6 Juni 2008, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK.
Huzur menerangkan sifat Al Razzaq (Maha Pemberi Rizqi) Allah Swt pada Khutbah Jumah beliau hari ini. Memaparkan berbagai arti kata 'razzaq' menurut kamus Bahasa Arab, Huzur bersabda, Razzaq adalah salah satu sifat Allah Swt, yakni hanya Dia-lah yang menyediakan segala kebutuhan semua makhluk, baik yang terlihat jelas maupun tidak. 'Razzaq' ini adalah kata sifat yang hanya dikenakan kepada Allah Swt saja, tidak kepada makhluk lainnya. Penggunaan kata 'razzaq' dalam bahasa Urdu maupun Punjabi sehari-hari sangatlah terbatas. Ini dikarenakan arti dan pemaknaannya sangat luas. Menurut Imam Raghib, kata Rizq (rizqi) artinya adalah segala rizqi duniawi maupun rizqi rohani untul bekal di Akhirat nanti. Juga digunakan untuk segala materi yang dapat digunakan sebagai bahan pangan untuk kebutuhan hidup. Arti lain kata Rizq adalah segala sesuatu yang membawa faedah.
Kata Rizq banyak digunakan di dalam Alqur’an. Allah Swt berfirman di dalam Surah Hud ayat 7:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ 11:7
‘Dan tak ada satu pun makhluk yang merayap di muka bumi ini yang tidak Allah cukupi segala kebutuhan hidupnya. Dan Dia mengetahui tempat-tempat persinggahan mereka maupun habitat mereka. Semua ini tercatat di dalam Kitab yang terang.’
Huzur bersabda, di dalam ayat ini Allah Taala tegas menyatakan, bahwa hanya Dia-lah Sang Penyedia Rizqi. Selain dari berbagai bentuk kehidupan, ada juga jutaan serangga yang menghuni bumi, yang Allah pun menyediakan rizqinya. Meskipun berbagai riset menemukan jawaban teknis bagaimana kebutuhan hidup berbagai jenis serangga itu dicukupi, namun para ahli masih terheran-heran betapa jenis makhluk hidup lainnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Huzur bersabda, di bidang pertanian sebagian besar hasil panen digunakan untuk konsumsi manusia, dan sisanya untuk dunia hewan.
Pendek kata, Allah-lah yang menyediakan segala kebutuhan hidup setiap makhluk. Segala sesuatu yang diberikan-Nya adalah ‘Rizq’, termasuk ‘Rizq’ rohani untuk bekal di kehidupan Akhirat nanti. Namun, ‘Rizq’ yang khas ini hanya untuk makhluk jenis manusia saja. Karena modal dasar untuk memperoleh ‘Rizq’ ini adalah pengembangan rohani dan amal shalih. Ganjaran pahala ini diberikan di dunia ini juga dan puncaknya nanti di alam Akhirat. Untuk memberikan ‘Rizqi’ rohani-Nya ini, Allah mengutus para Rasul-Nya. Dan melalui Rasulullah Muhammad Saw, Allah Swt telah memberikan rizqi kebutuhan rohani manusia dalam bentuk yang paling sempurna, untuk sepanjang zaman. Di dalam ayat Alquran tadi, dikemukakan hikmah penyediaan segala kebutuhan hidup jasmani seluruh makhluk adalah untuk mengigatkan bahwa Allah-lah Sang Penyedia Sejati, yang demikian pemurah dan peduli untuk menyantuni kelangsungan siklus kehidupan di dunia yang fana ini. Maka, khusus untuk manusia, tidakkah Dia pun menyediakan ‘Rizq’ rohani untuk kehidupan yang baqa nanti ?
Rizqi Rohani Terkait Rizqi Jasmani: Amerika pun Dilanda Krisis.
Allah telah menerangkan berbagai cara untuk mencapai ketinggian rohani di dalam Alqur’an; kebutuhan gizi rohani manusia yang telah dicukupi-Nya baik secara kwantitas maupun kwalitas itu diberikan-Nya melalui wujud insan kamil Rasulullah Saw. Alqur’an menekankan pentingnya memperhatikan kebutuhan gizi rohani ini dikarenakan kalau tidak, akan membawa manusia kepada kelangkaan bahan pokok kebutuhan hidup mereka di dunia.
