Thursday, July 24, 2008

Extra Ordinary West African Visit of - the Khilafat Centenary Year 2008

9 Mei 2008, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK.

Sekembalinya dari Kunjungan Istimewa ke Berbagai Negara Afrika Dalam Rangka Perayaan Seabad Khilafat Ahmadiyah, Huzur menyampaikan ikhwal kunjungan khas beliau itu pada Khutbah Jumah ini.
Huzur bersabda, anda sekalian mengetahui bahwa saya baru pulang dari kunjungan ke tiga negara Afrika Barat. Agenda utama kunjungan kerja tersebut, ialah untuk Jalsah Perayaan Seabad Khilafat dlsb, yang telah anda saksikan via MTA, sehingga anda pun ikut menyaksikan berlimpahnya karunia Allah Taala – sesuai dengan janji-Nya – kepada Jemaat Al-Masih Al-Mahdi a.s. ini. Laporan rinciannya diterbitkan di dalam surat kabar Al Fazl yang sebagian besar anda tidak membacanya; dan banyak pihak yang berharap Huzur berkenan menyampaikannya pada Khutbah ini, yang memang perlu mengingat ada berbagai aspek yang tidak tertangkap oleh kamera MTA, padahal penting sebagai bagian dari ungkapan perasaan alami mereka.



Allah Memuliakan Nama Hz.Mirza Ghulam Ahmad.
Huzur bersabda, kunjungan ini adalah rangkaian perjalanan beliau yang pertama dalam kaitan Perayaan Seabad Khilafat, sehingga jamaah mempersiapkan segalanya dengan penuh suka cita. Keceriaan dan semangat mereka sungguh tiada tara. Betapa Allah Taala telah mengaruniai Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dengan para pengikut yang demikian ikhlas, tawadhu dan cintanya kepada Jemaat. Mereka itulah insan-insan yang mendahulukan keimanan mereka atas kepentingan duniawi. Identitas kebangsaan dan ras mereka berbeda-beda namun kecintaan mereka terhadap Khalifah Waqt sangat mengagumkan. Adalah telah dijanjikan kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dan telah ditakdirkan untuk menjadi sempurna dikarenakan Allah Taala sendiri yang menjanjikannya kepada beliau, ialah, Dia akan memuliakan nama beliau hingga ke seluruh penjuru dunia.

Demikian pun Allah Taala akan menanamkan kecintaan beliau ke dalam kalbu segenap insan. Dan dunia pun menyaksikan kesempurnaan janji ini pada kunjungan beliau tersebut. Tak ada yang disembunyikan, tak ada yang dilebih-lebihkan, kamera MTA menangkap semua adegan apa adanya. Dunia menyaksikan, bangsa Afrika sangat mencintai Al-Masih Al-Mahdi a.s.; Ini terlihat ketika mereka meneriakkan yel yang berasal dari kalam Ilahi 'Ghulam Ahmad ki (Hidup Ghulam Ahmad !), dan mereka semua menjawabnya dengan serempak: 'Jai’ (Jee ! = Yess !) mereka yang khas. Janji Ilahi yang akan memuliakan nama beliau a.s. itu telah menjadi sempurna dengan segala keunikannya.

Tak ada upaya manusiawi yang dapat menimbulkan sinar wajah pada diri mereka. Ketamakan kepada duniawi tak akan dapat menimbulkan tatapan penuh kecintaan pada mata mereka. Mereka semua tak memiliki harta duniawi, namun mereka memiliki kekayaan Iman yang besar. Bujukan harta duniawi tak akan dapat menggoyahkan kecintaan mereka kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s. Kecintaan mereka kepada Rasulullah Saw, kepada Imam Mahdi, dan kepada Khilafat sangat unik. Inilah model kecintaan kepada Khilafat yang Allah Taala sendiri menanamkannya, dikarenakan kecintaan mereka yang besar kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s.; Kaum Ahmadi Afrika telah menjadi contoh bagi yang lain.

