Thursday, July 24, 2008

Haqiqat Masjid dan Khazanah Kekayaan Rohani

25 April 2008, di Benin, West Africa

“Dengan karunia Allah Taala semata, pada hari ini kita dapat melaksanakan Salat Jummah di Masjid yang baru, di Port Novo [Benin] ini. Allah Taala telah memudahkan kita untuk dapat membangun masjid agung dan indah ini, yang dapat menampung jamaah dengan sebanyak-banyaknya semata-mata untuk menyembah Dia Yang Maha Tunggal.



Dan pada kesempatan kunjungan saya kini, saya dapat meresmikan penggunaan masjid agung nan indah Port Novo ini. Inilah karunia besar Allah Swt kepada Jamaah Ahmadiyah, yang memudahkan kita untuk membangun masjid-masjid di berbagai pelosok dunia. Baik yang dibangun di daerah terpencil maupun di kota besar di beberapa negara Afrika yang sedang berkembang, maupun di berbagai negara Eropa dan negara Barat lainnya. Semua hal itu hanya berkat karunia Allah semata.

Jemaat senantiasa memberikan pengorbanan besar dimanapun masjid-masjid dibangun, meskipun kita tidak memiliki kekayaan minyak bumi ataupun sumber alam lainnya. Ini dikarenakan kita memiliki kekayaan 'rohani' yang handal.

Oleh karena itu hendaknya senantiasa diingat, harta kekayaan yang khas ini harus dapat selalu dijaga. Karena sumber kekayaan [rohani] yang tak terbatas ini pun rawan penghadangan oleh pencuri, perampok dan penjahat lainnya dimanapun mereka berada, siang maupun malam. Bahkan dari ancaman perampok yang berada di dalam sistem peredaran darah kita dalam bentuk Syaitan. Rasulullah Saw telah mengingatkan kita agar mewaspadai Syaitan yang ikut beredar di dalam sistem pembuluh darah kita. Ingatlah selalu ketika Syaitan telah bersumpah akan selalu berusaha memperdayai Adam, yakni akan selalu menggoda manusia dari jalan lurus mereka. Ingatlah, kekayaan keimanan ini adalah khazanah yang tiada tara nilainya sehingga penjagaannya memerlukan kecermatan sedemikian rupa. Untuk harta kekayaan duniawi, anda bisa menguncinya di dalam brankas, menyewa satpam penjaga, dlsb. Akan tetapi untuk menjaga khazanah rohani, anda perlu melakukan berbagai ikhtiar untuk selalu mensucikan diri. Senantiasa berusaha mendapatkan karunia Allah Swt. Kalau tidak, Syaitan pun akan datang menghadang pada setiap langkah manusia. Karena begitulah sumpah mereka sejak Allah menciptakan manusia, akan menggoda manusia ke arah duniawi, ke arah ketamakan. Mereka sudah sesumbar, bahwa manusia akan ikut jalan mereka, hasrat mereka kepada duniawi akan mendengarkan bisikan Syaitan, sehingga menjadi jauh dari Tuhan mereka. Ini disebabkan kebanyakan mereka tidak bersyukur. Allah Swt berkata kepada Syaitan, Dia akan memenuhi jahannam dengan manusia semacam itu, yang memboros-boroskan harta kekayaan mereka, yang tidak bersyukur. Sedangkan bagi kaum Mukminin, kehidupan dunia ini tiada lain hanya bersifat sementara yang perlu dilalui dengan penuh kehati-hatian.

Masjid, Kwalitas dan Kwantitas Jamaahnya.
Kita perlu menjaga keimanan kita. Dan untuk menjaganya tak mungkin bisa jika tidak senantiasa mengarahkan wajah kepada Tuhan. Maka kewajiban setiap Ahmadi adalah menjadikan dirinya menjadi insan-insan ibad ur Rahman (hamba-hamba Allah yang sejati); senantiasa bersimpuh di hadapan Allah Yang Maha Pemurah, yang telah berkenan memberi karunia-Nya yang tak terhingga. Antara lain, ialah yang kini tengah kita saksikan, berupa sebuah masjid yang besar nan indah. Maksud dan tujuan didirikannya masjid ini, dan masjid-masjid lainnya, adalah untuk tempat berkumpul bersama-sama menyembah Dia Yang Maha Tunggal. Maka salah satu cara untuk mensyukurinya, ialah dengan memakmurkannya. Kita harus senantiasa berupaya untuk memakmurkan masjid. Apakah yang dimaksud dengan memakmurkan masjid ? Ialah, mendirikan shalat lima waktu di dalamnya semata-mata untuk mencari karunia keridhaan-Nya; Datang ke masjid untuk beribadah adalah cara ibadah yang paing afdhol. Sebuah hadith meriwayatkan, salat berjamaah di masjid mendapat ganjaran pahala 27 kali lipat.