Dinyatakan di dalam Alqur’an:
وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَداً مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ
‘Dan Allah mengemukakan contoh sebuah kota yang penduduknya menikmati keadaan serba aman dan sentosa; segala kebutuhan hidup mereka berdatangan melimpah ruah dari segala penjuru. Namun, mereka menyangkali perintah Allah, maka Allah pun mencobai penduduk kota tersebut dengan kelaparan dan ketakutan sebagai akibat kedurhakaan mereka.’ (Surah Al Nahl ayat 113).
Huzur bersabda, inilah persis apa yang pernah terjadi di Mekkah. Meskipun Hadhrat Ibrahim a.s. telah berdo a kepada Tuhan agar kota tersebut disejahterakan, namun dikarenakan mereka menolak Muhammad Rasulullah Saw, maka penduduk Mekkah itu pun mengalami musim paceklik dan kelaparan. Padahal, ketika Rasulullah Saw masih tinggal bersama mereka, segala macam bahan kebutuhan pokok berdatangan dari segala penjuru. Namun ketika beliau sudah hijrah ke Madinah, maka mereka pun mengalami masa kelaparan yang hebat. Sehingga tak kurang Abu Sufyan pun memerlukan datang ke Madinah, khusus menemui Rasulullah Saw untuk memohon doa makbul beliau agar menghilangkan kelaparan dan ketakutan yang tengah menimpa kaumnya. Maka wujud yang sangat membawa faedah bagi seluruh umat manusia ini pun bergeming. Alih-alih menertawakan Abu Sufyan sebagai peringatan atas segala perbuatan aniaya kaum Mekkah terhadap kaum Muslimin, Rasulullah Saw pun serta merta berdoa. Dan Allah Taala mengabulkan doa beliau. Keadaan segera membaik. Akan tetapi sungguh malang, setelah itu mereka pun melanjutkan penentangan mereka meskipun mereka tahu kebenaran Rasulullah Saw. Hingga akhirnya mereka benar-benar bertekuk-lutut pada peristiwa Fatah Mekkah.
Huzur bersabda, sekarang ini pun dunia hendaknya merenungkan sebab-sebab terjadinya kelangkaan bahan pangan dan inflasi ekonomi. Jika keadaan yang sangat memprihatinkan itu dulu pernah terjadi, kini pun dapat terulang kembali. Periksalah diri, mungkinkah situasi serba sulit sekarang ini sebagai akibat telah mengeringnya kehidupan rohani dunia ? Saat ini tengah terjadi kekurangan bahan pangan dan krisis keuangan di Amerika Serikat, negara super-power dan terkaya di dunia. Ini sungguh mengherankan mengingat pembangunan pertanian mereka sangat maju selama 50 tahun belakangan ini, dan hasil panennya berlipat ganda selama beberapa dekade. Bagi orang Muslim, Allah telah menjelaskan semua ini, bahwa Dia-lah Yang Maha Razzaq; Pemberi rizqi kehidupan jasmani maupun rohani manusia. Maka kaum Muslimin hendaknya lebih menyadari hal ini dibandingkan yang lain.
Berpegang Teguh Pada Tali Allah.
Allah Swt berfirman di dalam Alqur’an:
وَكَأَيِّن مِن دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 29:61
Dan adakah [engkau temukan] seekor hewan yang tidak membawa rizqinya ! Allah telah menyediakan segalanya bagi mereka dan juga bagimu. Dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. (Surah Al Ankabut ayat 61).
Di sini perhatian kita tertuju kepada kenyataan, apapun hasilnya, bagi mereka yang sudah benar menjalankan amanah pekerjaannya, hendaknya berpegang teguh kepada berbagai perintah Allah dan beristiqamah di dalam agama yang diridhoi-Nya. Huzur bersabda, janganlah berpikiran bahwa kalau tidak mengikuti perintah orang-orang yang berpengaruh atau sesuatu negara kuat mereka akan kehilangan sumber-sumber kehidupan mereka. Jangan ada satu pun negara Muslim yang merasa takut, dikarenakan kehidupan ekonomi negaranya tergantung kepada sesuatu negara lain, maka mereka berpikiran tak apalah mengelabui sesama negara Muslim lainnya, sebagaimana hal ini telah terjadi.
Sikap takut – baik dalam tingkat perorangan maupun tingkat nasional – bahwa nasib kehidupannya tergantung kepada sesuatu wujud selain Allah, adalah kesalahan besar. Allah senantiasa memelihara mereka yang selalu menjaga martabatnya. Dia adalah Penguasa Langit dan Bumi, maka tidakkah Dia berkuasa untuk memenuhi kebutuhan mereka yang memohon dengan ikhlas ?