Berkat Karunia Allah Taala Semata: 100.000 orang Hadir.
Huzur menerangkan, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, mereka yang yang menjadi pengikut awal para nabi senantiasa dari kaum yang papa. Mereka yang merasa lebih mulia datang kemudian. Namun dibawah kemuliaan para nabi itulah si kaya dan si miskin berkumpul menjadi satu. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, bahwa beliau menyadari ada ratusan kaum miskin di dalam Jamaah beliau, akan tetapi keikhlasan mereka yang tiada tara sungguh mengagumkan. Mereka ini memiliki keteguhan iman, kelurusan, dan keikhlasan yang apabila kaum berharta mengetahui kebahagiaan sejati yang mereka miliki sebagai gantinya, mereka pun akan serta merta membelinya dengan seluruh harta benda mereka.

Huzur kemudian menceritakan beberapa peristiwa menarik di seputar perjalanan beliau itu. Mulai dari sambutan hangat mereka di Bandara Accra. Meskipun dalam suasana malam yang temaram, orang tetap dapat menyaksikan sinar kecintaan pada tatapan mata mereka. Markas Jama’at berada di Accra, ibukota Ghana. Akan tetapi Jalsah diselenggarakan 30 km dari situ, di suatu lokasi yang diberi nama ‘Baghi Ahmad’ (Taman Ahmad), suatu wilayah bukaan baru seluas 460 acres (186 hektar) di dekat jalan tol. Betapa Allah telah mengaruniai lahan yang baik ini kepada Jamaat Ghana yang telah bekerja keras, membersihkannya, dan menatanya dengan baik. Sehingga, lahan yang dulunya bekas peternakan ayam yang diselang-seling dengan pepohonan itu kini telah bersih. Berbagai jalan setapak telah dibuat, siap untuk dipakai sebagai pemukiman.
Sehingga bila dulu dikeluhkan lokasi Jalsah yang tidak memadai, kini puluhan hingga ratusan ribu orang dapat berkumpul di sana. Baik mereka pebisnis kaya, guru, kaum professional maupun miskin semuanya berkumpul. Kalaupun ruang tidur tidak mencukupi, mereka merasa cukup puas tidur di ruang terbuka. Ini dikarenakan niat utama mereka datang ke Jalsah adalah untuk mendengarkan berbagai pidato dan ceramah, yang mana Khalifah Waqt pun hadir di dalamnya. Jika pun ada beberapa hal kecil ketidak-nyamanan, hanya untuk dua-tiga hari saja. Akan tetapi, sabda Huzur, meskipun lokasinya baru, fasilitas belum selengkapnya, dan puluhan ribu orang hadir sekaligus, namun tidak ada keluhan berarti yang terdengar. Semula tercatat oleh Panitia, sebanyak 33.000 orang yang hadir. Akan tetapi, dikarenakan pengunjung terus berdatangan, Panitia pun kewalahan. Mereka tidak sanggup lagi untuk mencatatnya. Dapat diperkirakan, pada akhirnya tak kurang dari 100.000 orang yang mengikuti Jalsah Perayaan Seabad Khilafat yang pertama ini.

Contoh Keikhlasan Tiada Tara.
Pihak Panitia pun baru pertama kalinya melaksanakan Langar Khana (Dapur Umum kreasi Hadhrat Masih Mau'ud a.s.) untuk memasak bagi sedemikian banyak itu. Sehingga bisa dimaklumi bila terdengar sebagian dari rombongan Jemaat Burkina Faso sempat tidak kebagian makan. Padahal, 300 orang di antaranya mengayuh sepeda mereka sejauh 1,600 kilometer untuk datang ke Jalsah tersebut. Ketika permohonan maaf disampaikan kepada mereka tentang makanan yang kehabisan, mereka menjawab, mereka telah memperoleh maksud haqiqi menghadiri Jalsah Salanah; ialah nikmat rohani, yang tidak dapat mereka peroleh di tempat lain, sudah cukup untuk menahan lapar ragawi. Huzur bersabda, itulah keikhlasan Jemaat Burkina Faso yang telah menggungguli lainnya. Bahkan ada di antara mereka demikian miskinnya sehingga mustahil bisa datang ke Jalsah, namun mereka berupaya dengan cara menyisihkan se-sen demi se-sen penghasilan mereka demi untuk dapat menghadiri Jalsa Khilafat. Maka siapa lagi jika bukan Allah Taala yang sanggup menggerakkan kecintaan dan keikhlasan mereka semacam itu ?

Huzur bersabda, rombongan Khuddam Burkina Faso datang dengan mengayuh sepeda selama tak kurang dari 7 (tujuh) hari lamanya, dan berkemah manakala malam tiba. Mereka terbagi dalam beberapa Regu. Ada satu Regu yang hanya terdiri dari anggota Ansar berusia 50-60 tahun; dan ada pula dua Regu Atfal berusia sekitar 13 tahunan. Sebelum perjalanan dimulai, Amir Nasional Jamaat Burkina Faso telah mengingatkan mereka masih terlalu muda untuk ikut bersepeda sejauh itu. Namun dikarenakan mereka menyiratkan kekecewaan yang amat sangat, dan bersikukuh agar diperbolehkan ikut; ketika akhirnya diperkenankan, mereka pun bersuka cita.

Sadr Khuddam, tuan Abdur Rahman berkata, semangat mereka itu menyiratkan semangat pengorbanan para pemuda belia Muslim awalin yang bersikukuh agar Rasulullah Saw mengizinkan mereka untuk ikut bertempur dalam suatu Peperangan. Namun, pada zaman ini dalam bentuk perjuangan mengayuh sepeda sejauh ribuan kilometer demi untuk ikut merayakan Seabad Khilafat. Pada mulanya terdaftar 1,400 orang, akan tetapi atas beberapa pertimbangan, hanya 300 orang yang memenuhi syarat. Itupun bukan terdiri dari berbagai sepeda baru ataupun kuat, melainkan pada umumnya sepeda butut, seadanya, yang rem-nya pun kadangkala blong. Akan tetapi, berkat semangat keikhlasan pengorbanan mereka itulah – sebagaimana nubuatan Rasulullah Saw – yang pada akhirnya menyelamatkan perjalanan mereka.

Huzur bersabda, ketika seorang reporter TV setempat yang keheranan mewawancarai salah seorang dari antara mereka, bagaimana mungkin mereka dapat sampai ditujuan dengan selamat hanya dengan sepeda-sepeda tua semacam itu ? Mereka menjawab, sepeda-sepeda kami memang reyod; akan tetapi semangat keimanan kami demikian kuatnya, sehingga alhamdulillah kami tak mengalami rintangan yang berat. Tak ayal, berita menarik ini ditayangkan di berbagai stasiun TV nasional setempat sebagai berita kejutan.

Huzur bersabda, lihatlah, mereka itu semua bukanlah para Ahmadi keturunan; bukan pula keturunan dari para sahabah Hadhrat Masih Mau'ud a.s; Melainkan, mereka itu berasal dari suatu tempat yang berjarak ribuan mil yang belum terjamah oleh aliran listrik, tidak ada jaringan air PAM, hanya suasana kemiskinan yang ada di sekeliling mereka. Akan tetapi, sekali mereka bergabung ke dalam Jamaah ini dan menjadi abdi sejati Rasulullah Saw, mereka pun memperlihatkan semangat keikhlasan pengorbanan yang tinggi.
Huzur mendoakan, semoga Allah Swt senantiasa meningkatkan semangat pengorbanan mereka itu.

Jadilah Insan Yang Beruntung.
Ada lagi seorang mubayin baru yang bernama Isa Sayama, ia baiat pada tahun 2005. Ketika sempat bermulakat dengan Huzur, ia mengungkapkan perasaannya: 'Betapa diriku ini sangat beruntung'.
Huzur bersabda, kebanyakan mereka yang seperti itu mengutarakan segenap keharuan mereka dengan linangan air mata. Namun dilain pihak, ada pula mereka yang merugi, yang menentang kebenaran Hadhrat Imam Mahdi / Al-Masih Akhir Zaman. Mereka semacam itu hendaknya melihat kaum yang telah beruntung ini, yang telah memperoleh revolusi rohani dengan perantaraan Al-Masih sejati dari Ilahi, sehingga memiliki kecintaan kepada Khalifatul Masih sedemikian rupa tingginya.