Hendaknya selalu diingat, tujuan didirikannya sebuah masjid baru akan tercapai hanya apabila orang-orang yang datang berbekal niat semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah. Barulah ia akan mendapat ganjaran pahalanya; akan dihisab sebagai telah menunaikan kewajibannya sesuai dengan maksud dan tujuan diciptakan-Nya manusia. Yakni, 'wama kholaqtul jinna wal insa illa li-ya buduun, Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku' (Surah Al Dhariyat – 51:57). Oleh karena itu, baik mereka yang mempunyai kedudukan tinggi, jabatan yang mulia, ataupun hartawan kaya raya, maupun mereka yang miskin dan papa, Allah Swt telah menyatakan, maksud Dia menjadikan mereka itu semua adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Masjid-masjid adalah bertujuan untuk menyatukan semua jenis manusia. Baik si kaya maupun yang miskin, melupakan untuk sementara segala atribut mereka, berkumpul bersama dengan segala kerendahan hati di hadapan Allah Swt. Sehingga mereka semua menjadi suatu kesatuan dalam mencari berkat karunia-Nya. Jika hal ini dapat dicapai, maka karunia keberkatan Allah Taala pun akan bertambah, lebih besar lagi dari sebelumnya. Allah Taala akan memberi ganjaran pahala ibadah semacam itu dengan 27 kali lipat. Maka hendaknya diingat, mereka yang datang dengan niat atau pikiran diskriminatif, akan menempatkan dirinya di dekat si anu, tidak ingin berdekatan dengan si anu yang mubayyin baru, atau lainnya yang dianggapnya lebih rendah; maka orang yang semacam itu tidak akan memperoleh ganjaran pahala istimewa sebagaimana yang dimaksud.

Jadi meskipun Rasulullah Saw bersabda, bahwa ganjaran pahala salat di masjid 27 kali lipat, namun di tempat lain beliau pun bersabda, 'an amaltu bin-niyyat'. Segala macam amal tergantung kepada niatnya. Maka bila niatnya tidak ikhlas, maka Allah pun akan menahan pahalanya yang terbaik itu. Dia baru akan memberikannya bila niat yang mendasarinya sudah benar.

Allah berfirman di dalam Alquran : ‘Celakalah mereka yang salat itu...’ (Surah Al Ma’un 107:5).
Mereka diumpat Allah karena mereka telah melupakan maksud dan tujuan hakiki mendirikan Salat; mengabaikan niat baik yang harus mendasarinya; tidak peka terhadap penderitaan orang lain, dan jiwa serta pikirannya hanya dipenuhi dengan materi duniawi. Oleh karena itu sucikanlah senantiasa hati dan pikiran guna memperoleh hikmah pahala kebaikan dari Salat.

Menerangkan perkara ini, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, :
‘Salat yang dilaksanakan dengan hati dan pikiran yang melantur ke mana-mana, dan mulut mengucapkan sesuatu yang lain lagi, hanya mengundang laknat Tuhan. Salat yang demikian akan dicampakkan kembali kepada orangnya, tidak diterima'.

Lagi beliau bersabda:
‘Salat yang hakiki adalah yang membuahkan nikmat kesukacitaan. Salat yang sedemikian rupanya dapat menghilangkan dosa. Inilah Salat yang sejati, yang menjadi titik puncak seorang Mukmin, yang menjadi sumber bagi kemajuannya.’

Kita harus berupaya untuk mendirikan Salat yang semacam itu. Datang ke masjid dengan niat kuat ingin mengerjakan Salat yang utama semacam itu. Hendaklah selalu diingat, kemajuan orang peorang maupun jamaah semata-mata berkat karunia Allah Swt; maka sebagaimana telah dinyatakan-Nya, untuk itu ingat-ingatlah selalu maksud dan tujuan diciptakannya manusia. Khususnya lagi, perlu juga diingat, ketika sudah di masjid tak boleh lagi ada pembicaraan masalah duniawi. Sesuai dengan perintah-Nya, carilah sebanyak-banyaknya karunia kebarkatan Allah Swt. Jika anda datang ke masjid dengan niat dan pikiran demikian, yakni demi untuk memperoleh keridhaan-Nya, maka kalau datang sesuatu pikiran yang mengganggu tentang diri seseorang, ia harus cepat-cepat menghilangkannya. Insya Allah, berkat Salat dan ibadah yang demikian, pikiran dan perhatian manusia pun hanya akan mengarah kepada kasih sayang dan kedekatan satu sama lain.

Bahkan hingga ke luar masjid, kebencian ataupun dendam kesumat (hasad) akan sirna. Oleh karena itu manfaat keberadaan masjid hanya akan tercapai apabila dibangun dengan niat luhur dan jamaahnya datang dengan niat suci serta menjaga kalbunya agar tetap suci murni semata-mata demi ridha Ilahi. Jika tidak, demikian banyaknya masjid di dunia ini, namun ada beberapa di antaranya yang ceramah-ceramahnya melecehkan atau memfitnah agama atau firqah lain. Termasuk kepada Jamaat Ahmadiyah pun mereka melancarkan kata-kata penghinaan. Maka di dalam masjid-masjid seperti itu seringkali ada dua pihak yang saling bertikai hingga melampaui batas, hingga pihak pemerintah pun turun tangan dengan cara menyegelnya. Apakah masjid-masjid sepert itu dapat menjadi sumber karunia Ilahi ? Tentu saja tidak, bahkan mereka mengundang murka Allah Swt.

Jadi, sekedar membangun masjid dan membuatnya tampak indah tidak akan mendatangkan kebahagiaan sejati. Sebab, jika anda benar-benar ingin memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya, jamaah masjid tersebut harus memiliki kalbu yang baik, niat yang suci, yang menebarkan kasih sayang dan tali persaudaraan; sehingga upaya mereka mengarahkan manusia kepada Tuhannya akan berhasil. Hendaknya selalu diingat, maksud dan tujuan diutusnya Hadhrat Masih Mau'ud a.s. adalah untuk mendekatkan manusia dengan Tuhannya, serta menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan satu sama lain. Maka jika kita tidak berupaya untuk mencapai tujuan ini, sia-sialah menjadi orang Ahmadi. Sebagaimana telah saya sampaikan pada Jalsah Jamaat Benin kemarin, hanya orang-orang yang dekat dengan Allah Taala; yang ketakwaaannya akan senantiasa meningkat. Cara untuk mencapai derajat taqwa adalah dengan mendirikan Salat dan memuliakan berbagai perintah Allah lainnya, serta memenuhi haququl-ibad.

Kita di dalam Jemaat hendaknya lebih mengingat-ingat dan memuliakan kewajiban ini. Adalah suatu karunia Allah yang tiada tara, Dia telah memudahkan kita untuk menerima Imam Zaman. Ketika dunia tengah dilanda berbagai macam petaka, Allah Swt berkenan mengulurkan tali pertolongan-Nya hingga menyatukan kita ke dalam suatu jalinan serat-serat halus tali persaudaraan Jamaah. Maka sebagai rasa syukurnya, kita wajib meningkatkan standar peribadatan kita. Memperlihatkan kepedulian, kasih sayang dan semangat persaudaraan dengan lebih luas lagi. Dan kewajiban kita pula untuk benar-benar mensucikan kalbu masing-masing. Ikut sertakanlah para mubayyin baru ke dalam berbagai kegiatan. Jika kita tidak mengikuti semua perintah ini, sungguh malang. Setiap Ahmadi hendaknya selalu mengingat kesadaran akan hal ini. Senantiasa ingat bahwa kita adalah pewaris Rasulullah Saw, yang seluruh kehidupan beliau, ketika berbaring, ketika bangkit, hidup dan matinya semuanya lillahi Taala. Kita akan dimasukkan ke dalam golongan mukminin sejati apabila kita dapat mengikuti contoh perilaku beliau. Yakni, apabila semua amal kita hanya semata-mata demi untuk menarik keridhaan Allah Swt. Hal ini ditandai dengan segala perkara dan amalan kita menjadi makbul. Menjadi merasa aman dan tenteram dengan diri pribadi sendiri. Mampu membawakan missi Islam yang damai dan sejati kepada orang lain, serta hasil Tablighnya menunjukkan keberhasilan yang nyata. Sehingga menarik lebih banyak lagi karunia Allah Swt.

Semoga Allah Taala memberkati Masjid ini dengan sebaik-baiknya bagi kemanfaatan Jama’at di sini. Dan semoga pula Allah Taala menganugerahkan buah-buahnya yang teristimewa.

Nasihat untuk Ansar, Khuddam dan Lajnah.
Sekarang saya ingin menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi kepengurusan yang berkaitan dengan Badan-badan di dalam Jamaat seperti Ansar, Khuddam dan Lajna. Mereka masing-masing bertanggung jawab terhadap Badan-badan mereka sendiri. Ansarullah tidak perlu ikut campur dalam urusan Lajnah Ima’illah ataupun Khuddamul Ahmadiyyah atau berbagai program kerja Jama’at. Demikian pula Khuddam dan Lajnah hanya terbatas kepada urusan mereka saja. Namun Kepengurusan Jemaaat berada di atas mereka semua. Sudah sangat jelas, bahwa Badan-badan melaporkan pekerjaaannya langsung kepada Khalifah Waqt. Akan tetapi, ketika menyusun program kerja bermusyawarahlah dengan Amir Nasional mereka, sehingga tidak terjadi bentrokan satu sama lain. Hendaklah selalu diingat, bahwa setiap anggota Badan-badan tunduk kepada sistem administrasi Jemaat lokal dimana ia berada.

Semoga Allah Swt memudahkan anda sekalian hidup dengan penuh kecintaaan dan kedekatan satu sama lain. Semoga ridha Allah Swt - alih-alih keinginan ego pribadi - menjadi dambaan utama anda sekalian. Aamiin.

transltByMMA/LA.042708
Please note: Department of Tarbiyyat, Majlis Ansarullah USA takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message.