Tercantum di dalam ayat 63 Surah Al Ankabut:
للَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ 29:63
‘Allah melapangkan rizqi abdi-Nya yang dikehendaki-Nya, dan menyempitkan mereka yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah mengetahui atas segala sesuatu.’
Huzur bersabda, bila benar sesuatu negara kuat dan kaya sudah dapat memenuhi segala kebutuhan hidup mereka, mengapa mereka kini kekurangan suplai bahan pangan ? Huzur bersabda, Allah menyediakan kebutuhan setiap orang Mukminin dan menjaga martabat mereka. Maka setiap diri anda hendaknya hanya mengandalkan Dia, Tuhan Sang Penyedia Segala Kebutuhan Sejati.
Huzur bersabda, pada zaman Hadhrat Masih Mau'ud a.s. orang perlu menunjukkan bahwa dia memiliki suatu pegangan yang jelas. Dengan adanya fasilitas teknologi komunikasi massa dan saling ketergantungan, negara-negara miskin berpikir negara-negara kaya adalah segala-galanya. Padahal Allah telah menegaskan, bahwa Dia-lah Tuhan atas segala sesuatu dan Tuhan seluruh umat manusia, alih-alih menuhankan seseorang [pemimpin] ataupun suatu negara kuat. Oleh karena itu, mintalah pertolongan hanya kepada Allah. Renungkanlah, fahamilah sifat-sifat-Nya, dan jadilah orang-orang yang memperoleh kehidupan rohani.
Selanjutnya Huzur membacakan ikhtisar tulisan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang menerangkan: Terlalu mengandalkan kekuatan harta benda, warisan ataupun pertemanan sama halnya memasuki perangkap sikap shirk (menyekutukan Allah) yang membahayakan. Beliau bersabda, kitabullah Alqur’an banyak dipenuhi dengan ayat-ayat yang menegaskan bahwa Allah menjamin kebutuhan orang-orang mutaqin. Maka orang yang tidak mengindahkan hal ini sama halnya dengan menolak sifat-sifat Allah. Tulisan beliau a.s. selanjutnya menerangkan Keesaan Tuhan.
Kinilah Zaman Reinasance Islam Itu.
Huzur selanjutnya membacakan ayat
وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن رِّزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آيَاتٌ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ 45:6
yang artinya, ‘Dan dalam pergantian malam dan siang, serta segala rizqi yang Allah kirimkan dari langit, Dia menghidupkan bumi setelah matinya. Dan dalam perubahan arah angin, ada tanda-tanda bagi orang yang mau memahami. (Surah Al Jathiyah ayat 6). Huzur menerangkan, ayat ini membawa pesan khusus bagi kaum Muslimin. Perhatikanlah baik-baik, sebagaimana semua proses dasar kehidupan dan pengembangannya berlangsung di siang hari (photosynthesis); begitupun kehidupan rohani memiliki masa kejayaan (terang) dan masa kegelapannya. Beberapa abad setelah zaman Rasulullah Saw adalah salah satu masa kegelapan rohani. Beliau memang diamanati Shariah terakhir dan Kitabullah yang sempurna yang mampu menyinari kalbu dan pikiran manusia hingga hari kiamat. Akan tetapi, beliau Saw pun bersabda, sudah menjadi kehendak Ilahi, sepeninggal beliau akan datang suatu masa kegelapan. Kerlap-kerlip sinar petunjuk Shariah yang sempurna hanya terlihat di beberapa tempat saja. Baru kemudian dengan kedatangan Al-Masih Muhammadi, masa kegelapan itu akan sirna, dunia akan disinari kembali, gizi rohani akan dikirim berlimpah ruah, menghidupkan kembali semua insan. Sebagai berkat mengikuti jejak langkah Rasulullah Saw dengan sempurna, Al-Masih / Al-Mahdi membawa kembali sinar kehidupan rohani untuk sekali lagi menerangi dunia. Huzur bersabda, Allah mengirimkan sinar petunjuk dan air kehidupan rohani ini melalui Hadhrat Masih Mau'ud a.s., yang adalah abdi sejati sepenuhnya dari Rasulullah Muhammad Saw. Maka kewajiban manusia untuk menemui dan memperoleh keberkatannya sebagai konsekwensi menerima kebenaran Rasulullah Saw, karena beliau telah memerintahkannya. Huzur bersabda, berbagai kamus Bahasa Arab mengartikan Rizq sebagai hujan deras, sebagaimana tercantum di dalam Surah Al-Jatsiyah ayat 6 (45:6). Huzur bersabda, kini air kehidupan rohani telah kembali digelontorkan; akan datang masa terang benderang rohani yang panjang; yakni sinar yang sama sebagaimana telah dibawakan oleh Yang Mulia Rasulullah Saw, penyebar-luasannya terlaksana dengan kedatangan Al-Masih Yang Dijanjikan. Di dalam Surah Qaf ayat 12 Allah Swt berfirman: ‘Untuk kehidupan para abdi-Ku; Kami hidupkan kembali tanah yang telah mati. Itulah Hari Kebangkitan.' Huzur bersabda, di sini hujan deras disebutkan telah menghidupkan kembali tanah yang mati. Pada realita kehidupan sehari-hari pun hal ini dapat terlihat di berbagai belahan dunia; sebagaimana terjadi di daerah Thar, Provinsi Sind, Pakistan. Daerah yang sebelumnya debu padang pasir beterbangan dan kekurangan bahan pangan, kini telah berubah menjadi hijau dan subur berkat seringnya hujan datang. Panen diperoleh, dan rizqi pun mengalir. Maka bagi orang yang sensitif, hal ini akan membuat dirinya mengagungkan Sang Pencipta. Dan bagi seorang Muslim hal ini membuatnya lebih bersyukur lagi.
