuatan mereka itu. Dengan dominasi ulama, pejabat dan penguasa takut menjadi jatuh. Ulama ini suka berbuat kerusuhan; mereka tidak mau mendengarkan nasihat, mereka itu tidak mau mengikuti perintah dari Tuhan. Ulama-ulama tersebut sukanya menghasut dan menimbulkan rasa kebencian di dalam hati orang-orang.
Betapa pun, inna rabbaka ….. kemenangan akhir akan berada di tangan kita, insya Allah. Janji Allah kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini: Aku bersama engkau dan bersama orang-orang yang mencintaimu!
Mereka, orang-orang itu tidak mengetahuinya. Karena mereka takut kehilangan kemuliaan dan kehormatannya, maka mereka terpaksa tunduk pada keinginan para mullah ini untuk berbuat ketidak-adilan kepada orang-orang Ahmadi. Kami Ahmadi merasa sangat yakin bahwa kemenangan akhir itu akan ada pada kami.
Kami merasa yakin bahwa orang-orang yang berbuat aniaya itu tidak lama lagi akan menemui hari keakhirannya. Mereka yang berbuat aniaya itu bukannya akan naik pada kedudukannya yang tinggi, tetapi akan segera tercengkeram dan dibantingkan pada kedudukan jurang yang sangat rendah.
Seperti halnya Ahmadi di Pakistan, yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan penyerangan dengan kekerasan, maka haruslah diingat, bahwa penolong mereka adalah Allah Yang Maha Kuasa. Jika orang-orang yang berbuat aniaya itu tidak mengadakan reformasi perbaikan diri mereka, maka kita harus berdoa meminta belas kasihan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Yang Maha Perkasa, untuk minta diselamatkan dari orang-orang yang sombong dan yang tidak punya belas kasihan itu.
Kadzalika ‘ala kulli syai’in … jabbaar. Allah menyegel hati orang-orang yang sombong dan berbuat tidak adil. Untuk menyelamatkan dunia yang lain-lainnya itu, orang-orang Ahmadi harus banyak-banyak berdoa dan bertabligh. Untuk Indonesia, sebagaimana nubuatan yang ada dalam Kitab Suci Al Qur-aan untuk Pakistan, jika polisi dan aparat pemerintah itu hanya menonton saja dan tidak berbuat apa-apa atas semua perbuatan aniaya orang-orang mereka itu, maka kami merasa yakin bahwa insya Allah Taala, tidak akan lama lagi mereka akan menyaksikan keakhirannya itu. Semua pertolongan kepada para Ahmadi itu adalah dari Allah Yang Maha Kuasa. Semoga Allah Taala mengkaruniakan kepada semua para Ahmadi ini kesabaran dan keteguhan iman mereka. Aamiiinn.
Satu berita duka dari Ghana, seorang mahasiswa Jamiah di Ghana telah wafat pada umur 20 tahun. Ia adalah seorang yang mukhlis dan besar pengabdiannya. Dalam kunjungan kami yang lalu ia telah bekerja keras mempersiapkan Jamiah dan Jalsah; yang kemudian jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 4-5-2008. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Segala usaha dan upaya telah dikerjakan, namun takdir Allah-lah yang menentukan. Ia berasal dari Kepulauan Girribas, ibunya adalah seorang guru yang sangat rajin bertabligh. Orang tuanya meninggalkan agama Kristiani pada tahun 1988, dan mereka adalah Ahmadi pertama di kepulauan tersebut. Keluarga ini tidak punya anak laki-laki dan dengan doa dari Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h. maka ia mendapatkan anak laki-laki mujahid tersebut. Ayahnya pernah datang ke Jalsah di London, tetapi kemudian ia sakit dan meninggal. Semoga Allah Taala memberikan hiburan kepada ibundanya dan memberikan keteguhan dalam keimanannya. Setelah shalat Jum’at saya akan menyembahyangkan shalat jenazah ghaibnya.
Sekali lagi diingatkan, ini hanya terjemahan/cuplikan. Untuk tepat dan lengkapnya khutbah ini, harap klik (audio-videonya) di: http://alislam.org
Mersela, 17 Mei 2008