Tuesday, May 15, 2007

TAKWA

KHUTBAH JUM'AT HADHRAT KHALIFATUL MASIH V a.b.a

26-03-2004- (Ringkasan/Excerpt dari MTA 56 menit)

Setelah mengucapkan Shahadat, mohon perlindungan dan membaca Al-Fatihah,
Hazoor aba membaca:

Surah Al-Hujuraat (49:14)
Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan; dan Kami telah menjadikan kamu bangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu dapat saling mengenal. Sesungguhnya, yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada.


Allah Taala banyak kali menggunakan kata takwa atau takut kepada Allah
didalam Kitab Suci Al-Quran dan tidak ada kata lainnya yang digunakan
begitu banyak kali di dalam KS. Al-Qur'aan. Kita telah banyak kali
di-ingatkan dengan berbagai cara dan berbagai bentuk.

Ketika seorang laki-laki menikah, maka kata takwa digunakan sebanyak
lima kali dalam khutbah nikah, yang merupakan perjanjian atau kontrak
pernikahan. Jadi, saudara-saudara dapat menyadari begitu pentingnya kata
takwa yang berulang-kali diucapkan dalam acara pernikahan ini. Karena
seorang pria dan seorang wanita akan memulai penghidupan yang baru,
bukan saja pasangan pengantin ini yang sedang membuat kontrak, tetapi
juga kedua keluarganya juga menjalin pertalian kekeluargaan satu sama
lainnya. Jika di dalam hal ini tidak ada ketakwaan, maka tidak akan bisa
diperoleh rasa kedamaian dan ketenteraman di dalam kehidupan
bermasyarakat.

Kemudian, dengan adanya pertalian di antara seorang pria dan wanita
dalam satu pernikahan, maka akan dilahirkanlah manusia generasi baru.
Jika seorang Muslim dan seorang Muslimat tidak mengembangkan dirinya
dan mengikatkan dirinya dalam perasaan takwa, yaitu takut kepada Tuhan,
maka mereka itu tidak berhak untuk mengatakan diri mereka itu adalah
Muslimin, atau tidak layak untuk dikatakan sebagai orang Muslim.
Singkatnya, takwa adalah hal yang amat fundamental, sehingga tanpa
takwa, maka pikiran untuk membuat jalinan pertalian dan perikatan dengan
Tuhan itu adalah palsu belaka.

Saya akan mengatakan beberapa hal berkenaan dengan subyek ini. Ayat
yang telah dibacakan tadi, yang artinya:

Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu
dari laki-laki dan perempuan; dan Kami telah menjadikan kamu
bangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu dapat saling mengenal.
Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui,
Maha Waspada.

Jadi, jika Allah Taala telah dengan jelas mengatakan bahwa pembagian
antara suku-suku yang besar dan suku-suku yang kecil adalah agar supaya
saudara-saudara mengenal satu sama lain. Seperti yang saudara-saudara
lihat di sini di Afrika, dan juga tempat saudara, terdapat suku bangsa
yang kecil dan ada juga suku bangsa yang besar-besar, namun semuanya itu
ada di bawah kepala sukunya; jadi ada kepala suku yang kecil dan ada
kepala suku yang besar, namun semuanya itu ada di bawah main chief, atau
kepala dari kepala suku. Kemudian senmuanya itu membentuk jadi satu
bangsa atau satu kebangsaan.

Maka Allah Taala berfirman, bahwa janganlah menganggap bahwa pembagian
ini adalah merupakan superiority atau kelebihan supremasi terhadap yang
lainnya. Ke-istimewaannya ialah bukannya besar kecilnya suku atau besar
kecil-nya bangsa, tetapi dalam pandangan Allah Taala, yang paling mulia
ialah mereka yang paling tinggi di dalam ketakwaannya dan yang
beperilaku takwa. Saudara-saudara haruslah ingat bahwa perasaan takwa
ini tidak dapat di-refleksikan dengan penampakan show berupa kesalehan
atau ke-aliman. Adalah Wujud Tuhan sendiri yang Mengetahui dengan
jelas, bagaimana keadaan kita ini sebenarnya dan Dia pula Yang
Mengetahui apa yang kita kerjakan. Allah Taala Maha Mengetahui dan Maha
Tahu mana perbuatan kita yang dilakukan untuk show, dan mana yang kita
lakukan demi karena ketakwaan dan takut kepada Tuhan.