Huzur bersabda, ada lagi satu rombongan Jemaat dari Gambia dengan mengendarai bus, dan menempuh jarak sejauh 7.000 kilometer. Bagi mereka yang pernah ke Afrika tentu memahami keadaan bus-bus mereka yang sangat sederhana, pun kondisi jalan mereka yang memprihatinkan. Namun, ketika rombingan ini tiba dan mendapati Jalsa Gah, alih-alih mencari-cari tempat untuk istirahat, mereka segera mencari tempat dimana Salat akan akan dilaksanakan, demi menyadari waktu Salat [Jumah] telah tiba. Rincian kisah-kisah mencengangkan semacam ini dapat anda temukan di surat kabar Al Fazl (berbahasa Urdu). Mereka yang dapat membacanya, bacalah.

Rombongan Jemaat dari Ivory Coast pun menempuh perjalanan panjang. Namun, betapa Allah Taala telah memudahkan rombongan dari pedesaan tersebut untuk menyisihkan berdikit-dikit penghasilan mereka agar dapat berangkat ke Jalsah. Sebagian yang tidak berhasil mengumpulkan ataupun yang pada akhirnya tidak dapat berangkat, menjadi sedih sedemikian rupa. Namun, mereka yang berusaha keras mengupayakan pemanfaatan berbagai sumber daya mereka yang seadanya sejak jauh-jauh hari dapat menghadiri Jalsa Seabad Khilafat itu. Jamaat Ivory Coast telah bertekad bulat sedikitnya akan ada 100 (seratus) orang yang berangkat ke Jalsah. Padahal kondisi mereka sungguh memprihatinkan. Maka mereka pun sepakat untuk menanami lagi sesuatu di ladang untuk memenuhi kebutuhan perongkosannya. Akhirnya, Allah Taala pun memberi karunia kepada mereka, sebanyak 103 orang dapat ikut serta dalam rombongan.

Sedangkan pada rombongan lain dari Jamaat Ivory Coast ini, ada 23 orang kaum wanita yang memperoleh uang transport mereka dari hasil meminjam kiri-kanan, dan berjanji akan membayarnya dari hasil panen berikutnya. Bahkan kaum wanita belia mereka (Nasirat) dari suatu Jemaat lokal, telah mulai rajin bekerja di ladang pada beberapa kali musim, begitu mendengar Huzur akan menghadiri Jalsa Khilafat di Ghana, sehingga mereka pun pada akhirnya dapat berangkat.

Huzur bersabda, ada lagi seorang ibu (Lajna) dari Jemaat Ivory Coast yang berhasil datang ke Jalsah meskipun sebenarnya dalam keadaan sakit. Suami dan saudara laki-lakinya berkata, ketika ia sudah bersiap akan berangkat, ia menyampaikan kegembiraannya kepada seluruh tetangganya bahwa ia akan menghadiri Jalsah Seabad Khilafat, walaupun dalam keadaan sakit. Tetapi ia berfirasat bahwa ia tidak akan dapat kembali lagi ke desanya, oleh karena itu mohon dimaafkan atas segala kesalahannya. Karena memang sakit keras, dan perjalanannya panjang, setelah sempat bermulaqat dengan Huzur, ia pun meninggal dunia. Maka Huzur pun berkenan mengimami salat jenazahnya.