Air Kehidupan Samawi Menghidupkan Kembali Rohani&Jasmani. Setiap orang yang beragama akan mengakui, bahwa kecukupan kebutuhan hidup mereka memang berasal dari Tuhan. Akan tetapi manusia seringkali melupakannya. Namun, Allah Swt pun mengingatkan, sebagaimana Dia menghidupkan tanah yang mati, begitu pun Dia akan membangkitkan seluruh manusia dari kematiannya dan akan dihisab atas segala amal perbuatannya. Maka barangsiapa yang mendambakan ganjaran pahala yang baik di Akhirat nanti, ia akan berupaya untuk mengerjakan berbagai amal shalih. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dengan karunia dan maghfirah-Nya. Dan membuat kita senantiasa berjalan di atas jalan yang lurus; jalan yang telah diberi-Nya nikmat. Semoga pula Allah Swt memberi kemampuan kepada mereka yang belum menerima kebenaran. Membacakan ayat 133 Surah Tha Ha,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
‘Dan perintahkanlah kaum engkau untuk Salat, dan teguhlah di dalamnya. Tak perlu meminta-minta untuk kehidupan, karena tugas Kami-lah untuk mencukupimu. Dan akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa ’ (20:133), Huzur bersabda, bentuk yang paling afdhol pemenuhan gizi rohani adalah beribadat kepada Allah, khususnya mendirikan Salat. Oleh karena itu persiapkanlah dengan sebaik-baiknya praktek Salat yang dilakukan di rumah. Sesungguhnya Salat pun terkait dengan karunia keberadaan Khilafat. Huzur bersabda, di dalam ayat tadi kata Rizq dikaitkan dengan perintah untuk beribadat kepada Tuhan. Namun, kadangkala kata Rizq ini tidak dikaitkan dengan sesuatu peringatan. Untuk memperoleh berkat Allah Swt, adalah sangat penting untuk mendirikan Salat, yang sangat vital untuk mendapatkan Rizq (kehidupan). Sesungguhnya, mereka yang ikhlas dalam Salatnya telah diberi garansi akan tetap berada di dalam kehidupan yang murni (thayyib).
Huzur menguraikan kembali hikmah ayat tersebut (20:133) berdasarkan kata-kata Hadhrat Muslih Mau'ud r.a., bahwa jika Allah tidak meminta sesuatu bahan kehidupan, mengapakah kita harus melakukan pengorbanan harta benda ? Untuk menjelaskan hal ini, Huzur bersabda, Allah menjanjikan akan memberi ganjaran pahala yang berlipat ganda atas segala bentuk pengorbanan harta benda yang dilakukan dengan ikhklas semata-mata karena Allah. Allah memerintahkan pengorbanan harta benda – naudzubillah – dikarenakan Dia yang memerlukannya; melainkan hal ini untuk manusia juga yang akan memperoleh ganjaran pahalanya dengan berlipat ganda.
Huzur mengakhiri Khutbah beliau dengan doa, semoga Allah menjadikan setiap diri kita memperoleh akhir yang baik di dunia ini maupun di Akhirat nanti. Dan semoga pula Dia mengaruniai kita dengan Rizqi-Nya yang terbaik, pada setiap saat. Amin !
transltByMMA/LA060808
Please note: Department of Tarbiyyat, Majlis Ansarullah USA takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message.