Saya akan terangkan secara singkat arti dari takwa. Takwa ini artinya
adalah untuk melindungi diri saudara sendiri. Menurut terminology
syariat, takwa itu berarti untuk melindungi seseorang dari perbuatan
yang dapat membuatnya dosa. Ini berarti bahwa bukan saja jika saudara
dapat melindungi saudara sendiri dari hal-hal yang diharamkan, tidak
syah atau unlawful, namun, untuk mencari ridha Allah Taala,
saudara-saudara harus menjauhkan atau menjaga diri bahkan dari hal-hal
yang biasanya diperbolehkan atau halal. Contohnya di bulan Ramadhan
orang-orang Mukminin dilarang dari hal-hal yang dihalalkan demi untuk
memenuhi perintah dari Tuhan. Dalam hal takwa yang hakiki adalah untuk
melindungi saudara dari segala sesuatu yang dapat membuat dosa bagi
saudara, atau membawa saudara ke jurusan perbuatan dosa.

Adalah diwajibkan bagi setiap Muslim, tidak jadi soal apakah ia termasuk
Negara atau bangsa apa, Allah Taala tidak berkata bahwa karena saudara
termasuk dalam bangsa Anu yang besar dan makmur, oleh karena itu saudara
tidak akan dipertanyakan, atau karena saudara ada dalam bangsa yang
belum maju yang karenanya kepada saudara diberikan kebebasan, namun
tidaklah demikian halnya. Oleh karenanya setiap orang harus berusaha
keras untuk melindungi dirinya dari setiap perbuatan buruk, ia harus
menggunakan segala kemampuannya yang ada untuk melakukan setiap
perbuatan baik. Hanya dengan cara inilah kita dapat menyatakan bahwa
kita adalah termasuk dalam Jama'ah dari Imam Zaman. Saudara-saudara
haruslah ingat dan janganlah lupa bahwa saudara-saudara hanyalah akan
dapat melindungi diri saudara terhadap dosa, jika saudara memiliki dalam
hati perasaan takut terhadap Tuhan. Saudara-saudara harus memiliki
perasaan takut terhadap Tuhan di dalam hati, yang juga harus
merefleksikan perasaan cinta kepada-NYA. Saudara-saudara hanyalah akan
mendapatkannya jika saudara membungkukkan diri kepada-Nya, bersujud
kepada-Nya dan meminta kepada-Nya. Saudara-saudara harus berdo'a: O
Allah dengan kecintaan Engkau, saya ingin menjauhkan diri dan ingin
melepaskan diri dari hal-hal yang Engkau larang, saya ingin melakukan
semua pekerjaan-pekerjaan baik yang Engkau perintahkan kepada kami.
Namun, untuk memperoleh kedekatan kepada Engkau pun kami memerlukan
belas kasihan-Mu ya Allah.
O Allah dengan karunia Engkau yang memberikan rasa takwa kepada kami.
Maka, bilamana saudara-saudara dapat meratap dan menangis di dalam
shalat dan do'a saudara disertai sujud yang khusuk dan mendalam maka
Allah tentunya akan memberikan perasaan takwa itu kepada saudara, Allah
akan menganugerahi karunia-Nya kepada saudara. Oleh karena itu,
pertama-tama kita semua haruslah bersujud kepada Tuhan dan sucikanlah
shalat kita kepada-Nya. Kita harus mensucikan diri kita sendiri untuk
berdo'a dan shalat kepada-Nya, dan ini adalah persyaratan yang
fundamental. Jika saudara-saudara sudah merasakan kenikmatan, dan
ketenangan serta kedamaian di dalam shalat saudara, maka saudara dapat
menganggap bahwa saudara sudah mendapatkan segalanya. Saudara-saudara
haruslah berdo'a khusus di dalam shalat apa yang sudah diajarkan kepada
kita oleh YM. Nabi Besar Muhammad Rasulullah , di mana beliau
biasa berdo'a:
"O Allah berikanlah kepada kami ketakwaan dan sucikanlah kami dan Engkau
adalah yang terbaik yang dapat mensucikan kami. Hati kami hanyalah
disucikan dengan karunia Tuhan. Semoga Allah memberikan kepada kami
semuanya kemampuan untuk mensucikan hati kami. Kemudian mengisi hati
kami dengan Nur daripada-Nya dan memberikan kami kemampuan untuk dapat
melihat apa-apa yang dilarang dan diharamkan oleh Tuhan dan apa yang
Allah minta dari kami."