Nubuatan Ilahi Sejak Dua Dekade Yang Lalu.
Huzur bersabda, sebetulnya beliau memiliki semua kisah pengalaman di dalam Jalsah itu, akan tetapi hanya beberapa saja yang akan disampaikan. Beliau bersabda, kaum Ahmadi Ghana boleh jadi heran, mengapa peran mereka tidak disinggung, padahal Jalsah Khilafat tersebut adalah Jalsah mereka ! Huzur bersabda, kecintaan Jamaat Ghana kepada Al-Masih Muhammad Saw telah menjadi suatu contoh bagi yang lain. Huzur mengingatkan, ketika Hadhrat Khalifatul Masih III r.a. berkunjung ke Ghana dan beberapa negara tetangganya pada tahun 1980, Huzur [Masroor] sedang berkhidmat di sana. Hadhrat Khalifatul Masih III r.a. ketika itu datang ke Ghana dari Nigeria. Tuan Masood Dehlvi yang waktu itu ikut mendampingi, mencatat komentar beliau, bahwa jumlah peserta Jalsah di Nigeria itulah puncaknya. Akan tetapi, ketika beliau menyaksikan jumlah keseluruhan peserta Jalsah Salanah di Ghana yang demikian banyaknya, beliau bersabda, suatu saat nanti jumlah mereka dapat dilukiskan sebagai “lautan manusia”. Inilah yang kini persis terjadi di Jama’at Ghana, baik kaum Ahmadi lama maupun mubayin baru, semuanya datang melimpah ruah.
Huzur bersabda, itulah pengalaman pertama mereka [Jamaat Ghana] menyelenggarakan Jalsah dengan jumlah peserta yang sangat besar. Dan, dunia menyaksikan keagungan pada hari Jumat yang berberkat itu. Seorang karib dari Ivory Coast berkomentar, dia belum pernah menyaksikan demikian banyaknya lautan manusia setelah ritual ibadah Hajji. Pada Jumat tersebut Huzur sempat berpikir apakah kamera MTA dapat menangkap sudut pandang adegan kolosal itu. Dan nyatanya, Alhamdulillah, para pemuda crew-MTA dari UK telah memperlihatkan kemampuan kerja mereka. Semoga Allah Swt memberi ganjaran pahala kepada mereka sekalian.

Huzur bersabda, salah satu sifat baik dari mereka semua yang hadir di Jalsa Ghana tersebut adalah kesabaran mereka yang tiada tara untuk berdisiplin mendengarkan berbagai pidato dan ceramah meskipun di tengah-tengah panasnya cuaca. Bukan itu saja, pada saat salat Tahajjud dan Fajr/Subuh pun, Jalsah Gah penuh. Pada salat Fajr/Subuh di hari Sabtu, beliau heran melihat jumlah jamaah yang hadir tampak lebih besar dibandingkan Salat Jumah. Huzur bersabda, pondokan beliau berjarak kurang lebih 6 (enam) kilometer dari Jalsah Gah; ketika pulang, mobil rombongan beliau terpaksa harus merayap perlahan-lahan disebabkan kerumunan puluhan ribu manusia yang merangsek, mendekat untuk mengelu-elukan Huzur. Kaum ibu sambil menggendong anak-anak mereka menyiratkan kecintaan mereka kepada Khalifah; mengajari anak-anak mereka untuk mengucapkan salam kepada Huzur. Begitulah kaum pria maupun wanita Jemaat Ghana. Dan mereka yang menjaga disiplin Salat mereka, Allah menjanjikan kepada mereka untuk mengekalkan keberadaan Khilafat di tengah-tengah mereka.

Di Ghana itu Langar Khanah dikelola oleh kaum wanitanya. Ketika beliau menginspeksi bagaimana segala sesuatunya disiapkan, berbagai slogan narre takbir dan lain sebagainya pun mereka kumandangkan dengan nada tinggi dan penuh semangat. Sehingga, Huzur berpikir, baiknya tak usah dikunjungi, mengingat demikian banyaknya kompor dan makanan panas persis di dekat mereka, tentulah beresiko. Khuddam-nya pun demikian, mereka melaksanakan tugas dengan sangat istimewa. Huzur menyaksikan mereka tetap berdisiplin dalam tugas meskipun diguyur hujan.

Keistimewaan Jemaat Benin dan Nigeria dll.
Huzur bersabda, ketika berkunjung ke Jemaat Benin, tuan Amir Nasional / Raisutabligh memohon dengan sangat agar berkenan meresmikan masjid agung mereka di ibukota Port Novo, yang batu pertamanya diletakkan Huzur ketika kunjungan beliau pada tahun 2004. Mereka pun menyelenggarakan Jalsah, meskipun Jama’at Benin ini terbilang baru, dan kebanyakan mereka adalah para mubayin baru. Namun ketika Huzur dan rombongan memasuki perbatasan negara mereka, salah seorang Menteri dalam Kabinet Benin berkenan menyambut Huzur. Tujuan utama kunjungan tersebut adalah untuk menemui kaum Ahmadi di sana, yang berulang kali mengumandangkan berbagai narre takbir mereka dengan penuh semangat. Keesokan harinya adalah Penutupan Jalsah, yang dihadiri oleh 22,000 orang, yang berasal dari jarak yang jauh-jauh.

Semoga Allah meningkatkan kecintaan dan keikhlasan mereka. Huzur bersabda, kunjungan kerja semacam itu sebenarnya membuka pula kesempatan untuk bertabligh. Contohnya, ada seorang anggota MPR (MNA, Member of National Assembly) Benin yang baiat, meskipun Huzur menyarankan agar memikirkan dahulu segala aspeknya; namun ia bersikeras dan menyatakan siap dengan segala konsekwensinya. Maka pembaiatan pun dilaksanakan. Seorang teman dari seorang Ahmadi datang menemuinya dan menyampaikan dengan jujur, bahwa kunjungan “Khalifah-mu'’ sungguh merupakan karunia istimewa [bagi bangsa Benin].
Ada pula seorang wanita perutusan dari President Benin yang datang menemui Huzur di rumah missi. Ketika Huzur sudah akan pulang, ia datang kembali menemui Huzur untuk memastikan apakah Huzur senang dengan kunjungan beliau. Ia pun menyampaikan, belum pernah merasakan kenikmatan ikut ber-salat Jumat disepanjang hidupnya, selain dari Salat Jumat yang diimami langsung oleh Huzur. Dan belum pernah mendengar pemaparan sesuatu perkara dari Alquran Karim sedemikian menariknya selain yang disampaikan oleh Huzur. Wanita semacam itu, sabda Huzur, sudah semakin dekat untuk menerima kebenaran Jamaat Ahmadiyyah. Mudah-mudahan ia segera menyatakan baiatnya.

Di Nigeria, meskipun di luar rencana, Huzur dimohon untuk berkenan meresmikan dengan membuka plakat sebuah masjid di dekat perbatasan. Dan Huzur pun setuju. Jemaat Nigeria ini memang tidak kurang semangat dan keikhlasan pengorbanannya. Huzur bersabda, ketika rombongan tiba di lokasi, Huzur menyadari keputusan beliau, melihat seluruh anggota Jemaat sudah berjejer berdiri menunggu kedatangan Huzur. Dan berharap dapat bersalaman dengan Huzur, yang tentu saja tidak mungkin. Sekelompok kaum ibu bergerak mendekati rombongan, ingin melihat Huzur lebih dekat. Salah seorang satgas keamanan intern setempat menghardik mereka agar menyingkir sedikit. Namun seorang wanita tinggi besar salah satu di antara mereka berbalik mengancamnya: 'Hai, siapa berani menghalang-halangi kedekatan kami dengan Khalifah Waqt kami ?! Untung saja petugas tersebut segera menyadari situasi, ia pun sedikit menyingkir. Kalau tidak, sangat boleh jadi wanita itu akan menjambak dan melemparkannya. Maklumlah, kaum wanita Nigeria dikenal kuat-kuat (sebagian besar jamaah Salat Jumah di masjid Baitul Futuh tersenyum-senyum mendengar penuturan Huzur ini).

Ketika berada di dalam masjid yang diresmikan tersebut, Huzur meminta semua hadirin agar tenang; serta merta mereka pun duduk terdiam. Dan ketika Huzur berkata, bahwa sebenarnya acara ini di luar agenda rencana, namun semata-mata atas pertimbangan mereka semua telah hadir, maka beliaupun berkenan datang, mereka pun mengumandangkan narre-takbir dengan suara yang menggelegar; seakan-akan atap masjid pun bisa terbang karenanya. Lokasi Jalsah Khilafat di sana berjarak 1,200 kilometer dari tempat tersebut. Dalam perjalanan menuju ke sana, Huzur menyaksikan keikhlasan dan kesabaran yang sama. Jajaran panjang manusia mengantar beliau di kiri-kanan. Kaum ibu sambil menggendong anak-anaknya mengajari mereka untuk melambaikan tangan sambil mengucapkan salam kepada Huzur. Seakan mengontakkan mereka dengan Khilafat.

Di Jalsah Khilafat Nigeria ini, hadir pula jamaah dari negara-negara tetangga, seperti Chad dan Niger. Huzur bersabda, beliaupun bertemu dengan sejumlah pejabat pemerintah, sehingga mereka lebih memahami keberadaan Jamaat Ahmadiyah. Ada pula seorang Raja setempat yang berniat membangun sekolah keputrian untuk mengenang jasa-jasa ibunya; dia memohon Huzur berkenan untuk meletakkan batu pertama; disaksikan oleh sejumlah Raja lokal lainnya dan beberapa pejabat pemerintahan. Dalam kata sambutannya, Raja tersebut mengutarakan kedekatannya dengan Jama’at dan Khalifah. Maka dalam balasan sambutannya, Huzur mendoakan semoga Allah Taala lebih membukakan hatinya untuk bergabung ke dalam Jamaah Imam Mahdi a.s.; dan semoga pula Allah Swt mengumpulkan semua jiwa yang berfitrat suci ke dalam haribaan Al-Masih Muhammad Saw.

Senantiasalah Berpegang Teguh Pada Tali Allah.
Huzur bersabda, pada tahun 1940 merujuk kepada suatu kecenderungan yang berkembang di Jemaat Nigeria pada waktu itu, Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkata tegas kepada sekelompok orang di dalam Jemaat tersebut, agar kembali dan itaat dalam Khilafat, atau keluar. Pada kunjungan kerja tersebut, ada seorang wartawan yang bertanya kepada Huzur mengenai sekelompok orang yang membelot dari Jemaat itu. Huzur menjawab, perbuatan mereka sama sekali tidak berpengaruh kepada perkembangan kemajuan Jemaat. Mereka kini justru tampak menyadari kekeliruannya. Seorang Imam dan para sesepuh mereka berkenan datang menjumpai Huzur; dan Huzur menasehati mereka bahwa kenyataan masing-masing kini sudah demikian jelas.

Oleh karena itu sudahilah sikap memisahkan diri mereka, kembalilah bergabung ke dalam Jemaat. Dan tampaknya mereka akan mengindahkan nasehat ini. Semoga Allah Swt membukakan hati mereka.

Nasehat Khusus.
Huzur bersabda, beliau menasehati para mubalighin di sana, maupun di seluruh dunia, agar senantiasa meningkatkan peringkat hablum-minallah mereka. Sekaligus menanamkan jiwa semangat ini di kalangan keluarga mereka. Perlihatkanlah lebih banyak lagi semangat keikhlasan anda, khususnya mereka yang bertugas di Afrika.

Para mubalighin terdahulu telah memperlihatkan semangat pengorbanan mereka yang luar biasa, sehingga menjadi suri tauladan yang besar. Hendaknya setiap diri anda sekalian berupaya menyamai tingginya jiwa pengorbanan mereka. Dunia menyaksikan hal ini semua; bahwa kita semua perlu kembali bersimpuh di hadapan Allah Taala dengan lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Diperlukan banyak-banyak berdoa untuk itu. Meskipun sudah dijanjikan Allah Taala bahwasanya kita akan diberi keunggulan, akan tetapi kita tetap perlu untuk meningkatkan keikhlasan pengorbanan yang tinggi dan beribadat kepada-Nya dengan lebih baik lagi.

Semoga Allah memudahkan kita semua untuk itu, dan semoga pula Dia menunjukkan jalan kemajuan yang lebih besar kepada kita sekalian. Amin !

transltByMMA/LA051208
Please note: Department of Tarbiyyat, Majlis Ansarullah USA takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message.