Untuk keperluan ini maka kita harus mempelajari Kitab Suci Al-Quran.
Jadi untuk mengetahui mana yang Allah Taala minta dan perintahkan, dan
mana yang dilarang oleh-Nya itu kita harus mempelajari Kitab Suci
Al-Quran, untuk bisa mendapatkan pengetahuan ini. Yang mengerti
terjemahan teks Arab dari KS. Al-Quran, mereka harus mengajarkannya
kepada yang lain. Saudara-saudara harus membiasakan diri untuk
memberikan daras Qur'aan setiap hari di dalam Jama'at, sehingga mereka
yang tidak mengerti artinya secara langsung, mereka juga akan mengerti
dengan baik akan keindahan ajaran KS. Al-Quran. Setiap Ahmadi bagaimana
pun juga harus membaca KS. Al-Qur'aan setiap hari agar supaya
berkat-berkat dari Al-Qur'aan ini turun dan hati manusia akan terus
menerus berisi ketakwaan, takut kepada Tuhan.

Bahkan, Hadhrat Masih Mau'ud Imam Mahdi bersabda bahwa jika seseorang
itu tidak bisa membaca KS. Al-Qur'aan tetapi melihatnya dengan rasa
hormat, maka orang ini pun akan memperoleh berkatnya. Walaupun ia tidak
mengerti terjemahannya, tetapi hanya membacanya maka dengan itu pun akan
menerima berkat yang penuh. Jadi, jika seseorang membaca KS. Al-Qur'aan
dengan maksud seperti ini, maka Allah Taala akan memberinya nur atau
cahaya penerangan dari Al-Quran. Jadi seseorang yang membaca KS.
Al-Quran dengan takwa, bagaimana mungkin Allah Taala tidak akan
menganugerahkan kepadanya cahaya atau nur ketakwaan. Jika hati seseorang
tidak di-aduk dengan cahaya nur dari KS. Al-Qur'aan ketika ia sedang
membacanya, maka hal ini harus menjadi perhatiannya. Dalam hal ia kurang
dalam standar ketakwaannya, ia harus mencari tahu apakah perasaan
ketakwaan-sendiri atau apakah perasaan kebanggaannya yang membawa kita
dan menarik kita menjauh dari takwa itu.
Karena KS. Al-Qur'aan telah
menyatakan dengan jelas bahwa Al-Qur'aan itu membawa petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa. Jika kita tidak berlaku atau bertindak sesuai
perintah KS. Al-Qur'aan, maka ini adalah kesalahan kita, dan itulah yang
harus kita takutkan. Allah Taala berjanji untuk memberikan ganjaran
kepada kita dengan syarat bahwa kita bertindak sesuai perintah-Nya dan
melakukan amal saleh. Sebagaimana Dia berfirman, dalam KS Al-Quran ( :
):

Apa saja amal saleh yang telah mereka kerjakan, kepada mereka tidak akan
diperlakukan dengan cara yang tidak berterima-kasih dan Allah Taala Maha
Mengetahui dengan baik siapa-siapa yang bertakwa itu.

Semoga Allah Taala memberikan kemampuan kepada kita semua untuk
melekatkan diri kita pada ketakwaan dan untuk melakukan amal saleh.
Aamiin.

Kita harus berbagi setiap hadiah dan rahmat ini dan yang terbaik bagikita semuanya.
Dst. Dst.

Inilah sebabnya mengapa kita berkumpul dalam jalsah atau annual
convention ini, semoga kita pun berhak mendapatkan karunia dan berkat
dari Tuhan.
Semoga Allah Taala memberi kemampuan kepada kita semua untuk senantiasa
terikat pada sujud meminta dan berdo'a selama hari-hari Jalsah ini.
Semoga Allah Taala memberikan kepada kita semua kemajuan dan peningkatan
dalam spiritual dan ketakwaan.
Jika kita pulang ke rumah, kita akan mendapatkan perubahan di dalam diri
kita, sehingga kita dapat menyebarkan ajaran yang dibawa oleh YM Nabi
Suci Muhammad Rasulullah ke seluruh dunia.

Semoga Allah Taala memungkinkan kita semua untuk dapat melaksanakannya.
Aamiin.


Tambahan:
I. KEUTAMAAN MEMBACA SURAT YASIN (Drs. Abdul Rozaq: Dari Hadits)
1. Segala sesuatu mempunyai jantung (hati), sedangkan jantungnya
Alquran adalah Surat Yasin, dan siapa saja yang membaca Surat Yasin,
Allah mencatat bacaannya seperti bacaan Alquran sepuluh kali.
2. Siapa yang membaca
surat Yasin setiap malam ia diampuni.
3. Siapa membaca Surat Yasin di waktu malam, maka diwaktu subuh ia
menjadi orang yang mendapatkan ampunan.
4. Siapa saja membaca Surat Yasin satu kali, seakan-akan ia telah
membaca Alquran dua kali.
5. Siapa saja membaca
surat Yasin satu kali, seakan-akan ia telah
membaca Alquran sepuluh kali.
6. Siapa saja membaca Surat Yasin untuk mencari perkenan Allah,maka
Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu, maka bacalah oleh kalian
di sisi orang-orang yang menjelang maut.
7. Tiada seorang akan mati, lalu dibacakan Surat Yasin di sisinya,
kecuali Allah memudahkan kematiannya.


II. ADAB TALI PERNIKAHAN (Rishta Nata; dari KS Alquran dan Hadits;
Terjemah dari E-Mail
1-4-2004 Syarif_Lubis@)hotmail.com):

A. Kewajiban seorang Isteri:
1. Ia harus memelihara kesukaan suaminya, menghormatinya dan
senantiasa menjaga perasaan suaminya.
2. Ia harus menjaga kehormatan suaminya.
3. Ia harus menjadi penjaga harta suaminya.
4. Ia harus memelihara dan membesarkan anaknya sebagaimana
seharusnya.
5. Ia harus memperlakukan keluarga suaminya seperti halnya
keluarganya sendiri.
6. Ia harus mempercantik dirinya untuk suaminya.
7. Ia harus menaruh perhatian akan cita-rasa suaminya dalam hal
makanan dan pakaian.
8. Ia harus memperhatikan kesehatan suaminya.
9. Ia harus memberikan nasihat yang tulus bilamana suaminya minta
musyawarah darinya atas masalah yang dihadapinya.
10. Ia tidak boleh meminta yang bukan-bukan di luar kemampuan
kantong suaminya.
11. Ia harus setia kepada suaminya dalam berbagai keadaan dan bisa
menjadi sumber kekuatan dalam keadaan yang sulit, dan senantiasa
berpegangan secara erat dengannya dalam keadaan susah maupun senang.
12. Ia harus bertindak hati-hati agar kehormatan dan reputasi
suaminya tidak dirusak oleh peri-lakunya.
13. Dalam segala kondisi, perilakunya harus kondusif pada
ketenteraman dan kedamaian serta kenyamanan di dalam rumah.

B. Kewajiban seorang Suami:
1. Ia harus menghormati dan memberi perhatian yang besar akan sifat
kerentanan isterinya.
2. Ia harus berusaha agar menjadi sumber kesenangan bagi isterinya
dan berperilaku secara baik yang memberikan keyakinan kepada isterinya
bahwa hanya dialah seorang yang menjadi pusat kecintaan dan
kasih-sayangnya.
3. Ia harus menyediakan semua keperluannya yang wajar dan
memberikan sesuai kemampuannya serta membelanjakannya dengan tangan
terbuka.
4. Suami harus berpartisipasi di dalam pengelolaan rumahnya dengan
memberikan bantuan dalam paduan rumah-tangganya.
5. Ia harus memelihara kesehatan isterinya dan harus senantiasa
memperhatikannya.
6. Ia harus menghindarkan diri dari mengawasi isteri terlalu dekat
atas segala tindakannya, seolah-olah ia tidak menaruh kepercayaan
kepadanya, yang menyebabkan hidup isterinya penuh penderitaan.
7. Ia harus senantiasa mengatur untuk melupakan
kekurangan-kekurangan kecil dari isterinya dan bermurah hati untuk
memberikan maaf serta melupakannya.
8. Ia harus menjaga bahwa hal-hal sepele tidak menjurus pada
situasi di mana sampai hilangnya kesabaran sampai perkataan cerai dan
talak dikeluarkan.
9. Ia harus menjauhkan setiap perbuatan yang nampaknya dapat
membuat isteri tidak senang atau melawan isteri.
10. Suami harus memperlihatkan perasaan simpati yang tinggi terhadap
isterinya ketika ia ada dalam keadaan sedih atau menghadapi
ketidak-beruntungan.
11. Ia tidak boleh berkeberatan jika isterinya menemui keluarganya,
jika tidak ada hal yang ditakutkannya dari pihak mereka. Ia pun harus
menghormati mereka.
12. Ia harus bermusyawarah dengan isterinya dalam segala urusan
keluarga yang penting dan menangani keadaan sesuai yang diputuskannya
bersama.
13. Jika ada isteri-isteri yang lebih dari satu, suami harus
memperlakukannya dengan sama dalam setiap hal, mengenai pakaian, dalam
hal makanan, rumah tempat tinggal, dan lamanya bermalam dengan setiap
isteri.


PSi /
5-4-2004

No comments: